Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123236 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Depdikbud, 1989
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989
301.45 POL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1984/1985
301.45 POL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Heddy Shri Ahimsa Putra
Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2011
307.7 HED s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mardy Arief
"Masalah hubungan sosial. masyarakat Cina dengan penduduk asli merupakan masalah hubungan dua etnik yang berbeda latar belakang historis dan budayanya. Hubungan sosial yang terjadi tidak luput dari adariya prasangka dan tindakan diskriminatif. Dalam rangka mempertahankan.hidup dan kelangsungannya serta meningkatkan kesejahteraan, interaksi sosial individu dan atau kelompok dalam bidang ekonomi, khususnya perdagangan berlangsung secara berkesinambungan menjadi hubungan kerjasama dengan penduduk asli yang petani. Untuk mendapatkan komoditi ekspor dan pemasaran barang-barang dagangannya berupa kebutuhan pokok penduduk.
Sebaliknya penduduk asli mencari pedagang yang akan membeli hasil kebunnya yang berupa komoditi ekspor seperti karet, coklat, lada dan sawit (CPO) serta kayu dan hasil hutan ikutan yang lain. Hubungan kerjasama yang terjadi adalah hubungan kerjasama yang simbiotik. Di samping itu orang Cina juga mengembangkan pola hubungan persaingan. Perilaku orang Cina yang ulet, tekun, etos kerjanya tinggi dan pragmatis usaha perdagangan orang Cina lebih maju dan penduduk asli. lni ditunjang oleh hubungan kerjasama sesama orang Cina yang berupa jaringan bisnis dan perdagangan yang melampaui batas-batas administrasi suatu negara. Adanya jaringan perdagangan tersebut menyebabkan orang Cina tidak akan kekurangan modal untuk mengembangkan usahanya. Juga tak akan susah memantau harga di luar negeri.
Langkah-langkah yang dijalankan orang Cina untuk memajukan usaha dagangnya tidak tertandingi oleh penduduk asli yang sistim kerjanya masa secara tradisional. Oleh karena itu kehidupan orang Cina lebih makmur dari penduduk asli. Kesenjangan sosial ini di tempat lain dapat menimbulkan konflik dengan kekerasan atau kerusuhan. Tetapi di Kotamadya Jambi belum pernah teijadi. Ini disebabkan antara orang Cina dan penduduk asli mata pencahariannya berbeda, mereka saling melengkapi. Maka kehidupan sosial penuh dengan suasana toleransi, tenggang menenggang. Tambahan lagi Pemerintah Daerah memperhatikan kemajuan daerah dengan melakukan pembangunan secara berkesinambungan sehingga Kotamadya Jambi semakin terbuka untuk segala kegiatan aspek kehidupan.
Dalam suasana yang demikian dimana kesejahteraan penduduk meningkat, maka keamanan pun akan stabil. Karena sistim ekonomi yang baik akan berpengaruh baik pula pada aspek-aspek kehidupan yang lain. Dengan demikian pembinaan Ketahanan Nasional dapat dibina."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chryshnanda Dwi Laksana
"Dalam disertasi ini saya ingin menunjukan pola-pola pemolisian di Polres Batang adalah produk saling mempengaruhi secara timbal balik antara polisi dengan corak masyarakat dan kebudayaannya yang didorong adanya kekuatan polisi untuk melaksanakan pemolisian maupun adanya dorongan masyarakat untuk mendapatkan rasa aman atau keamanan; dan corak pemo1isiannya bervariasi antara satu masyarakat dengan masyarakat Iainnya di wilayah Kabupaten Batang Propinsi Jawa Tengah.
Suatu masyarakat dapat bertahan dan berkembang bila ada produktititas. Yaitu warganya dapat menghasilkan sesuatu produk atau setidak-tidaknya dapat menghidupi dirinya sendiri. Dan bagi yang tidak produktif akan menjadi benalu. Dalam proses produktivitas tersebut ada berbagai ancaman, gangguan yang dapai mengganggu bahkan mematikan produktivitas. Untuk melindungi atau menjaga warga masyarakat dalam melaksanakan produktivitasnya diperlukan adanya aturan, hukum maupun norma-norma. Untuk menegakkannya Serta mengajak warga masyarakat untuk mentaatinya diperlukan institusi yang menanganinya salah satunya adalah polisi.
Hubungan polisi dengan masyarakat adalah saling mempengaruhi dan saling menyesuaikan sehingga pola-pola pemolisiannya bervariasi antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Pola-pola pemolisian tersebut merupakan tindakan berpola yaitu cara kerja pemolisian yang dilakukan secara berulang dari waktu ke waktu untuk menangani berbagai masalah yang sama yang mengacu dari corak masyarakat dan kebudayaannya sebagai pola tindakan. Pola tindakan yang digunakan sebagai acuan pemolisian adalah undang-undang, petunjuk pelaksanaan maupun corak masyarakat dan kebudayaan yang diinterpretasi oleh pimpinan kesatuan dalam kebijakan-kebijakan maupun strategi-strategi pemolisian. Kebijakan dan strategi pemolisian terwujud dalam bentuk operasi kepolisian yang mencakup operasi rutin, operasi khusus maupun operasi insidentiI. Masing-masing dari ketiga operasi tersebut dilaksanakan dalam tingkat manajemen maupun tingkat operasional atau tingkat petugas pelaksana. Pemolisian tingkat manajemen berhubungan dengan cara bagaimana tingkat operasional dirumuskan dan dilaksanakan Adapun pemolisian tingkat operasional atau tingkat petugas pelaksana adalah tindakan-tindakan untuk melayani atau merespon kebutuhan masyarakat, maupun menagani berbagai masalah sosialyang berkaitan dengan keamanan.
Pemolisian di Polres Batang dalam disertasi ini dikategorikan dalam pemolisian tingkat Polres maupun tingkat Polsek. Pemolisian tingkat Polres yang diteliti adaiah pola tindakan dan tindakan-tindakan berpola dari para petugas kepolisian dalam melaksanakan operasi kepoIisian, baik tingkat manajemen maupun tingkat operasional. Yang dilaksanakan dalam Satun Fungsi Teknis Kepolisian (Intelejen keamanan, Reserse kriminil, Samapta, Lalu lintas) maupun Bagian (Bagian Operasi dan Bagian Pembinaan Kemitraan). Pemolisian tingkat Polsek dalam disertasi ini adalah pemolisian lokal yang melihat hubungan polisi dengan corak masyarakat dan kebudayannya di daerah kecamatan sebagai studi kasus. Yang dikategorikan berdasarkan corak lingkungan masyarakat yang dilayaninya yang mencakup daerah : kota, pantai, pertanian dan perkebunan maupun sekitar hutan.
Pemolisian di Polres Batang adalah produk interpretasi Kapolres terhadap kebijakan-kebijakan, perintah-perintah pimpinan, undang-undang, norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, corak masyarakat dan kebudayaannya maupun gangguan kamtibmas yang terjadi dalam masyarakat. Interpretasi Kapolres tersebut merupakan kebijakan Kapolres yang digunakan sebagai pola tindakan dan dilaksanakan melalui operasi kepolisian baik operasi rutin, operasi khusus maupun operasi insidentil yang coraknya reaktif atau pemolisian untuk jangka pendek yang dikategorikan pemolisian konvensional dalam birokrasi yang Iebih menekankan ciri patrimonial daripada ciri modern dan kebudayaan organisasi yang menjadi pola tindakan para petugas kepolisian ditandai adanya nubungan patron-klien dengan corak hubungan kepercayaan secara personal.
Secara garis besar hubungan antara polisi dengan masyarakat yang berkaitan dengan pernoiisian di Polres Batang, gejala-gejala yang dapat digunakan untuk memahami pola-polanya adalah melalui hubungan polisi dengan masyarakat Panama; hubungan polisi dengan masyarakat yang mempunyai posisi relatif seimbang. Di mana antara polisi dengan masyarakat bisa bersama-sama atau bekerja sama umuk menyelesaikan berbagai masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat. Pada posisi yang tidak seimbang, di mana polisi lebih mendominasi kehidupan rnasyarakat atau sebaliknya masyarakat mendominasi tugas-tugas polisi. Dalam posisi yang tidak seimbang tersebut yang ada adalah kesewenang-wenangan dari satuan yang mendominasi, dan hubungan yang ada hanya bersifat superisial atau pura-pura saja dan cenderung korup.
Polisi adalah produk dari masyarakatnya. Bila masyarakatnya menekankan pentingnya hubungan patron-klien yang bercorak antar-pribadi maka kebudayaan polisi akan ditandai oleh patron-klien yang berdasar pada hubungan personal. Korupsi dan kolusi serta nepotisme yang berlaku dalam masyarakat akan berlaku juga dalam polisi. Dan bagi anggota polisi yang menentangnya akan tergusur dan tidak dapat mengembangkan karier serta kesejahteraan hidupnya."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
D743
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahajeng Anindita H.
"Agar dapat mengantisipasi terjadinya resiko kerugian akibat pergerakan saham atau nilai mata uang, investor perlu mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi pergerakan tersebut dan juga hubungan timbal balik antar variabel-variabel tersebut. Karya akhir ini bertujuan untuk menganalisa hubungan timbal balik antara enam variabel pasar keuangan di Indonesia. Variabel-variabel tersebut adalah IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan), LQ45 (45 saham paling likuid di BET), nilai Rp dibandingkan US Dollar, SBI (Suku Bunga Indonesia), JIB OR (Jakarta Interbank Offered Rate), dan juga US Prime (Suku bunga Amerika). Penelitian ini terdiri clan dua kurun waktu yang berbeda, yaitu dari tahun 2001 hingga 2005 dan tahun 2001 hingga 2006 sehingga dapat terlihat perubahannya sepanjang tahun 2006. Untuk mengetahui hubungan timbal balik antar enam variabel pasar keuangan di Indonesia, dilakukan pemodelan persamaan regresi dan The Granger-causality test yang digunakan untuk mendukung persamaan regresi yang telah dibuat. Dari hasil pemodelan persamaan regresi untuk kurun waktu 2001-2005 terlihat bahwa masing-¬masing variabel dipengaruhi oleh variabel yang berada pada satu dimensi. Sedangkan untuk kurun waktu 2001-2006, perubahan pasar mempengaruhi perubahan kebijakan moneter pemerintah. Menurut The Granger-causality rest untuk kurun waktu 2001-2005, pasar modal dan kebijakan moneter pemerintah mempengaruhi perubahan pasar valas. Hal ini kontras dengan kurun waktu 2001-2006, yaitu perubahan pasar valas mempengaruhi perubahan kebijakan moneter pemerintah. Perbedaan hasil pada kedua metode tersebut diperkirakan terjadi karena adanya perubahan jangka pendek pada endogenous variable dan exogenous variable dari ke-enam variabel pasar keuangan tersebut yang terjadi sepanjang tahun 2006.

To anticipate the risk of stock and foreign currency fluctuation, investor needs to know variables that influence them and the two way relationship between those variables. The purpose of this thesis is to analyze the two way relationship between six financial market variables in Indonesia. Those variables are IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan), LQ45 (45 stocks that most liquid in BEJ), the currency of Rupiah per US Dollar, SBI (Suku Bunga Indonesia), JIBOR (Jakarta Interbank Offered Rate), and US Prime (Interest Rate of USA). This research consists of two different time interval, which is from year 2001 to 2005 and from year 2001 to 2006 so that we could see the difference in year 2006. To know the two way relationship between six financial market variables in Indonesia, Regression equation modeling and The Granger-causality test for supporting the regression equation is need to be done. From the result of regression equation modeling for year 2001 to 2005, it can be seen that each variables are influenced by those variables that lie in one dimension. For regression equation in year 2001 to 2006, market movement influences the changing of government monetary policy. For The Granger-causality test in year 2001 to 2005, capital market and the government monetary policy influence the changing of currency market. On the contrary, for the year 2001 to 2006 the changing of currency market influences the changing of government monetary policy. The difference of the result between those two methods is happened because of short time changes in the endogenous variables and the exogenous variables in six financial market that happen in year 2006."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19783
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Proyek Pembinaan Kerukunan Hidup Beragama, Departemen Agama RI, 1979
302 MAS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tulus Winarsunu
"Penelitian ini dimaksudkan untuk menemukan pola-pola yang memungkinkan antara sumber stres di tempat kerja, iklim keselamatan kerja, kesadaran terhadap bahaya, dan sikap terhadap keselamatan kerja memiliki hubungan dengan terbentuknya perilaku berbahaya.
Penelitian dilaksanakan pada perusahaan-perusahaan yang mempersyaratkan tuntutan kerja fisik yang tinggi dan memiliki situasi kerja yang secara potensial mengandung bahaya. Penelitian dilaksanakan di pabrik baja PT Krakatau Steel - Cilegon, pabrik besi PT Interworld Steel Mills Indonesia - Tangerang, dan pabrik bahan baku besi PT Maxi Mangando Industry - Tangerang. Pekerja bagian produksi sebanyak 355 orang dari ketiga perusahaan tersebut dijadikan sampel penelitian.
Data dikumpulkan melalui skala-skala perilaku berbahaya, sumber stres di tempat kerja, iklim keselamatan kerja, kesadaran terhadap bahaya, dan sikap terhadap keselamatan kerja. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis jalur.
Hasil-hasil penelitian yang ditemukan adalah:
1. Sumber stres di tempat kerja memiliki pola hubungan langsung dengan perilaku berbahaya, namun tarafnya paling tidak kuat di antara variabel-variabel lain.
2. Iklim keselamatan kerja memiliki pola hubungan tidak langsung yang kuat dengan perilaku berbahaya setelah melalui variabel sikap terhadap keselamatan kerja dan kesadaran terhadap bahaya.
3. Kesadaran terhadap bahaya memiliki pola hubungan tidak langsung melalui sikap terhadap keselamatan kerja yang lebih kuat daripada hubungan langsungnya terhadap perilaku berbahaya.
4. Sikap terhadap keselamatan kerja memiliki pola hubungan langsung dengan perilaku berbahaya yang paling kuat di antara variabel-variabel lain dan juga merupakan variabel perantara yang dapat menjelaskan hubungan antara variabel kesadaran terhadap bahaya dan iklim keselamatan kerja dengan perilaku berbahaya.
Saran-saran yang dapat diajukan adalah:
1. Perusahaan hendaknya melakukan pengelolaan dan perekayasaan terhadap sumber-sumber stres di tempat kerja sehingga terbentuknya perilaku berbahaya dapat diminimalisir.
2. Komitmen manajemen terhadap program-program keselamatan kerja hendaknya lebih diorientasikan kepada proses-proses pembelajaran yang berupa pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan kesadaran terhadap bahaya dan sikap terhadap keselamatan kerja.
3. Program keselamatan kerja hendaknya dilaksanakan dengan penuh kesungguhan dan selalu ditegakkan serta harus menjadi tanggung jawab bersama bagi semua orang."
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>