Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6632 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: PDII-LIPI, 1997
584.39 SRI t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ayu Setyani
"Temu Putih (Curcuma zedoaria) adalah tanaman dari famili Zingiberaceae yang berasal dari Himalaya, India. Penelitian sebelumnya pada rimpang temu putih menunjukkan bahwa tanaman ini mengandung metabolit sekunder dari golongan alkaloid, fenolik, dan terpenoid yang diketahui memiliki aktivitas antibakteri. Tujuan penelitian ini adalah mengisolasi metabolit sekunder dari ekstrak metanol rimpang kunyit putih dan menguji aktivitas antibakterinya terhadap bakteri penyebab jerawat yaitu Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. Pada penelitian ini diperoleh hasil maserasi ekstrak rimpang kunyit putih dengan rendemen 3,68%. Ekstrak metanol kemudian dipartisi dan persentase rendemen ekstrak etil asetat adalah 47,06%. Ekstrak partisi etil asetat selanjutnya difraksinasi menggunakan berbagai teknik kromatografi seperti kromatografi cair vakum (KCV), kromatografi kolom (KK), kromatografi radial (KR), dan kromatografi lapis tipis preparatif (KLT). Senyawa hasil isolasi kemudian dikarakterisasi menggunakan instrumen FTIR, UV-Vis, dan LC-MS/MS. Dari penelitian ini berhasil diisolasi tiga senyawa golongan fenolik, yaitu dimethoxycurcumin (A), 3,5,7-trihydroxy-4'-methoxyflavon (B), dan 7-methoxyumarin (C). Uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri penyebab jerawat dilakukan dengan metode difusi cakram dengan kontrol positif klindamisin dan kontrol negatif DMSO. Berdasarkan hasil uji aktivitas, baik ekstrak kasar metanol, ekstrak etil asetat terpartisi, maupun senyawa hasil isolasi tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri P. acnes dan S. epidermidis. Berdasarkan hasil penelitian, kandungan metabolit sekunder rimpang kunyit putih tidak cukup potensial sebagai antibakteri terhadap bakteri P. acnes dan S. acnes.
Temu Putih (Curcuma zedoaria) is a plant from the Zingiberaceae family originating from the Himalayas, India. Previous research on temu putih rhizome showed that this plant contains secondary metabolites from the alkaloid, phenolic, and terpenoid groups which are known to have antibacterial activity. The purpose of this study was to isolate secondary metabolites from methanol extract of white turmeric rhizome and to test its antibacterial activity against acne-causing bacteria, namely Propionibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis. In this study, the results of maceration of white turmeric rhizome extract were obtained with a yield of 3.68%. The methanol extract was then partitioned and the percentage yield of the ethyl acetate extract was 47.06%. The ethyl acetate partition extract was further fractionated using various chromatographic techniques such as vacuum liquid chromatography (KCV), column chromatography (KK), radial chromatography (KR), and preparative thin layer chromatography (TLC). The isolated compounds were then characterized using FTIR, UV-Vis, and LC-MS/MS instruments. From this study, three phenolic compounds were isolated, namely dimethoxycurcumin (A), 3,5,7-trihydroxy-4'-methoxyflavone (B), and 7-methoxyumarin (C). Antibacterial activity test against acne-causing bacteria was carried out by disc diffusion method with positive control of clindamycin and negative control of DMSO. Based on the activity test results, both the crude methanol extract, the partitioned ethyl acetate extract, and the isolated compound did not have antibacterial activity against P. acnes and S. epidermidis bacteria. Based on the results of the study, the secondary metabolite content of white turmeric rhizome is not enough potential as an antibacterial against P. acnes and S. acnes bacteria."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annesya Shafira Amartya
"Rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan tanaman obat yang bermanfaat sebagai antioksidan karena mengandung kurkuminoid dan xantorizol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan kombinasi NADES terbaik dan kondisi ekstraksi yang optimum serta membandingkan hasil kadar ekstraksi NADES-UAE dengan hasil kadar ekstraksi etanol-maserasi. Penggunaan NADES berpotensi mengekstraksi senyawa hidrofobik sehingga dilakukan optimasi kondisi ekstraksi agar mendapatkan kondisi optimal untuk mengekstraksi senyawa kurkuminoid dan xantorizol. Komponen NADES yang digunakan adalah kolin klorida dengan gula sederhana (glukosa, fruktosa, dan sukrosa). Optimasi kondisi ekstraksi ditentukan dengan metode Response Surface Methodology menggunakan tiga variabel bebas, yaitu penambahan air pada NADES (10–30%), rasio pelarut dan serbuk (15–25 mL/g), dan waktu ekstraksi (10–30 menit). Penetapan kadar kurkuminoid dan xantorizol dilakukan dengan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi kolin klorida dan sukrosa mendapatkan hasil yang paling tinggi. Kondisi yang optimum untuk mengekstraksi senyawa kurkuminoid dan xantorizol adalah penambahan air pada NADES 10%, rasio pelarut terhadap serbuk 25 mL/g, dan waktu ekstraksi 20 menit. Hasil ekstraksi maserasi-etanol 96% didapatkan dengan hasil kadar kurkuminoid dan xantorizol yang lebih tinggi dibandingkan NADES-UAE. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan NADES berbasis kolin klorida-sukrosa dapat digunakan sebagai alternatif pelarut organik untuk mengekstraksi senyawa kurkuminoid dan xantorizol.

Javanese turmeric rhizome (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) is a medicinal plant used as an antioxidative agent because it contains curcuminoid dan xanthorrhizol. This research aimed to find the best combination of NADES and the optimal extraction condition and compare the extract level of NADES-UAE with the extract level of ethanol-maceration. NADES has a potential to extract hydrophobic compound, optimization of extraction condition conducted to find an optimal condition for extract curcuminoid and xanthorrhizol. NADES components used are choline chloride and sugar (glucose, fructose, and sucrose). The optimization of extraction condition was conducted using Response Surface Methodology with three variables, namely water percentage (10–30%), ratio of solvent to powder (15–25 mg/L), and extraction time (10–30 minutes). The analysis of curcuminoid and xanthorrhizol was performed using High-Performance Liquid Chromatography. Choline chloride-sucrose showed the highest result for extraction. The optimal conditions were obtained at 10% of water percentage, 25 mL/g ratio of solvent to powder, and 20 minutes of extraction time. The extraction results obtained in the maceration methods with 96% ethanol extract showed the curcuminoid and xanthorrhizol level is higher than NADES-UAE. Based on the result, it can be concluded that choline chloride-sucrose based NADES can be used as an alternative to organic solvent to extract curcuminoid and xanthorrhizol.

"
Depok: Fakultas Farmas Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ukhti Maira
"Latar belakang: Temulawak adalah tanaman obat asli Indonesia yang mengandung zat aktif xanthorrhizol dan memiliki efek antifungal. Dengan membentuk biofilm, Candida albicans menjadi virulen dan semakin virulen ketika mencapai fase maturasi.
Tujuan: Mengetahui potensi ekstrak etanol temulawak dalam menghambat biofilm C. albicans isolat klinis dan C. albicans ATCC 10231 pada fase maturasi.
Metode: Pemaparan ekstrak etanol temulawak berbagai konsentrasi pada biofilm C. albicans dimulai pada 1.5 jam setelah inkubasi dan dilanjutkan selama 48 jam. MTT assay digunakan untuk mengukur persentase viabilitas sel C. albicans pada biofilm yang kemudian dikonversi menjadi persentase inhibisi biofilm oleh ekstrak temulawak.
Hasil: Terhadap C. albicans isolat klinis, Kadar Hambat Minimum KHM dan Kadar Bunuh Minimum KBM ekstrak etanol temulawak adalah 15 dan 30, sedangkan terhadap C. albicans ATCC 10231 adalah 20 dan 35. Nilai Kadar Hambat Biofilm Minimum KHBM50 ekstrak etanol temulawak adalah 35 terhadap C. albican isolat klinis dan 40 terhadap C. albicans ATCC 10231. Dibutuhkan konsentrasi ekstrak etanol temulawak yang lebih tinggi untuk menghambat C. albicans ATCC 10231 daripada untuk menghambat C. albicans isolat klinis.
Kesimpulan: Baik terhadap C. albicans isolat klinis maupun C. albicans ATCC 10231, ekstrak etanol temulawak berpotensi menghambat biofilm C. albicans fase maturasi.

Background: Javanese turmeric is an Indonesian medicinal plant which contains xanthorrhizol had been reported to have antifungal effect. By forming biofilms, C. albicans becomes virulent and more virulent as it reaches the maturation phase.
Objective: To investigate the capability of Javanese turmeric ethanol extract in inhibiting the formation of maturation phase C. albicans biofilm both of clinical isolate and ATCC 10231.
Methods: The Exposure of various concentrations of Javanese turmeric ethanol extract to C. albicans biofilm started at 1.5 hours after incubation and continued for 48 hours. MTT assay was used to measure the percentage viability of C. albicans cells on the biofilm which was then converted into the percentage of biofilm inhibition.
Results: Against C. albicans clinical isolate, Minimum Inhibition Concentration MIC and Minimum Fungicidal Concentration MFC of javanese turmeric ethanol extract was 15 and 30 whereas against C. albicans ATCC 10231 was 20 and 35. Minimum Biofilm Inhibition Concentration MBIC50 of javanese turmeric ethanol extract was 35 against C. albicans clinical isolate and 40 against C. albicans ATCC 10231 biofilm. Higher concentration of the extract was required to inhibit C. albicans ATCC 10231 compared to the concentration to inhibit C. albicans clinical isolate.
Conclusion: Both against C. albicans clinical isolat and C. albicans ATCC 10231, javanese turmeric ethanol extract has potential in inhibiting mature phase of C. albicans biofilm.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rerin Santiana
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S31586
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Basmah Nadia
"Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb) memiliki kandungan utama kurkuminoid dan xanthorrhizol yang dapat memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh. NADES merupakan green solvent yang banyak diuji coba untuk mengekstraksi senyawa pada temulawak. NADES diketahui dapat meningkatkan solubilitas dan bioavailabilitas senyawa tidak larut air seperti kurkumin. Penelitian ini bertujuan untuk mencari kombinasi pelarut terbaik, menetapkan kondisi optimum ekstraksi dengan NADES menggunakan Ultrasound-Assisted Extractionuntuk senyawa kurkuminoid total (CUR) dan xanthorrhizol (XNT) pada rimpang temulawak, dan membandingkan hasilnya dengan ekstraksi konvensionalmaserasi-etanol. Variabel yang digunakan untuk optimasiberupa persentase penambahan air pada NADES (%), waktu ekstraksi (menit), dan rasio serbuk dengan pelarut (S/L). Semua variabel dimodelkan dengan menggunakan Response Surface Methodology (RSM). Penetapan kadar dianalisis menggunakan KLT densitometri yang parameternya telah divalidasi, fase gerak diklorometana-kloroform (4:6), dan dideteksi pada panjang gelombang 425 nm (CUR) dan 224 nm (XNT). Dari hasil analisis ekstraksi, NADES terbaik yaitu kolin klorida dengan asam malat (ChCl-MA) dengan rasio 1:1. Ditemukan kondisi optimum dari hasil rekomendasi RSM, yaitu pada penambahan air 27,7%, waktu ekstraksi 17,5 menit, dan rasio serbuk pelarut 1:18,5 dengan hasil kadar 4,76 mg/g total CUR dan 12,98 mg/g XNT, sedangkan maserasi-etanol 96% menghasilkan kadar 1,88 mg/g total CUR dan 9,80 mg/g XNT. NADES-UAE lebih efektif menarik senyawa CUR dan XNT dibandingkan maserasi-etanol 96%. Data pada penelitian ini berguna untuk pengembangan metode ekstraksi hijau lebih lanjut untuk mengekstrak kurkuminoid dan xanthorrhizol menggunakan NADES.

The Javanese turmeric (Curcuma xanthorriza Roxb) contains curcuminoids (CUR) and xanthorrhizol (XNT) as a main compounds that can provide health benefits. NADES is one of the green solvent that has been tested for extracting temulawak. This study aims to obtain the optimum condition to extract total CUR and XNT from Curcuma xanthorriza Roxb. using organic acid-based NADES with Ultrasound-Assisted Extraction. The variables used were water addition (%), extraction time (min), and solid-to-liquid ratio (S/L). All variables were modelled by using Response Surface Methodology (RSM). Determination of marker content was analysed using TLC Densitometry that was validated, dichloromethane-chloroform (4:6) as mobile phase, was detected at a wavelength of 425 nm for total CUR and 224 nm for XNT. Three organic acid-based NADESs were screened to find one NADES combination that gives the highest content of CUR and XNT. It resulted in choline chloride and malic acid DES (ChCl-MA) at a 1:1 M ratio. The result showed the optimal extraction conditions with ChCl-MA (1:1) is 25% water addition, 15 minutes of extraction time, and a 1:20 S/L ratio. These conditions produce total CUR levels of 4.58 mg/g and XNT of 12.93 mg/g; the ethanol 96%-maceration produces 1.88 mg/g total CUR levels and 9.80 mg/g XNT. The most influential variable observed for the extraction was the solid-to-liquid ratio (S/L) and the addition of water (%) (p<0,05). Based on the result, NADES-UAE is more effective than ethanol maceration. The data reported herein are useful for further developments of green extraction methods to extract curcuminoids and xanthorrhizol.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elmida Ilyas
"ABSTRAK
Telah dilakukan pemeriksaan efek antihepatotoksik temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.) terhadap efek hepatotoksik karbon tetrakiorida pada tikus. Percobaan ini dilakukan terhadap 21 ekor tikus yang dibagi secara acak menjadi tiga kelompok. Kelompok I merupakan ke1ompok kontrol, kelompok II diberi Cd 4 0,40 mg/9 BB dosis tunggal, dan kelompok III adalah kelompok yang diberi CC1 4 0,40 mg/g BB dosis tunggal dan temulawak 500 mg/K-g empat kali dalam 48 jam. Tikus dimatikan 48 jam setelah perlakuan, darahnya dikumpulkan untuk pemeriksaan aktivitas GPT dan hati diambil untuk pemeriksaan histologi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian temulawak 500 mg/Kg BB, empat kali dalam 48 jam, dapat mengurangi efek hepatotoksik Cd 4 0,40 mg/g BB dosis tunggal pada tikus. Berdasarkan penelitian ini, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari dosis optimum temulawak dan pemeriksaan efek temulawak terhadap bahan hepatotoksik lainnya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meika Putri Hidayati
"Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan konsep ekstraksi hijau terus dikembangkan untuk mengurangi pengonsumsian pelarut organik yang mudah menguap dan menimbulkan polusi. Salah satu cara untuk mewujudkannya adalah dengan menggunakan pelarut hijau alternatif yang dikenal sebagai Ionic Liquid (IL), karena sifatnya tidak mudah menguap dan dapat digunakan berulang dengan dipurifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan optimasi ekstraksi rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) menggunakan IL, 1-Heksadesil-3-Metilimidazolium Klorida dengan Ultrasound Asissted Extraction (UAE), kemudian hasil kadar senyawa xantorizol dan kurkuminoid yang terekstraksi menggunakan metode IL-UAE akan dibandingkan dengan metode konvensional maserasi dengan pelarut Etanol 96%. Proses ekstraksi IL- UAE dilakukan hingga didapatkan kondisi optimum dengan bantuan Response Surface Methodology (RSM), dimana variabel bebas yang digunakan yakni konsentrasi pelarut (0,08 M, 0,1 M, dan 0,12 M), waktu ekstraksi (10 menit, 15 menit, dan 20 menit), dan rasio pelarut-sampel (1:20; 1:30; dan 1:40). Penetapan kadar xantorizol dan kurkuminoid dilakukan dengan menggunakan metode KLT Densitometri dengan fase gerak Diklorometana:Kloroform (4:6) dan dideteksi pada panjang gelombang 224 nm untuk xantorizol dan 425 nm untuk Kurkuminoid. Data analisis menunjukkan kondisi optimal dihasilkan oleh pada run 3 dengan perolehan kadar senyawa xantorizol dan kurkuminoid yang tertinggi yaitu berturut-turut sebesar 36,98 mg/g dan 6,64 mg/g serbuk, dimana kondisi ekstraksinya menggunakan konsentrasi IL 0,1 M, waktu ekstraksi 20 menit dan rasio sampel terhadap pelarut 1:40 g/mL. Berdasarkan hasil penelitian, pelarut IL lebih efektif digunakan untuk menarik senyawa xantorizol dan kurkuminoid apabila dibandingkan dengan metode konvensional maserasi dengan pelarut etanol 96% yang hanya memberikan kadar 9,25 mg/g serbuk untuk xantorizol dan 2,16 mg/g serbuk untuk kurkuminoid.

In recent years, the use of green extraction has been continuously developed to reduce the consumption of volatile and polluting organic solvents. One way to achieve this is to use an alternative green solvent known as Ionic Liquid (IL), which is recognized for its non-volatile and reusable properties by using the purification method. This study aims to optimize the extraction of Javanese Tumeric rhizomes (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) using IL, 1-Hexadecyl-3- Methylimidazolium Chloride by Ultrasound Assisted Extraction (UAE), then the results of xantorizol and curcuminoid compounds extracted using the IL-UAE method will be compared with the conventional method of maceration with 96% Ethanol solvent. The extraction process with IL-UAE was carried out until optimum conditions were achieved using Response Surface Methodology (RSM), where the independence variable for instance, solvent concentration (0.08 M, 0.1 M, and 0.12 M), extraction time (10 min, 15 min, and 20 min) and sample to solvent ratio (1:20; 1:30; and 1:40) variables. Determination of xanthorrhizol and curcuminoids content was analyzed by using TLC Densitometry method that was validated using mobile phase conditions of Dichloromethane: Chloroform (4:6) and was detected at a wavelength of 224 nm for xanthorrhizol dan 425 nm for curcuminoids. The results showed that the optimal conditions from IL 1-Hexadecidyl-3-Metylmidazolium Chloride, use the 0.1 M solvent, extraction time of 20 minutes and sample to solvent ratio of 1:40. These conditions produce xanthorrhizol content of 36.98 mg/g and Curcuminoids content of 6.64 mg/g of powder. Based on the results, it can be concluded that IL solvent is more effective to extract xanthorrhizol and curcuminoids than 96% Etanol maceration, which can only extract xanthorrhizol content of 9.25 mg/g and Curcuminoids content of 2.16 mg/g of powder."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifa Rahmah Diah Nur Fitri
"Sebelum studi ini, telah dibuktikan beberapa tanaman herbal berpotensi sebagai gastroprotektif. Tetapi penggunaannya sebagai obat di Indonesia masih terbatas secara empiris. Sementara, NADES merupakan campuran eutektik dengan 2 atau 3 komposisi penyusun yang terdiri dari metabolit primer. Selain sebagai pelarut alternatif dalam ekstraksi herbal, NADES memiliki potensi meningkatkan bioavailabilitas suatu senyawa. Studi ini bertujuan untuk membandingkan efek gastroprotektif yang dimiliki oleh senyawa xantorizol pada ekstrak etanol temulawak dan ekstrak etanol temulawak dalam NADES. Hewan uji yang digunakan adalah mencit galur swiss webster berusia ± 4 bulan. Dalam pengujiannya, studi ini menggunakan dosis xantorizol sebesar 10 mg/KgBB dan 25 mg/KgBB. Perlakuan pada 7 kelompok (n=4) dilakukan selama 7 hari sebelum induksi ± 12 jam setelahnya dengan etanol 50%-HCl 0,3M (10 uL/gramBB). Efek gastroprotektif ditentukan berdasarkan hasil pengujian indeks ulkus, pH isi lambung, dan kadar mukus lambung. Pada uji indeks ulkus, kelompok ekstrak etanol dengan 25 mg/KgBB dosis xantorizol memiliki perbedaan signifikan terhadap kelompok negatif (p<0.05). Secara umum, perbaikan ulkus terlihat meningkat sesuai dosis terhadap kelompok kontrolnya. Sementara, pada uji kadar mukus, empat kelompok perlakuan (pelarut NADES, EE XTZ dosis 10 mg/KgBB, EE XTZ dosis 25 mg/KgBB, dan EEN XTZ dosis 10 mg/KgBB) memiliki peningkatan kadar mukus yang signifikan terhadap kontrol negatif (p<0,05). Kemudian, pada uji pH, kelompok kontrol positif dan kelompok ekstrak etanol memiliki kemampuan mempertahankan pH mendekati pH normalnya dengan kisaran pH 2,48-2,88. Hal ini menunjukkan xantorizol memiliki potensi gastroprotektif pada dosis 10 mg/KgBB dan pada 25 mg/KgBB. Namun, tidak ada perbedaan antara ekstrak etanol dalam NADES dengan ekstrak etanol.

Before, there were already several candidates for herbal medicine with gastroprotective effects. However, in Indonesia, herbal medicines were mostly used empirically. A NADES is a eutectic mixture of 2 or 3 primary metabolites. Besides being an alternative solvent for extraction, NADES can potentially improve a compound's bioavailability. This study compares the gastroprotective effect of xanthorrhizol within Javanese turmeric rhizomes ethanol extract and the same ethanol extract dissolved in NADES. This study used ± 4 months old Swiss Webster mice. Xanthorrhizol administered at 10 mg/Kg and 25 mg/Kg. Seven groups of mice (n=4) were pre-treated for seven days and then induced with ethanol 50%-HCl 0.3M(10 uL/gram) ± 12 hours later. Gastroprotective effects were then measured with three parameters: ulcer index, gastric content pH, and mucus content. The result of index ulcers shows a significant difference between ethanol extract with 25 mg/Kg xanthorrhizol and negative control (p<0,05). Overall, there is an improvement in ulcer healing for all treatment groups with a dose-dependent trend compared with the control group. For gastric mucus content, four treatment groups (NADES, EE XTZ 10 mg/Kg, EE XTZ 25 mg/Kg, and EEN XTZ 10 mg/Kg) have shown a significant increase compared with negative control (p<0,05). In gastric pH parameters, groups administered with ethanol extract and positive control can maintain their pH within normal acidic pH, which is 2.48-2.88. Thus, xanthorrhizol does have a gastroprotective effect at 10 mg/Kg and 25 mg/Kg. However, ethanol extract dissolved within NADES did not show any significant effect difference compared with ethanol extract."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>