Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4123 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Richardon, William J.
New York: Fordham University Press, 2003
193 RIC h (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Warminski, Andrzej
Minneapolis: University of Minnesota Press, 1987
121.68 WAR r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Warminski, Andrzej
Minneapolis: University of Minnesota Press, 1987
121.68 WAR r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Pattison, George
London: Routledge, 2000
193 PAT l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Berhadapan dengan sesuatu yang tidak diinginkan, cara yang paling efektif untuk terhindar darinya adalah dengan mengatakan tidak terhadapnya atau menolaknya. Pertanyaannya adalah: apakah ketidakinginan itu sudah final, tidak dapat ditawar-tawar lagi?, apakah penolakan adalah satu-satunya cara?, dan apakah penolakan adalah cara yang terbaik? Bagi mereka yang menjawab ya, maka problemnya sudah selesai, tidak ada pertanyaan yang dapat diajukan lagi. Sedangkan bagi mereka yang menjawab tidak, maka pertanyaan yang masih bisa diajukan adalah: mengapa sesuatu tersebut tidak diinginkan, apa yang secara esensial ada pada sesuatu tersebut sehingga tidak diinginkan? Jawaban atas pertanyaan itulah yang disodorkan oleh Heidegger, sebuah pemahaman tentang esensi dari sesuatu tersebut. Berangkat dari pemahaman itu, maka ketidakinginan terhadap sesuatu tersebut yang berujung pada penolakan akan dipertanyakan kembali sehingga membuka peluang untuk adanya kemungkinan cara-cara yang lain dalam menghadapinya. Sesuatu tersebut adalah teknologi"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S16166
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paulus, S. Margaretha K.
"ABSTRAK
Dalam skripsi ini penulis mencoba untuk menguraikan dengan baik suatu analisa pemikiran Martin Buber dari bukunya Aku dan Engkau. Buku Aku dan Engkau membahas masalah pokok yang menurjt Buber merupakan inti dari hidup manusia. Buber memperkenalkan apa yang dinamainya relasi dalam hidup manusia. Hubungan manusia dengan alam, manusia dengan manusia lain dan manusia dengan Tuhannya. Hubungan manusia dengan Tuhannya menurut istilah Buber dikenal dengan Aku-Engkau Yang Abadi adalah relasi tertinggi. Inilah puncak kehidupan religius yang oleh Buber disamaartikan dengan persatuan mistik. Semua ini ditunjukkan oleh Buber sebagai bukti bahwa manusia tetap memerlukan dimensi religius dalam hidupnya. Buber mengharapkan hal ini sebagai jawaban atas jaman yang sakit sebagai akibat ulah manusia modern dewasa ini...

"
1985
S16081
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Kristianto, reviewer
Jerman : VDM Verlag Dr. Muller, 2009
191.08 BAY i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatius I. Susilo
"Penemuan sejati hukanlah penemuan 'tempat-tempat' baru melainkan mlihat dengan cara Baru". Adapun tujuan penelitian thesis ini adalah memperoleh suatu perspektif baru dari pengertian subjektivitas, suatu pengertian Ontologis yang rnempertanyakan `Ada'(Being, Das Sein) pada umumnya dan khususnya `Ada manusia' sebagai subjek yang mempertanyakannya. Suatu pertanyaan mengenai `Ada itu sendiri', dan bukan mengenai apa yang Ada dan cara mengetahuinya sebagaimana dibahas dalam Epistemologi.
Disini dibedakan antara `Ada' (Being, Sein) dan `ada' (being, Seiendes). Pertartyaan mengenai `Ada' (a question about Being) yang menurut Heidegger telah lama dilupakan dalam kancah pemikiran Filsafat Barat (Sein-vergessenheit) justru telah menjadi pusat kajian filsafat Timur yang secara mendalam dilakukan oleh Nagarjuna seorang tokoh filsafat Mahayana dalam Buddhisme.
Dengan mempelajari dan membandingkan kedua tokoh ini diharapkan akan diperoleh suatu pengertian dan cara pandang bare akan arti subjektivitas. Bagi kedua filsuf tersebut pengertian yang benar mengenai Aku-subjek sebagai Dasein atau Atta akan dapat mengatasi perbedaan ontologis antara Ada dan ada., karena semuanya berpulang pada diri subjek itu sendiri sebagai penentu dan penguasa hidupnya dan demikian juga dunia tempatnya berada.
Metode penelitian kami dasarkan terutama pada dua buku utama tokoh tersebut yailu Sein and Zeit (Being and Time) dari Heidegger dan `Mulamadhyamakakarika' (Foundation Stanzas of the Middle Way) dari Nagarjuna baik sumber primer maupun sekundemya.
Adapun metode yang kami gunakan adalah Hermeneutika-Fenomenologi yang menekankan bahwa pemahaman bukan pertama-tama bagaimana subjek memahami objek sebagaimana dalam epistemologi melainkan memahami cara beradanya subjek secara ontologis. Bagi Heidegger hermeneutika merupakan analisis fundamental keberadaan manusia.
Penelitian kami menunjukkan adanya persamaan yang menyatakan bahwa konsep ?kekosongan? (Emptiness, Nichtes, Sunyata) sebagai Jalan-Tengah (Middle-Way, Madhyamika) adalah prasyarat bagi subjektivitas dalam merealisasikan kebebasannya untuk menjadi Dasein yang otentik melalui tindakan-tindakan konkrit dalam kesehariannya disini dan saat ini sebagaimana dikatakan Heidegger"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
T24416
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Furkanita
"Penulisan skripsi ini bertujuan untuk membuktikan kegagalan Martin Walser menampilkan beberapa aspek kehidupan nyata masyarakat Jerman melalui alur dan karakter para tokoh drama Eiche und Angora yang diramu dalam suatu bentuk drama yang tersendiri. Kehidupan masyarakat Jerman sering dijadikan sebagai latar belakang penulisan karya-karyanya, misalnya drama Eiche und Angora. Selain menghibur, melalui karya ini Walser berusaha menampilkan kekejaman dan kejahatan para pejabat pemerintah Nazi pada akhir Perang Dunia II serta sikap sikap mereka yang mementingkan diri sendiri, dengan harapan agar publik dapat belajar dari pengalaman-pengalaman pahit tersebut. Namun, bentuk dramanya yang mengandung perpaduan berbagai unsur drama yang tidak berpadu justru melemahkan penggambaran kehidupan nyata itu. Hal ini dapat diperkuat dengan telaah-telaah Rainer Taeeni dan AE. Waine serta pen_dapat Walser sendiri tentang Eiche und Angora. Ketidakpadu_an unsur-unsur itu mengakibatkan publik akhirnya menilai Eiche und Angora sebagai drama komedi untuk hiburan semata. Jadi, dapat dilihat bahwa Eiche und Angora tidak ber_hasil mengangkat kehidupan nyata masyarakat Jerman pada suatu masa sekaligus menghibur publik."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S14636
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emila Ayu Nisa
"Kendali yang dimiliki manusia dalam menentukan keputusannya membuat Fischer dan Ravizza percaya bahwa tanggung jawab moral seseorang dinilai berdasarkan jenis kontrol yang dimiliki oleh pelaku moral. Mereka percaya bahwa manusia membutuhkan guidance control dalam menentukan tindakannya, yaitu kendali seseorang untuk dapat dengan bebas melakukan tindakannya, tanpa menghiraukan persoalan mengenai apakah ia mampu untuk melakukan tindakan yang sebaliknya atau tidak. Pemikiran ini menjadi titik berangkat gagasan teori moderate reasons-responsiveness Fischer dan Ravizza, yang mereka klaim dapat memberikan penjelasan atas alasan intuitif manusia, sehingga cukup untuk menjadi landasan penilaian tanggung jawab moral. Teori ini menjadikan mekanisme atau seperangkat sistem pada manusia untuk melakukan pertimbangan keputusannya sebagai objek penilaian tanggung jawab moral. Teori ini dikritisi dan memperoleh berbagai tanggapan dan tantangan dari berbagai perspektif sehingga membuat teori ini dinilai cukup berpengaruh dalam perkembangan diskusi tanggung jawab moral. Di sisi lain, klaim Fischer dan Ravizza tersebut terbukti keliru karena masih ditemukan kekurangan dalam teori moderate reasons- responsiveness. Melalui metode penelitian analisis deskriptif, tulisan ini bertujuan untuk memberikan pemaparan mengenai teori moderate reasons-responsiveness pada pembaca agar kemudian teori ini dapat dikritisi lebih lanjut sebagai perkembangan dalam diskusi ranah tanggung jawab moral.

Fischer and Ravizza believe that a person's moral responsibility is judged based on the type of control possessed by moral actors. Humans need guidance control in determining their actions, namely the control of a person to be able to freely carry out his actions, regardless of the question of whether he is able to take the opposite action or not. This thought became the starting point for moderate reasons-responsiveness theory, which they claim can provide an explanation for human intuitive reasoning, so that it is sufficient to form the basis for an assessment of moral responsibility. This theory makes a mechanism or a set of systems in humans to consider their decisions as objects of moral responsibility assessment, then criticized and received various responses and challenges from various perspectives so as to make this theory considered quite influential in the development of moral responsibility discussions. On the other hand, Fischer and Ravizza's claim is proven wrong because there are still deficiencies in the moderate reasons-responsiveness theory. Through descriptive analysis research methods, this paper aims to provide readers with an explanation of the theory of moderate reasons-responsiveness so that later this theory can be further criticized as a development in the discussion of the realm of moral responsibility."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>