Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187411 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Twang, Peck Yang
Yogyakarta: Nigara, 2004
305.8 TWA ct
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Denissa Almyra Putri
"Tulisan ini bertujuan untuk mengulas artikel Nichols dan Savage (2017) yang berjudul A social analysis of an elite constellation: The case of Formula 1, yang berargumen bahwa ajang balapan Formula 1 menciptakan ekologi yang mendukung terbentuknya olahraga elit. Penulis berargumen bahwa menurunnya signifikansi kelas dan citra elit dalam Formula 1 didorong oleh kebutuhan akan keahlian teknis dan kebertahanan dalam industri terlebih dengan adanya digitalisasi. Berangkat dari akumulasi konsep cultural capital milik Bourdieu, tulisan ini memperbarui konsep yang mengikutinya, yaitu technical elites atau elit teknis yang meliputi kemampuan spesifik dalam merancang, merakit, dan menjual. Penulis juga mengeksplorasi arena baru terkait digitalisasi Formula 1 pasca-2016 yang belum dibahas oleh Nichols dan Savage. Digitalisasi ini menghasilkan elit teknis baru yang turut menopang Formula 1 sebagai olahraga dan industri, seperti perusahaan media, pegiat media sosial, serta atlet itu sendiri.

This paper aims to review the article by Nichols and Savage (2017) titled "A social analysis of an elite constellation: The case of Formula 1". The paper argues that the Formula 1 racing spectacle creates an ecosystem that supports the formation of elite sport. I argue that the declining significance of class and elite image in Formula 1 is driven by the need for technical expertise and sustainability within the industry, particularly with the advent of digitization. Building upon Bourdieu's concept of cultural capital, this paper extends the concept to include technical elites, encompassing specific abilities in design, assembly, and marketing. Additionally, the paper explores new arenas related to the digitalization of Formula 1 post2016, which were not addressed by Nichols and Savage. This digitalization has resulted in the emergence of new technical elites who contribute to Formula 1 as a sport and industry, such as media companies, social media influencers, and the athletes themselves."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"The research used multi cases study about the delvery of religious dialogue which bases on Islamic framework and the changes in the point of view of social culture in Salatiga
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
JIP 35 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Suhelmi
"History and background of conflict between Islam against communism after the Soeharto government in Indonesia."
Jakartra: Yayasan Sad Satria Bhakti, 2007
297.272 AHM i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wertheim, W.F. (Willem Frederik)
Amsterdam: Van Gennep, 1975
BLD 321.8 WER e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Wahyuning M. Irsyam
"PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Perkembangan studi sejarah modern tentang Indonesia telah berkembang sedemikian pesatnya memasuki hampir semua aspek kehidupan bangsa Indonesia. Salah satu yang menjadi garapan dari studi sejarah Indonesia Modern adalah golongan etnis Cina sebagai golongan minoritas di Indonesia dalam pelbagai bentuk ragamnya. Sejak Victor Purcell membukukan hasil penelitiannya ?the Chinese in Southeast Asia" ternyata karya ini mampu mengilhami lahirnya karya-karya baru dalam studi Indonesia Modern. Studi tentang golongan etnis Cina ternyata telah menghasilkan sejumlah ilmuwan antara lain seperti Melly G. Tan, Leo Suryadinata, Liem Twan Djie dan Ong Eng Die.
Golongan etnis Cina seringkali diidentikkan sebagai golongan yang mempunyai peranan penting dalam dalam perekonomian Indonesia. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari adanya kenyataan bahwa mereka telah mulai merintis usaha-usaha di bidang perekonomian sejak dulu, dan keberhasilan mereka ditunjang oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari berbagai pihak, baik pihak mereka sendiri, pihak pemerintah Belanda maupun dari pihak pribumi.
Bila kita telusuri sejarah perkembangan mereka di bidang perekonomian, maka kita harus melihat kenyataan bahwa bangsa Cina telah mengadakan hubungan dengan bangsa-bangsa di Asia Tenggara, termasuk bangsa Indonesia sejak jaman dinasti Han berkuasa di daratan Cina (206 SM - 221 M). Ada dugaan bahwa hubungan dagang tersebut pada awalnya dilakukan oleh para pedagang.
Beberapa bukti arkeologis antara lain menunjukkan adanya patung-patung batu yang ditemukan di Pasemah, Sumatera Selatan yangmirip dengan patung-patung batu yang terdapat pada kuburan Jenderal Huo K'lu - ping di Propinsi Shenshi, yang bertandakan tahun 117 SM. Di camping itu juga banyak diketemukan barang-barang keramik di Sumatera , Jawa dan Kalimantan yang bertandakan tahun 45 SM (Victor Purcell, 1951: II). Dugaan para ahli, masa tersebut merupakan masa awal hubungan Cina-Indonesia.
Hubungan berikutnya adalah datangnya seorang musafir Cina yang beragama budha ke Indonesia. Fa-Hsien datang ke Jawa pada tahun 413 Masehi. Dari catatan sejarah dinasti Sung (420 - 479 M) dan dinasti Liang (502 - 527 M) dapat diketahui bahwa ada utusan dari negara-negara di Asia Tenggara yang datang ke Cina. Selain utusan yang datang ke Cina, Cina sendiri pada jaman dinasti T'ang (618 - 907 M) pernah mengirim utusan ke Selatan untuk membuka hubungan dagang. Pada tahun 756 - 779 M, pernah datang tiga utusan dari Jawa ke Cina atau sebaliknya, maka hubungan dagang Utara - Selatan menjadi semakin lancar.
Pada jaman pemerintahan dinasti Qing (1644 - 1911) hubungan dagang dengan Barat dibuka. Pelabuhan utama mereka adalah Amoy, Kwangtung dan Fukien. Meskipun hubungan dagang dengan bangsa Barat telah dimulai sejak tahun 1644, namun baru pada tahun 1786 penduduk setempat menyadari bahwa yang banyak mendapatkan keuntungan adalah bangsa Barat. Hal ini mendorong mereka untuk mengadakan migrasi ke tanah jajahan Barat. Apalagi mereka mendengar bahwa di Semenanjung Malaya orang bisa mendapatkan mata pencaharian dengan upah yang lumayan.
Migrasi etnis Cina terjadi secara besar-besaran setelah terjadinya perang Candu (1839 - 1842), yang mengakibatkan dibukanya negara Cina oleh Inggris dan setelah terjadinya pemberontakan Tai Ping (1851 - 1865), yang mengakibatkan hancurnya perekonomian di Cina Selatan. Dengan hancurnya perekonomian di Cina Selatan maka banyak orang "terpaksa" meninggalkan kampung halamannya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik.
PERMASALAHAN
Penelitian ini mengkaji peranan golongan etnis Cina di sektor ekonomi pada masa kolonial. Secara khusus penelitian ini ingin mengungkapkan faktor-faktor apa yang menyebabkan golongan etnis Cina berperan di sektor ekonomi, bagaimana tingkah laku ekonomi golongan etnis Cina dan kendala-kendala yang dihadapi dalam memainkan peranannya itu.
Uraian berikut ini mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Uraian dan penjelasan berikut ini mencakup kedudukan golongan etnis Cina pada masa kolonial, dan pola tingkah laku ekonomi golongan etnis Cina. Pola tingkah laku tersebut dihubungkan dengan kegiatan perekonomian yang ada di Indonesia pada waktu itu. Dari uraian dan penjelasan yang ada diharapkan diperoleh suatu pemahaman mengenai peranan golongan etnis Cina di sektor ekonomi."
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1996
LP 1996 94
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sutherland, Heather
Singapore: Heinemann Educational Books, 1979
325.349 SUT m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
London: Routledge, 2018
401.41 ELI
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ariansyah Arsyi
"Kemenangan Pakistan Tehreek-e-Insaf pada pemilihan umum Pakistan 2018 menjadi fenomena tersendiri dalam kontestasi politik di Pakistan. Partai yang dipimpin oleh Imran Khan ini berhasil secara cukup signifikan mengalahkan kekuatan-kekuatan partai politik lama yang telah bergantian memimpin parlemen Pakistan, seperti Pakistan Muslim League Nawaz dan Pakistan People’s Party. Dalam hal ini, penggunaan narasi populisme menjadi senjata utama bagi Imran Khan dan partainya dalam menyaingi partai-partai lama tersebut. Narasi dikotomis antara identitas kelompok elit korup dengan the people yang menginginkan perubahan, serta retorika anti Barat dan islamisme yang kuat, merupakan ciri khas dalam strategi politik Imran Khan yang pada tahun 2018 berhasil menjadi Perdana Menteri Pakistan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi komunikasi dan sikap populis Imran Khan dalam kemenangan Pakistan Tehreek-e-Insaf pada pemilihan umum Pakistan 2018. Dengan melakukan studi literatur melalui metode kualitatif, tulisan ini menyimpulkan bahwa strategi komunikasi dan sikap populis lewat konstituen kedaulatan the people, people-centrism, dan anti elitisme yang digunakan oleh Imran Khan berhasil dalam memenangkan Pakistan Tehreek-e-Insaf pada pemilihan umum Pakistan 2018.

Pakistan Tehreek-e-Insaf’s victory in the 2018 Pakistan general election has become a phenomenon in Pakistan’s political contest. The party led by Imran Khan has succeeded
in significantly defeating the forces of the old political parties which have taken turns leading the Pakistan parliament, such as the Pakistan Muslim League Nawaz and the Pakistan People’s Party. In this case, the use of populism narratives is the main weapon for Imran Khan and his party in competing with these old parties. The dichotomous narrative between the corrupt elite groups and people who want change, as well as strong anti-Western rhetoric and islamism, are the characteristics of Imran Khan’s
political strategy, which in 2018 succeeded in becoming the Prime Minister of Pakistan. This study aims to analyze Imran Khan’s populist communication and attitude strategy in Pakistan Tehreek-e-Insaf’s victory in the 2018 Pakistan general election. By conducting a literature study through qualitative methods, this paper concluded that the populist communication and attitude strategy through the constituents of the people’s sovereignty, people-centrism, and anti-elitism used by Imran Khan was successful in winning Pakistan Tehreek-e-Insaf at the 2018 Pakistan general election.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>