Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86069 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elkania Samanta Nagani
"Penyakit mata perlu pendeteksian dan diagnosis yang tepat mengingat peran organ mata yang penting dalam kehidupan. Salah satu cara mendeteksi penyakit mata yang menyebabkan kebutaan adalah melalui ophthalmoscopy, dengan hasil pemeriksaan berupa citra fundus. Penelitian ini menggunakan metode Convolution Neural Network (CNN) dengan arsitektur CO-ResNet. Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari online database yang berisi data multi-kelas penyakit mata. Preprocessing crop center dan resize digunakan dalam penelitian ini agar ukuran data citra dapat dijadikan input model. Fungsi optimasi untuk meminimalkan loss function ketika melatih model yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi Adam dengan setting hyperparameter learning rate, epoch, 𝛽1 , dan 𝛽2 . Fungsi loss yang digunakan untuk masalah pengklasifikasian multikelas dalam penelitian ini adalah categorical cross entropy. Hasil penelitian menunjukan nilai yang diperoleh dengan training loss terkecil sebesar 0,4066 dan validation loss terkecil sebesar 0,4950. Sementara itu, nilai training accuracy terbaik sebesar 87% dan validation accuracy terbaik sebesar 79%. Setelah melalui proses training, dilakukan proses testing untuk mengevaluasi kinerja model. Hasil testing terbaik yang didapat dengan nilai testing accuracy sebesar 75,25%, precision sebesar 75,6%, recall sebesar 75,4%, dan F1-score sebesar 75,4%. Secara keseluruhan, metode CO- ResNet bekerja dengan cukup baik dalam mengklasifikasi dan mendeteksi penyakit mata.

Eye diseases need proper detection and diagnosis considering the important role of eye organs in life. One way to detect eye diseases that cause blindness is through ophthalmoscopy, with the results of the examination being an image of the fundus. This research uses the Convolution Neural Network (CNN) method with CO-ResNet architecture. The data used in this study were taken from an online database containing data on multi-class eye diseases. Preprocessing crop center and resize are used in this study so that the size of the image data can be used as model input. The optimization function to minimize the loss function when training the model used in this study is the Adam function with the hyperparameters setting are learning rate, epoch, 𝛽1, and 𝛽2. The loss function used for the multiclass classification problem in this study is categorical cross entropy. The results showed that the value obtained with the smallest training loss was 0.4066 and the smallest validation loss was 0.4950. Meanwhile, the best training accuracy value is 87% and the best validation accuracy is 79%. After going through the training process, a testing process is carried out to evaluate the performance of the model. The best testing results were obtained with testing accuracy values of 75.25%, precision of 75.6%, recall of 75.4%, and F1-score of 75.4%. Overall, the CO-ResNet method works quite well in classifying and detecting eye diseases."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mas Andam Syarifah
"Katarak menjadi penyebab kebutaan tertinggi di Indonesia. Dilaporkan oleh Kementrian kesehatan RI bahwa hasil survey yang dilakukan terhadap penduduk dibeberapa kota besar di Indonesia sebanyak 3% mengalami kebutaan, dan 81% dari nilai tersebut diakibatkan oleh katarak. Cara yang paling ampuh dalam mengatasi katarak ialah operasi dan perawatan setelahnya. Namun, diperlukan biaya 70 juta rupiah untuk operasi satu mata. Salah satu cara yang dihimbau ialah dengan mendeteksi dini pada kelainan mata. Pemeriksaan dilakukan oleh seorang spesialis mata yaitu Ophtalmology, dengan menggunakan bantuan fundus image mata dapat merepresentasikan keadaan pasien. Oleh karena itu diperlukan cara yang mampu mendeteksi katarak secara otomatis. Proses pembelajaran mesin menjadi cara yang banyak digunakan dalam menyelesaikan berbagai masalah, seperti masalah supervised atau masalah unsupervised. Untuk mengklasifikasi pasien katarak atau normal, dapat dibantu dengan metode Convolutional Neural Network (CNN) dengan model arsitektur VGG16 yang merupakan metode pembelajaran dengan algoritma deep learning biasa digunakan sebagai metode penyelesaian masalah gambar. Fundus image mata akan diekstrak menjadi fitur map yang akan menjadi ciri dari data. Kemudian setiap fitur map diolah melalui lapisan lainnya. Setiap lapisan berisikan parameter yang perlu dioptimasi agar proses pembelajaran data menjadi mudah dan efektif. Oleh karena itu diperlukan metode optimasi yang dapat mencari parameter terbaik yang dapat meminimumkan fungsi loss. Pada penelitian ini, dibangun metode optimasi RAdam berbasis Lookahead yang mampu mempercepat proses komputasi dan mempertahankan stabilitas dari learning rate. Dari hasil eksperimen pengklasifikasian fundus image mata katarak dan mata normal menggunakan model CNN dengan arsitektur VGG16 dan optimasi Lookahead-RAdam mendapatkan nilai loss 0,00608, akurasi 97,5% dan waktu lama proses 2388,081 detik.

Cataracts are the leading cause of blindness in Indonesia. It was reported by the Ministry of Health of the Republic of Indonesia that the results of a survey conducted on the population of several big cities in Indonesia were 3% blind, and 81% of this value was caused by cataracts. The most effective way to deal with cataracts is surgery and aftercare. However, it costs 70 million rupiah for one eye surgery. One of the recommended ways is for early detection of eye disorders. The examination is carried out by eye specialists, namely Ophthalmologists, using the help of a fundus image of the eye to represent the patient's condition. However, specialists in Indonesia are not evenly distributed throughout the country. Therefore, we need another way that can detect cataracts automatically. The machine learning approach is an approach that is widely used to solve various problems, such as supervised problems or unsupervised problems. There are many methods to help classify cataract or normal patients, one of which is by the Convolutional Neural Network (CNN) with the VGG16 architectural model which is a learning method with deep learning algorithms commonly used as a method of solving image problems. The Fundus image of the eye will be extracted into a feature map that will characterize the data. Then, each feature map is processed through other layers. Each layer contains parameters that need to be optimized so that the data learning process becomes easy and effective. Therefore, we need an optimization method that can find the best parameters that can minimize the loss function. In this study, constructed the RAdam optimization based Lookahead which is able to accelerate the computation process but also maintain the stability of the learning rate. From the experimental results of the classification of the fundus images of cataract and normal eye using the CNN model with the VGG16 architecture and the optimization Lookahead-RAdam, the value of loss is 0.00608, accuracy of 97.5% and a processing time of 2388.081 seconds."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amin Nur Ambarwati
"Katarak merupakan keadaan di mana lensa mata yang biasanya terlihat jernih dan bening menjadi keruh yang disebabkan oleh sebuah kumpulan protein yang terletak di depan retina. Hal ini menyebabkan jaringan lensa mata mulai rusak dan menggumpal, sehingga berkurangnya cahaya yang masuk ke retina dan pandangan akan terlihat buram, kurang berwarna, serta dapat menyebabkan kebutaan yang permanen. Mendiagnosis penyakit katarak pada seseorang dapat menggunakan proses pemeriksaan citra fundus, hasil dari citra fundus kemudian dideteksi menggunakan salah satu pendekatan deep learning. Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan deep learning yaitu metode Convolutional Neural Networks (CNN) classic dan CNN LeNet-5 pada fungsi aktivasi ReLU dan Mish dalam mendeteksi katarak. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data ODR yang merupakan online database yang berisi citra fundus dengan bervariasi ukuran citra. Dataset kemudian memasuki tahap preprocessing dalam meningkatkan performa model seperti mengkonversikan citra RGB menjadi grayscale dari intensitas green channel, kemudian menerapkan proses binerisasi citra menggunakan thresholding untuk menyesuaikan target atau label berdasarkan diagnosis dokter dan mengetahui tingkat kerusakan bagian mata dalam mendeteksi mata mengalami katarak atau tidak. Hasil performa pada penelitian ini menunjukkan bahwa model CNN LeNet-5 dengan fungsi aktivasi Mish lebih baik dibandingkan model CNN clasic dengan fungsi aktivasi Mish dalam mendeteksi penyakit katarak. Hasil performa keseluruhan yang optimal pada penelitian ini berdasarkan nilai accuracy, precision, recall, dan F1- score secara berturutturut yaitu 87%, 87,5%, 89,3%, 86,7%, dengan running time yang dibutuhkan pada training 95,67 detik dan testing 0,1859 detik.

Cataract is a condition in which the normally clear lens of the eye becomes cloudy due to a collection of proteins located in front of the retina. This causes the tissue of the eye's lens to begin to break down and clot, resulting in less light entering the retina and blurred vision, lack of color, and can lead to permanent blindness. Diagnosing cataracts in a person can use the process of examining the fundus image, the results of the fundus image are then detected using one of the deep learning approaches. In this study, a deep learning approach was used, namely Convolutional Neural Networks (CNN) classic and CNN LeNet-5 method on the ReLU and Mish activation functions in detecting cataracts. The data used in this study is ODR data which is an online database containing fundus images with varying image sizes. The dataset then enters the preprocessing stage to improve model performance, such as converting the RGB image to grayscale from the intensity of the green channel, then applying a binary image process using thresholding to adjust the target or label based on the doctor's diagnosis and determine the level of eye damage to detect cataracts or not. The performance results in this study indicate that the CNN LeNet- 5 model with Mish activation function is better than the CNN classic model with Mish activation function in detecting cataract disease. Optimal overall performance results in this study are based on the values of accuracy, precision, recall, and F1-score, respectively, namely 87%, 87,5%, 89,3%, 86,7%, with the running time required for training 95,67 seconds and testing 0,1859 seconds."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ely Sudarsono
"Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbanyak yang mengalami kebutaan yang disebabkan oleh katarak sebesar 77,7 %. Pendeteksian terhadap pasien katarak dapat dilakukan menggunakan citra fundus dengan metode komputasi. Salah satu metode komputasi populer dalam klasifikasi citra fundus adalah deep learning yang merupakan salah satu pendekatan machine learning. Pada tesis ini, model convolutional neural network (CNN) yang digunakan adalah arsitektur AlexNet dengan Lookahead-diffGrad optimizer. Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari situs Kaggle yang berisi citra fundus katarak. Selanjutnya, dilakukan tahap pra-pengolahan pada citra seperti menerapkan resize dan menerapkan normalisasi agar semua citra dapat diinput ke dalam model dengan ukuran yang sama serta meningkatkan kinerja model. Hasil penelitian ini menunjukkan CNN dengan Lookahead-diffGrad optimizer pada dataset citra retina katarak dapat mengklasifikasikan data menjadi dua kelas, yaitu normal dan katarak, sehingga dapat membantu untuk mendiagnosis penyakit tersebut dengan baik. Selain itu, hasil terbaik juga diperoleh oleh CNN dengan Lookahead-diffGrad optimizer berdasarkan nilai loss sebesar 0,0010 dan akurasi 100 % dibandingkan berbagai optimizer lainnya untuk mengklasifikasikan dataset citra retina katarak.


Indonesia is one of the countries with the most people experiencing blindness due to cataracts at up to 77.7% of the population. Detection of cataract patients can be done using fundus images with computational methods. One of the popular computational methods in the classification of fundus images is deep learning, which is one of machine learning approaches. In this thesis, the convolutional neural network (CNN) model used is the AlexNet architecture with Lookahead-diffGrad optimizer. The data used in this study were taken from the Kaggle website which contains the images of cataract fundus. Furthermore, the pre-processing stage of the image is carried out such as applying resizing and applying normalization so that all images can be inputted into the model with the same size and improve the performance of the model. The results of this study indicate that CNN using the Lookahead-diffGrad optimizer on the retinal cataract image dataset can classify the data into two classes, namely normal and cataracts, so that it can help diagnose the disease properly. In addition, the best results were obtained by CNN with the Lookahead-diffGrad optimizer based on a loss value of 0.0010 and 100% accuracy compared to other optimizers for classifying the retinal cataract image dataset."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardanareswari Chaerani
"Glaukoma adalah salah satu penyebab kebutaan terbanyak kedua di dunia yang disebabkan oleh tekanan yang meninggi pada bola mata. Dalam proses mendiagnosa glaukoma, dibutuhkan waktu yang lama dikarenakan tidak ada perubahan secara signifikan pada citra fundus. Pada penelitian ini, penulis menggunakan Convolutional Neural Network (CNN) untuk mengekstraksi fitur dan metode klasifikasi Deep Belief Network (DBN) dalam mengklasifikasi glaukoma pada data citra fundus. Hasil pada model CNN-DBN dibandingkan dengan metode ekstraksi fitur CNN dan klasifikasi Support Vector Machine (SVM) yang dinamakan model CNN-SVM. Arsitektur CNN yang digunakan pada penelitian ini adalah ResNet-50. Dataset yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari 2 online database, yaitu cvblab dan kroy1809. Pada proses ekstraksi fitur, model dilatih dari fully connected layer pada ResNet-50. Kemudian, vektor fitur dari fully connected layer diklasifikasi menggunakan metode klasifikasi DBN dan SVM. Berdasarkan hasil simulasi, CNN-DBN memiliki hasil akurasi, precision, dan recall terbaik dibandingkan dengan metode CNN-SVM dan CNN dengan akurasi 96.46%, precision 95.86%, dan recall 98.05% pada pembagian dataset training dan testing 70:30.

Glaucoma is the second most common factor of blindness in the world caused by the increasing pressure on the eyeball. It takes a long time to diagnose glaucoma due no significant change in the fundus image. In this study, the author used the Convolutional Neural Network (CNN) to extract the features and the Deep Belief Network (DBN) classification method to classify glaucoma in fundus images. The results on the CNN-DBN model will be compared with to the CNN feature extaction method and the Support Vector Machine (SVM) classification method, named the CNN-SVM model. The CNN architecture used in this study is ResNet-50. The dataset used in this study are from 2 online database, cvblab and kroy1809. In the feature extraction process, the model is trained using the CNN method with the ResNet-50 architecture. Afterward, the feature vectors of the fully connected layer are classified using the DBN and SVM classification methods. Based on the simulation results, CNN-DBN has the best results than CNN-SVM and CNN method with the accuracy of 90%, precision of 95%, and recall of 92% with splitting data training and testing of 70:30."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adila Rachmatika
"Kanker payudara (KPD) merupakan salah satu penyakit yang masih banyak terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Di Indonesia sendiri, KPD menempati peringkat pertama terbanyak dari berbagai jenis kanker yang terjadi.  Pendeteksian kanker ini dapat dilakukan sejak dini dengan memeriksa manual apakah terdapat benjolan atau kelainan pada payudara. Jika terasa ada benjolan, maka disarankan untuk diperiksa ke dokter dengan berbagai metode, seperti mammogram, Magnetic Resonance Imaging (MRI), dan USG. Diagnosa citra ini sering terkendala karena tidak setiap rumah sakit memiliki tenaga spesialis radiologi. Maka dari itu, untuk mengatasinya diperlukan bantuan komputer untuk mendiagnosa citra tersebut yang sering disebut computer aided diagnostis (CAD). Algoritma Convolutional Neural Network didasari pada hasil pemeriksaan rutin citra x-ray payudara normal/abnormal yang cenderung menunjukkan perubahan, salah satunya tekstur (konten). Data yang digunakan pada penelitian ini diambil dari website Pilot European Image Processing Archive (PEIPA) yaitu dataset Mammographic Image Analysis Society (MIAS). Sistem dimulai dengan mengenal dan mempelajari data 3 jenis mamografi, yakni mamografi normal (sehat), mamografi benign, dan mamografi malignant. Setelah mempelajari data tersebut, sistem akan mencoba untuk mendeteksi jenis kanker payudara dari data baru yang dimasukkan. Nilai akurasi yang didapatkan adalah 100%, dengan rasio data pembelajaran sebanyak 1247 data (setelah diaugmentasi) dan data pengujian sebanyak 93 data, sehingga disimpulkan bahwa sistem ini baik. Namun nilai ini hanya untuk data MIAS, sehingga masih perlu pengembangan lebih lanjut supaya dapat diterapkan ke data-data yang lain juga.

Breast Cancer (BC) is one of the diseases that still occur a lot in developing countries like Indonesia. In Indonesia alone, BC is the number one most occurrence cancer. This cancer detection can be done early by manual, checking if there is any lump or abnormality in breast. If there are any lump, it is recommended to go check in hospital. There are a lot of methods like Magnetic Resonance Imaging (MRI), and Ultrasonography (USG). This image diagnostics sometimes got constrained by the lack of radiology specialist in some hospital. Therefore, to counter this problem, Computer Aided Diagnostics (CAD) help is needed to detect those images. Convolutional Neural Network algorithm is based on the result of the routine x-ray's check of breast, both normal and abnormal which tend to show some changes, which one of them is texture (content). Data used in this research came from Pilot European Image Processing Archive (PEIPA) website, Mammographic Image Analysis Society (MIAS) database. The system start by recognizing and learning 3 types of mammograph data, normal (healthy), benign and malignant. Then, system will try to detect and classify breast cancer type from the new input data. The accuracy score is 100%, with a ratio of 1247 datas for learning (after augmented) and 93 datas for testing, so it can be concluded that this system is good. But this score is achieved only for MIAS data, it still need further improvement  so it can be applied to another data."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widi Nugroho
"Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu yang memiliki sistem saraf dan organ-organ yang belum sempurna sehingga lebih beresiko mengalami berbagai masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang dapat terjadi adalah pada organ mata yang merupakan organ penting dalam perkembangan bayi. Retinopathy of Prematurity (ROP) merupakan salah satu penyakit mata yang terjadi pada bayi prematur yang disebabkan oleh pembentukan pembuluh darah retina yang tidak normal. Proses diagnosis yang dilakukan oleh dokter mata belum bisa mengatasi kenaikan jumlah kasus ROP, sehingga disini penulis menggunakan pendekatan deep learning untuk melakukan klasifikasi tingkat keparahan ROP pada citra fundus retina. Metode deep learning yang digunakan adalah Convolutional Neural Network (CNN) dengan arsitektur ResNet50. Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari online database Kaggle berupa 90 data citra fundus retina yang terbagi atas 38 citra bukan penderita ROP, 19 citra penderita ROP Stage 1, 22 citra penderita ROP Stage 2, dan 11 citra penderita ROP Stage 3. Pada tahap persiapan data, dilakukan perbaikan kontras citra menggunakan Contrast Limited Adaptive Histogram (CLAHE) dan image masking. Kemudian dilakukan resize citra menjadi ukuran 224×224. Data kemudian diaugmentasi menggunakan teknik flip horizontal dan rotation agar data menjadi lebih banyak yang kemudian dibagi menjadi 80% data training dan 20% data testing. Dari 80% data training, diambil 20% untuk data validation. Training model dilakukan menggunakan model dengan arsitektur ResNet50 dengan hyerparameter model yaitu batch size 64, learning rate 0.001, dan epoch sebanyak 30, fungsi optimasi Adam (Adaptive moment estimation), dan fungsi loss categorical cross entropy. Proses modelling dilakukan sebanyak 5 kali percobaan dan berhasil memperoleh nilai rata-rata kinerja training model sebesar 99.714% dan 92.85% pada akurasi training dan akurasi validation-nya, selain itu diperoleh nilai 0.01864 dan 0.18434 pada loss training dan loss validation. Sedangkan rata-rata kinerja testing model berhasil memperoleh akurasi testing sebesar 97.352%, testing loss sebesar 0.0986374, dan AUROC sebesar 0.0955. Selain melakukan evaluasi kinerja, peneliti juga akan menggunakan GradCAM untuk menampilkan visualisasi ciri-ciri yang dianggap penting untuk nantinya membantu dokter dalam mengevaluasi ROP.

Premature infants are babies born with a gestational age of less than 37 weeks, and they have underdeveloped nervous systems and organs, making them more susceptible to various health issues. One of the health problems that can occur involves the eye, which plays a crucial role in the baby's development. Retinopathy of Prematurity (ROP) is one of the eye diseases that affects premature infants and is caused by abnormal blood vessel formation in the retina. The current diagnostic processes performed by ophthalmologists have not been effective in addressing the increase in ROP cases. Therefore, in this study, the author employs a deep learning approach to classify the severity of ROP in retinal fundus images. The deep learning method utilized is the Convolutional Neural Network (CNN) with the ResNet50 architecture. The research data consists of 90 retinal fundus images obtained from the online database Kaggle, comprising 38 images of non-ROP cases, 19 images of ROP Stage 1, 22 images of ROP Stage 2, and 11 images of ROP Stage 3. In the data preparation phase, the image contrast is enhanced using Contrast Limited Adaptive Histogram (CLAHE) and image masking techniques. Subsequently, the images are resized to 224×224 dimensions. Data augmentation is performed using horizontal flip and rotation techniques to increase the dataset, which is then split into 80% training data and 20% testing data. From the 80% training data, 20% is further allocated for validation data. The model is trained using the ResNet50 architecture with hyperparameters set to batch size 64, learning rate 0.001, and 30 epochs. The optimization function used is Adam (Adaptive Moment Estimation), and the loss function is categorical cross-entropy. The modeling process is repeated five times, and the average performance of the training model is achieved at 99.714% for training accuracy and 92.85% for validation accuracy, with training and validation losses of 0.01864 and 0.18434, respectively. As for the average performance of the testing model, the testing accuracy is 97.352%, the testing loss is 0.0986374, and the AUROC (Area Under the Receiver Operating Characteristic) is 0.0955. In addition to evaluating the model's performance, the researcher also employs GradCAM to visualize important features, which can assist doctors in evaluating ROP cases.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desan Rafsanjani
"Pisang (Musa sp.) merupakan salah satu buah dengan keberagaman yang banyak di Indonesia. Terdapat sekitar 6 sampai 9 subspesies atau varietas pisang Musa acuminata. Pemodelan multi-varieties untuk pengukuran kadar gula total pada suatu buah bertujuan untuk memudahkan proses perhitungan untuk satu kelompok varietas sehingga hanya didapatkan satu model saja yang disebut universal model. Dalam penelitian ini, penulis mencoba membuat universal model untuk pengukuran kadar gula total pada 3 varietas pisang Musa acuminata menggunakan citra hiperspektral berbasis Visible-Near Infrared (VNIR). Universal model utama yang akan digunakan berbasis Convolution Neural Network (CNN). Convolution Neural Networks (CNN) merupakan kumpulan suatu layer (neural) 3 dimensi yang membentuk suatu jaringan (network) yang berfungsi untuk pengolahan data berdimensi tiga melalui proses konvolusi. 3 komponen utama dalam perancangan perangkat keras untuk akuisisi data citra hyperspectral, di antaranya kamera hiperspektral, lampu halogen, dan slider. Pada penelitian ini digunakan 3 jenis buah pisang berbeda, yaitu pisang ambon kuning, pisang cavendish, dan pisang mas. Model universal atau model untuk memprediksi kadar gula total pada pisang cavendish, pisang mas, dan pisang ambon pada penelitian ini didapatkan parameter regresi sebesar 1,1285 untuk RMSEP; 0,2338 untuk RMSEC; 0,8747 untuk RP2; dan 0,9946 untuk RC2. Implementasi deep learning CNN sebagai regresi untuk sistem pengukuran kadar gula total pada varietas pisang Musa acuminata dapat digunakan pada penelitian ini karena didapatkan nilai parameter regresi yang hampir sama dengan parameter hasil regresi pada algoritma PLSR.

Banana (Musa sp.) is one of the most diverse fruits in Indonesia. There are about 6 to 9 subspecies or varieties of Musa acuminata banana. Multi-varieties modeling for measuring the total sugar content in a fruit aims to facilitate the calculation process for one varieties group so that only one model is obtained which is called the universal model. In this study, the authors tried to obtain a universal model for measuring total sugar content in 3 Banana Varieties Musa acuminata using hyperspectral imaging based on Visible-Near Infrared (VNIR). The main universal model to be used is based on Convolution Neural Network (CNN). Convolution Neural Networks (CNN) is a set of 3-dimensional (neural) layers that form a network that used for three-dimensional data processing through a convolutional. 3 main hardware components used for hyperspectral image data acquisition, including a hyperspectral camera, halogen lights, and sliders. In this study, three different types of banana were used, there is yellow ambon banana, cavendish banana, and mas banana. Universal model or a model to predict total sugar content in cavendish banana, cas banana, and ambon banana in this study obtained a regression parameter of 1.1285 for RMSEP; 0.2338 for RMSEC; 0.8747 for RP2; and 0,9946 for RC2. The implementation of deep learning CNN as a regression for the total sugar content measurement system in Musa acuminata banana variety can be used in this study due to the regression parameter values are almost the same as the regression parameters in the PLSR algorithm"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezika Damayanti
"Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman serelia atau tanaman biji-bijian yang menjadi bahan pangan utama terpenting setelah padi dan gandum di dunia. Komoditas jagung dinilai sangat penting karena memiliki fungsi multiguna sebagai bahan pangan, bahan baku industri, bahan pakan ternak dan bahan bakar nabati. Seiring dengan kebutuhan jagung yang kian naik dari tahun ke tahunnya, kekurangan produksi dalam pasokan jagung global dan kenaikan harga input jagung menjadi hal yang harus diperhatikan karena memiliki dampak yang serius. Salah satu ancaman utama bagi produksi jagung adalah penyakit daun jagung yang disebabkan oleh jamur, beberapa diantaranya adalah Gray leaf spot, Northern leaf blight, dan Common rust. Gray leaf spot, Northern leaf blight, dan Common rust dapat menyebabkan hilangnya hasil panen sekitar 50%-70% di beberapa daerah penghasil jagung di dunia. Oleh karena itu, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko kegagalan produksi jagung adalah mengambil langkah-langkah pencegahan dengan pendeteksian dini pada penyakit daun jagung melalui citra digital. Pada penelitian ini, digunakan pendekatan deep learning dengan metode Convolutional Neural Network (CNN) arsitektur ResNet-50 yang merupakan salah satu metode yang paling baik dalam mengolah citra digital. Data yang digunakan adalah Maize or Corn Dataset oleh Smaranjit Ghose dan diambil dari Kaggle yang merupakan online database. Setelah itu, dilakukan tahapan mengolah data citra dengan melakukan preprocessing data yang bertujuan agar meningkatkan akurasi seperti mengubah ukuran dan melakukan flip horizontal kemudian rotasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Convolutional Neural Network ResNet-50 dengan menggunakan fungsi optimasi Adam dapat mendeteksi penyakit daun jagung dengan sangat baik. Hasil tersebut diperoleh dari 5 kali percobaan simulasi pada setiap skenario kasus yang menghasilkan rata-rata nilai training dan validation accuracy sebesar 98,68% dan 97,86%. Kemudian, rata-rata hasil accuracy testing, recall macro, recall micro, precision macro dan precision micro terbaik diperoleh dengan hasil masing-masing sebesar sebesar 97,49%, 97,13%, 97,53%, 96,69% dan 97,87%.

Maize (Zea Mays L.) is one of the cereal plants or grain crops that become an important food ingredient after rice and wheat in the world. Maize is also considered very important because it has a multi-purpose function as food, industrial raw materials, animal feed ingredients, and biofuels. Along with increasing demand for maize from year to year, lack of production for global maize supply and increase of maize price is one thing that needs more attention because it has a serious impact. One of the main threats to maize production is maize leaf disease that is caused by fungi, some of them are Gray leaf spot, Northern leaf blight, and Common rust. Gray leaf spot, Northern leaf blight, and Common rust can lead to reduced yields of about 50%-70% in some maize-producing areas. Therefore, one method that can be done to reduce the failure of maize production is taking preventive measures by detecting disease using digital images. This study uses deep learning methods by Convolutional Neural Network (CNN) ResNet-50 architecture, which is one of the best methods in processing digital images. The data used in this study is Maize or Corn Dataset by Smaranjit Ghose and taken from Kaggle which is an online database. After that, the stages of processing image data are carried out by preprocessing data to increase accuracies such as resizing and doing horizontal flips and rotations. The results showed that the Convolutional Neural Network ResNet-50 using the Adam optimization function could detect maize leaf disease very well. These results were obtained from 5 simulations experiments in each case scenario which resulted in an average value of training and validation accuracy of 98.68% and 97.86. Then, the average results of the best accuracy testing, recall macro, recall micro, precision macro, and precision micro were obtained with results of 97.49%, 97.13%, 97.53%, 96.69%, and 97,87%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amnia Salma
"Retinopati Diabetik (RD) merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan penurunan fungsi penglihatan pada mata, bahkan dapat menyebabkan kebutaan jika penanganan yang dilakukan tidak tepat. Upaya penanganan penyakit RD dapat dilakukan dengan deteksi dini. Melalui pendeteksian dini, pasien RD dapat diobati sesuai dengan tingkat keparahan yang diderita. Namun, pemeriksaan penyakit RD membutuhkan waktu yang lama dan hanya dapat dilakukan oleh profesional.
Para peneliti telah mengembangkan sistem deteksi pengklasifikasian penyakit RD yang dengan memanfaatkan perkembangan teknologi seperti penerapan Artifficial Intelligence (AI) pada gambar fundus. Dalam penelitian ini, peneliti mengaplikasikan Attention Mechanism (AM) pada Convolutional Neural Network (CNN) untuk selanjutnya menganalisis dan mengevaluasi hasil dari kinerja algoritma tersebut dalam mengklasifikasikan RD ke dalam level normal, mild, moderate, severe dan PDR. AM berfokus pada daerah yang berpenyakit dan CNN digunakan untuk proses klasifikasi. Arsitektur CNN yang digunakan adalah AlexNet dan GoogleNet. Phyton digunakan sebagai bahasa pemrograman dengan perpustakaan Pytorch. Hasil performa akurasi yang paling tinggi diperoleh oleh GoogleNet dan AM dengan capaian akurasi mencapai 85%. Performa model pada tiap-tiap kelas menunjukkan nilai akurasi terbaik pada kelas normal, severe, dan PDR dengan capaian nilai f-1 score masing-masing 86%, 90% dan 95%. Sementara untuk kedua kelas lainnya yaitu mild dan moderate cenderung lebih rendah, yaitu 73% dan 76%. Hal ini menunjukkan bahwa model mampu mengklasifikasikan kelas normal, Severe, dan PDR lebih baik daripada mild dan moderate.

Diabetic retinopathy (DR) is a disease that can cause decreased vision function in the eye, and can even lead to blindness. Efforts to treat DR disease can be done with early detection. Through early detection, DR patients can be treated according to their severity. However, DR disease examination takes a long time and can only be done by a professional.
Researchers have developed a detection system for classifying DR disease by technological developments such as the application of Artifficial Intelligence to fundus images. In this study, the researchers applied the Attention Mechanism (AM) to CNN to further analyze and evaluate the results of the algorithm's performance in classifying RD into normal, mild, moderate, severe and PDR levels. AM focused on pathological area in the fundus images and CNN is used as classifier. We used Architecture of CNN such AlexNet and GoogleNet. The results of the highest accuracy performance were obtained by GoogleNet and AM with the achievement of 85%. The performance of the model in each class shows the best accuracy values in the normal, severe, and PDR classes with the achievement of f-1 scores of 86%, 90% and 95%, respectively. Meanwhile, the other two classes, namely mild and moderate, tended to be lower, namely 73% and 76%. This shows that the model is able to classify normal, severe, and PDR classes better than mild and moderate.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>