Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5207 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhsin Labib
Jakarta: Lentera, 2004
297.5 MUH j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Sebagai salah satu cabang dari ilmu-ilmu islam, tasawuf berakar kuat dalam al-Qur'an, Hadis dan tradisi islam. Ia menekankan dimensi esoteris agama, untuk mengimbangi ilmu hukum (fiqh) yang berorientasi pada dimensi eksoteris agama sehingga timbul keberagamaan yang sangat formalistik. Ikhwal shalat, misalnya, tasawuf berusaha untuk menangkap ruh ibadah yang dikatakan al-qur'an berpotensi menyeret pelakunya ke neraka. Melalui Ihya Ulum al-din, Imam al-Ghazali memberikan ruh pada ritual peribadatan Islam. Terjadinya kontroversi tasawuf, terkait soal kebersatuan 'abid dan ma'bud, yang diistilahkan sebagai al-ittihad, al-hulul dan wahdat al-wujud. Jaran terpenting tasawuf adalah membangun akhlaq mulia, mempunyai sifat-sifat terpuji sebagaimana sifat-sifat Allah, dengan melakukan amal-amal ibadah seperti digariskan syariat yang dibawa oleh Rasullah. Tasawuf yang menegakan Syari'ah dipandang oleh Muhammadiyah sebagai jalan yang dikehendaki agama, sedangkan yang menyalahi Syari'ah adalah tasawuf sesat. Meskipun secara formal tidak bertasawuf, tetapi pada substansinya para sesepuh Muhammadiyah, misalnya, Buya ZAS, Buya Zul, Pak AR, dan Amin Rais adalah pelaku tasawuf akhlaqi."
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Sebagai salah satu cabang dari ilmu-ilmu Islam, tasawuf berakar kuat dalam Al-Qur'an. Hadis dan tradisi islam. Ia menekankan dimensi esoteris agama, untuk mengimbangi ilmu hukum (fiqh) yang berorientasi pada dimensi eksoteris agama sehingga timbul keberagaman yang sangat formalistik. Ikhwal shalat, misalnya tasawuf berusaha untuk menangkap ruh ibadah yang dikatakan al-Qurani berpotensi menyeret pelakunya ke neraka. Melalui Ihya Ulum al-din Imam Al Ghazali memberikan ruh pada ritual peribadatan Islam. Terjadinya kontroversi tasawuf terkait soal kebersatuan 'abid dan ma'bud yang diistilahkan sebagai al-ittihad, al-hulul dan wahdat al-wujud. Ajaran terpenting tasawuf adalah membangun akhlaq mulia, mempunyai sifat-sifat terpuji sebagaimana sifat-sifat Allah, dengan melakukan amal-amal ibadah seperti digariskan syariat yang dibawa Rasulullah. Meskipun secara formal tidak bertasawuf, tetapi pada substansinya para sesepuh Muhammadiyah misalnya Buya ZAS, Buya Zul, Pak AR dan Amin Rais adalah para pelaku tasawuf akhlaqi."
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Al-Jauzi, Ibnu Qayyim
Jakarta: Qisthi Press, 2006
297.5 ALJ at
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Amini, Ibrahim
Jakarta: Islamic Center Jakarta, 2002
297.4 IBR kt (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Watt, William Montgomery
London: George Allen and Unwin, 1953
297.4 WAT f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Luthfi Ghozali
Jakarta: Kencana, 2011
297.52 GHO p (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam diskursus ilmu Tasawuf, telaah tentang maqamat adalah penting. Melalui penelitian kepustakaan, kata maqamat, dari bahasa Arab, secara bahasa berarti tahapan yang dialami oleh seorang sufi dalam mendekatkan diri kepada Allah Swt. Adapun secara istilah, maqamat bisa diartikan "sebagai sebuah proses panjang dengan ahwal di dalamnya, yang ditempuh melalui latihan-latihan ruhaniah (riyadlah) serta amalan dan metode tertentu untuk mencapai tingkat tertinggi dalam mendekatkan diri kepada Allah Swt. Tingkat tertinggi ini dalam metode 'Irfani' disebut ma'rifat Allah Swt., mahabbah ila allah, atau ittihad ma'a Allah. Dalam tataran praksis, para sufi menjabarkan susunan dalam tahapan (maqamat) tersebut beragam sesuai dengan keberagaman pengalaman langsung mereka. Terlepas dari keragaman, paling tidak, ada dua tingkatan utama dalam maqamat, yaitu : tingkatan pertama terdiri dari : taubat, zuhud, sabar, tawakal, dan ridla ; sedangkan tingkatan kedua terdiri dari : al-mahabbah, al-ma'rifah, al-fana ; al-baqa ; dan al-ittihad (baik berbentuk hulul maupun wihdah al-wujud). Dengan pengetahuan yang benar tentang istilah-istilah dalam maqamat diharapkan dapat dijadikan pedoman khususnya bagi para pelaku pemula dalam upaya mendekatkan diri kepada Sang Khaliq, dan umumnya bagi para peneliti yang menekuni bidang Tasawuf"
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Para sufi menafsirkan teks-teks suci dengan kaidah hermeneuik, untuk mencari makna konot erlatif, denotatif, terutama sugestif. Hamzah Fansuri—sufi dan sastrawan besar yang hidup semasa kerajaan Aceh berlimpah materi dan mengalami dekadensi moral, memaknai kata faqr sebagai memerlukan dan kemiskinan. Keduanya khas manusia, sehingga karena kemiskinan manusia perlu Tuhan, dan karena ke Maha-kaya-an-Nya Tuhan merdeka. Faqir adalah orang yang merdeka dari selain Allah. Sebagai maqam tertinggi, faqir berkenaan dengan jiwa yang fana, lenyapnya jiwa yang rendah sebab yang ada hanya cinta ilahi. Faqir berarti hidup zuhud dalam menggumuli, bukan menolak, kehidupan duniawi. Sementara M.Iqbal-Fisuf dan penyair Pakistan yang hidup ketikka peradaban Islam dlam kemunduran, memaknai kata faqr sebagai pribadi yang kuat karena cintanya pada Tuhan dan manusia merdeka, manusia unggul sebab kesadaran intelektualnya yang dalam dan jiwanya hidup. Hamzah Fansuri dan M. Iqbal memberikan makna yang hampir sama pada kata faqr, juga kritik mereka terhadap penyimpangan-penyimpngan agama dan tasawuf. Perbedaannnya, M. Iqbal memberikan takwil baru dan memperluasnya hingga mencakup bukan hanya agama dan tasawuf tetapi juga sosial dan politik, serta dengan jargon modern."
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam perkembangan zaman yang semakin mengglobal dewsa ini, dinamika kehidupan berjalan secara antagonistik, keunggulan dunia modern yang serba materialis, hedonis dan sekularis serta keterpurukan dunia tradisional yang serba spritiyual. Sebagai akibat, maka hilanglah nilai-nilai spiritual, yang pada gilirannya membuat manusia hidup dalam kebingunan, hidup penuh dengan kepura-puraan. Kekeringan batin yang diderita manusia modern tentu memerlukan upaya penyembuhan, demi kemaslahatan hidup manusia di sini saat ini dan di sana kelak. Sehubungan dengan itu, tepatlah kalau dimensi batiniah Islam (Tasawuf) ditawarkan sebagai solusi. Dalam bertasawuf, yang terpenting adalah membuat dimensi spiritualitas manusia menjiwai ; menerangi seluruh aspek kehidupannya, tidak terkecuali dibidang sosial-politik. Untuk keperluan itu, dalam studi ini digunakan pendekatan historis-kultural. Dengan pendekatan itu, kita dapat memahami sejarah Nabi Muhammad Saw, secara proporsional. Sufisme adalah bagian dari Islam dan bukan tradisi yang berdiri sendiri. Sufisme tetap menjadi sumber kehidupan batin manusia, yang menjiwai seluruh ornisme keagamaan dalam islam."
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>