Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14162 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pasuhuk, Willy F.
Bandung: Indonesia Publishing, 2000
616.7 PAS a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia Kurnia Sari
"Latar belakang: Kelompok anak buah kapal merupakan salah satu kelompok pekerja yang memiliki risiko tinggi terinfeksi HIV/AIDS karena terdapat 46% anak buah kapal membeli seks dalam satu tahun terakhir, 51% mempunyai pasangan lebih dari satu, namun hanya 13% yang konsisten menggunakan kondom dengan WPS.
Tujuan penelitian: Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks berisiko HIV/AIDS pada kelompok pekerja anak buah kapal di Kawasan Pelabuhan Cilegon Banten.
Desain penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus.
Hasil: perilaku seks berisiko dipengaruhi oleh faktor niat atau intensi sedangkan niat antau intensi itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor sikap, pengaruh sosial, dan kemampuan mengontrol perilaku. Faktor sikap dan pengaruh sosial tidak mempengaruhi niat mereka untuk mengubah perilaku seks berisiko menjadi perilaku seks yang lebih aman. Sedangkan faktor persepsi kemampuan mengontrol perilaku mempengaruhi niat untuk berperilaku seks berisiko.
Kesimpulan: Lemahnya kemampuan mengontrol perilaku berhubungan erat dengan niat individu untuk melakukan perilaku seks berisiko.

Background: Seafarer is one of a group of workers who have a high risk of contracting HIV/AIDS because there are 46% of them bought sex in the past year, 51% had more than one sex partner, but only 13% used condoms consistently with sex workers.
Objective: Describe the factors that influence sexual risk behaviors of HIV/AIDS on the ship crew in Port zone of Cilegon Banten.
Study design: This research is a descriptive qualitative case study research.
Results: risky sexual behavior influenced by intention, while intentions itself is affected by several factors. There are the factors of attitude, social influence, and the ability to control the behavior. Attitudes and social factors influence does not affect their intentions to change risky sexual behaviors become safer sex behavior. While the perceived behavioral control influencing the intention to risky sexual behavior.
Conclusion: Lack of ability to control the behavior of individuals closely associated with the intention to do the risky sexual behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47453
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Kartika Esti
"Latar belakang: Epidemi HIV secara global masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Pada tahun 2011 terdapat 2.5 juta (2.2 – 2.8 juta) kasus baru infeksi HIV di seluruh dunia, dengan kamatian karena AIDS mencapai 1.7 juta jiwa. Penularan infeksi HIV di Indonesia saat ini terutama melalui hubungan seks heteroseksual terutama terjadi dari WPS kepada pelanggan seks komersial, yaitu kelompok lelaki berperilaku risiko tinggi. Populasi ini merupakan jembatan penularan infeksi HIV (bridging population) dari populasi risiko tinggi ke populasi umum. Data menunjukkan jumlah laki-laki di Indonesia yang menjadi klien WPS lebih banyak dibandingkan pengguna napza suntik dan kelompok MSM (men who have sex with men). Prevalensi HIV pada kelompok LBT meningkat 7 kali lipat dari 0.1% (STBP 2007) menjadi 0.7% (STBP 2011). Keberadaan IMS meningkatkan kemudahan seseorang terkena infeksi HIV. Sebagian besar IMS akan menimbulkan peradangan dan kerusakan jaringan kulit/selaput lendir genital yang memudahkan masuknya HIV. Infeksi menular seksual dengan gejala ulkus genital, misalnya sifilis, menyebabkan kemudahan terkena infeksi HIV meningkat 4 – 6 kali. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh faktor perilaku seks yang berhubungan dengan infeksi HIV dengan mempertimbangkan penyakit sifilis sebagai efek modifikasi, pada populasi LBT 12 kabupaten/kota di Indonesia.
Metode: cross sectional, analisis data hasil STBP 2011.
Hasil: Prevalensi HIV pada LBT sebesar 0.7%, LBT dengan perilaku seks berisiko rendah sebesar 91.5%. Perilaku seks risiko tinggi terdapat pada 6.6% LBT dan 1.9% di antaranya berperilaku seks risiko sedang. Prevalensi LBT yang mengaku setia pada pasangan sebesar 49.8%. Kejadian infeksi HIV berhubungan secara signifikan dengan riwayat hubungan seks dengan WPS, setia pada pasangan, jumlah WPS dalam 1 tahun terakhir, penggunaan napza suntik, serta keluhan IMS. Keberadaan sifilis tidak memodifikasi efek perilaku seks terhadap infeksi HIV, karena kejadiannya kecil. Pada analisis multivariat didapat perilaku seks yang berisiko untuk tertular HIV adalah pernah berhubungan dengan WPS memiliki risiko tertular HIV dengan OR 2.113(0.883-5.052) dan pernah berhubungan dengan casual partner memiliki OR sebesar 1.347(0.506-3.589) setelah dikontrol dengan variabel penggunaan napza suntik dan keluhan IMS.

Background: Global HIV epidemic still reveal serious public health issue. In 2011 there was 2.5 million (2.2 – 2.8 million) HIV new cases worldwide with mortality reach 1.7 million people. Heterosexual transmission of HIV in Indonesia mainly occurs from FSW to their clients, which is identifying as high risk men (HRM). HRM population is HIV transmission bridging population from high to low risk population. Data shows FSW’s clients amounted much more than the IDUs or MSM. HIV prevalence in HRM had been increased 7 times from 0.1% (IBBS 2007) to 0.7% (IBBS 2011). The presence of STD increases risk of HIV infection, so that STD is believed as HIV infection cofactor. Most STD caused inflammation and genital mucosa/skin damage which make HIV infection easier. Genital ulcer disease, such as syphilis, raised HIV infection 4-6 times. This study aims to see sexual behavior effect on HIV infection with regard of syphilis as modification effect on HRM population in 12 districts in Indonesia.
Method: Cross sectional. The IBBS 2011 data analyses.
Result: HIV prevalence among HRM amounted 0.7%. Of 91.5% HRM have low risk of sexual behavior, 1.9% medium risk, and 6.6% experience high risk sexual behavior. 49.8% HRM was faithful. There was significant association between HIV infection and having sex with FSW, faithfulness, the amount of FSW in 1 year, injecting drug user, and the presence of STI symptoms. The presence of syphilis has not modified the association between sexual behavior and HIV infection, statistically. Multivariate analyses founded that having sex with FSW and/or casual partner were risky sexual behavior with OR of being infected by HIV were 2.113(0.883-5.052) and 1.347(0.506-3.589) respectively, after being controlled with variables injecting drug user and the presence of STI symptoms.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T34884
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugito
"ABSTRAK
AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sering menimbulkan kematian dan akibat sosial lainya. Bergesernya norma sosial masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya perilaku sexual berisiko (sex pranikah, sex ganda), akan menjadi ancaman dalam kesehatan keluarga. ibu dalam hal ini mempunyai peran panting dalam penularan maupun upaya penanggulangan AIDS melalui keluarga. Kualitas peran ibu dalam upaya penanggulangan, dipengaruhi oleh kedalaman tingkat pengetahuan maupun persepsi ibu terhadap AIDS.
Untuk mengetahui kedalaman maupun hubungan pengetahuan dan karakteristik sosial ibu dengan persepsi terhadap risiko tertular AIDS digunakan rancangan penelitian potong lintang sesuai penelitian induk SDKI-94. Sampel penelitian adalah semua ibu usia 15-49 tahun yang telah menikah dan pernah memperoleh informasi AIDS. Sedangkan Analisa multivariat dilakukan untuk mencari Fit model melalui pendekatan best subset dengan bantuan program SUDAAN.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pengetahuan maupun persepsi ibu terhadap risiko tertular AIDS masih rendah ( 26,3dan 16,6 ) dan secara statistik pengetahuan mempunyai hubungan dengan persepsi ibu. Karakteristik sosial ibu yang meliputi tempat tinggal, pekerjaan ibu, pekerjaan suami, keterpaparan dengan media secara statistik mempunyai hubungan bemakna terhadap pengetahuan dan persepsi dengan nilai p0,0001 0,00001 Sedangkan umur ibu dan pendidikan ibu, secara statistic mempunyai hubungan bermakna terhadap pengetahuan dengan nilai p0,0010,02, namun pada analisa multivariat, variabel umur ibu memberikan efek interaksi terhadap hubungan antara pengetahuan dan persepsi ibu terhadap risiko tertular AIDS.
Model persamaan yang tepat dalam memprediksi tingkat persepsi ibu terhadap risiko tertular AIDS adalah yang melibatkan variabel pengetahuan, umur, pendidikan, keterpaparan ibu terhadap informasi, pekerjaan suami dan variabel interaksi pengetahuan dengan umur ibu.Upaya untuk meningkatkan persepsi yang benar dan pengetahuan ibu yang baik tentang AIDS hendaknya disesuaikan dengan kondisi sosial ibu dengan berbagai media yang ada.
Daftar kepustakaan : 41 ( 1974 - 1995 )

ABSTRACT
AIDS is made up of social health matters which is frequently arising a mortal and other social impact as well. The change of social norm marked by increasing of sexual behaviour (sex prior to marriage, double sexual relationship), shall be a threat in family's health. Mother, in this case has important role in contamination and its AIDS prevention effort through family. Quality of mother's role in this prevention is much influenced by her knowledge level or her perception on AIDS.
To find out the mothers deepness understanding and correlation of knowledge and social characteristic and perception on contaminated AIDS risk, cross-cutting research design is used in line with main research of SDKI-94. Research samples is all manage women between 15-19 years old and those who ever had information on AIDS. While multivariat analysis is conducted to find out Fit model through best subset approach by supporting SUDAAN program.
The results of research indicated that mother's knowledge level and perception on AIDS infected risk is still low (26,3% and 16,6%) and statistically these knowledge has closely correlation with mother perception. Mother social characteristic covering the residence, occupation, husband's occupation, backwardness of media statistically has significant correlation toward knowledge and perception under the value of p= 0,0001-0,00001. Meanhile, age and education have significant correlation statistically on knowledge under the value of p= 0,001 - 0,02, however, by means of multivariat analysis, mother's age variable provides inter-action effect on correlation between knowledge and perception of the mother against AIDS infected risk.
The proper equation model in predicting mother's perception level on AIDS infected risk is involving knowledge, mother's age, education, backwardness variables on information, husband's occupation and knowledge interaction variable with the mother's age. Effort to improve right perception and mother's knowledge on AIDS shall be adjusted with her social condition to various existing media.
Bibliography: 41 (1974 - 1995)
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elia Daini Zardi
"Lelaki Beresiko Tinggi membeli seks nomor dua setelah waria. Mereka merupakan jembatan penular infeksi HIV dari kelompok resiko tinggi kepada wanita resiko rendah. Penggunaan kondom yang tidak konsisten mempunyai peranan menjadi faktor resiko transmisi penularan infeksi HIV. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan HIV/AIDS dengan konsistensi penggunaan kondom pada Lelaki Beresiko Tinggi (LBT) di Indonesia yang merupakan analisis lanjut dari data STBP tahun 2015. Disain studi adalah cross-sectional. Subyek dalam penelitian ini adalah 1867 Lelaki Beresiko Tinggi (LBT) yang pernah menggunakan kondom. Hasil penelitian didapatkan proporsi konsistensi penggunaan kondom sebesar 27% dan proporsi pengetahuan yang baik tentang HIV/AIDS sebesar 57,3%. Analisis multivariat menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan HIV dengan konsistensi penggunaan kondom dengan PR adjusted 1,190 [95% CI: (1.027-1,864)]. Kesimpulan studi ini adalah pengetahuan yang baik berpeluang 1,194 kali lebih konsisten menggunakan kondom dibandingkan yang pengetahuan kurang setelah dikontrol oleh kofounding persepsi resiko tertular HIV, pekerjaan, lama meninggalkan keluarga dan variabel interaksi pengetahuan dengan keterpaparan media informasi HIV.

Men are at high risk of buying number two sex after transvestites. They are bridges that transmit HIV infection from high risk groups to low risk women. The use of inconsistent condoms is one of the factors of transmission. The thesis is a crosssectional study as part of National IBBS 2015 which discuss associated HIV/AIDS knowledge with the consistency of condom use in High Risk Men (LBT) in Indonesia. The subjects in this study were 1867 High Risk Men who had used condoms. The results showed that the proportion of condom use was 27% and the proportion of good knowledge about HIV/AIDS was 57,3%. Multivariate analysis states an association between knowledge of HIV and the consistency of condom use with adjusted Ratio Prevalent 1,190 [95% CI: (1,027-1864)]. The conclusions of this study are that knowledge has a good chance of 1,190 times more using condoms compared to poor knowledge controlled by confounding perception of HIV infection risk, job, duration of leaving family and interaction variables like HIV konowledge with exposure to HIV information media."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52841
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muswarni
"ABSTRAK
AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan penanganan segera. Hal ini terlihat dari jumlah kasus baru HIV/AIDS yang meningkat tajam. Dibandingkan dengan propinsi lainnya di Indonesia, DKI Jakarta mempunyai prevalensi tertinggi. Sebagian besar penularan AIDS di DKI Jakarta terjadi melalui hubungan seksual (heteroseksual dan homoseksual/biseksual), hal tersebut akan menjadi ancaman bagi keluarga yang dalam halini ibu rumah tangga. Disamping peningkatan jumlah kasus yang cepat, hingga saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan atau vaksin untuk mencegah. Karena itu alternatif penanggulangan yang mungkin dapat dilakukan adalah memberikan informasi yang benar mengenai AIDS sehingga masyarakat umumnya, ibu rumah tangga khususnya mempunyai pengertian yang benar mengenai AIDS dan dengan pengetahuan yang baik ibu rumah tangga diliarapkan akan dapat menghindari AIDS.
Salah satu cara dalam memberikan informasi yang benar kepada masyarakat adalah melalui media komunikasi. Hingga saat ini belum ada informasi mengenai hubungan antara keterpajanan media komunikasi dengan pengetahuan ibu tentang AIDS.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterpajanan oleh media komunikasi dengan pengetahuan ibu tentang AIDS dengan dikontrol dengan variabel lain yaitu sosial demografi responden yaitu umur, pendidikan dan pekerjaan responden, pendidikan dan pekerjaan suami.
Pada penelitian ini data diambil dari hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI'94) dengan disain Cross Sectional. Populasi adalah wanita pernah kawin, umur 15-49 tahun, tempat tinggal di DKI Jakarta dan pernah mendapatkan informasi mengenai AIDS. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih secara cluster random sampling.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa tingkat pengetahuan ibu masih rendah, sedangkan keterpajanan dengan media komunikasi cukup tinggi. Pada analisis multivariat terlihat bahwa pendidikan ibu memberikan kontribusi yang besar dalam peningkatan pengetahuan ibu secara bermakna dengan p-value 0,000. Pendidikan suami juga memberikan kontribusi yang bermakna dengan p-value 0,001. Tidak terlihat hubungan yang bermakna antara keterpajanan media komunikasi dengan pengetahuan ibu dengan p-value= 0,146. Tetapi dalam fit model media komunikasi tetap memberikan kontribusi.
Penulis menyarankan agar penyuluhan kesehatan kepada masayarakat tentang AIDS terus ditingkatkan dengan mencari metode yang sesuai dan menindaklanjuti dengan meningkatkan penyuluhan kelompok di organisasi kemasyarakatan dan dengan peningkatan komunikasi antar personal.
Daftar kepustakaan 42: (1984-1997)

ABSTRACT
The Relationship Between Media Communication Exposure with the House Wife Knowledge of AIDS in DKI Jakarta (Analysis of data SDKI 1994)Aids is one of the issues of public health has to hold as soon as possible. Such case can be seen from the number of incidence HIV/AIDS increase sharply. In compare with the other provinces in Indonesia, DKI Jakarta province has the highest incidence. The majority of transmission of AIDS in DKI Jakarta occurred through sexual transmitted diseases (heterosexual and homo sexual/bisexual). Such problem can become the treating in family life especially the house wife. Beside AIDS will increase very fast, and up to now neither drugs can cure nor vaccine will protect. So that the alternatives of the management of AIDS may be taken by giving the right information of AIDS to the public communities, especially the house wife, we have to give the knowledge in avoiding of AIDS and then we hoped they can avoid AIDS.
One of the methods to give the right information to public communities is taken from the media communication. Even now no information is given about relation between relating of involving media communication with the knowledge of house wife about AIDS
The objectives of this study are to know the relationship between media communication exposure with knowledge of the house wife about AIDS, and the others control variabel such as social demographic of respondent (age, education, job) and education and job of the husband.
In these study the collecting data was taken from Indonesia demographic and Health Survey 1994 (SDKI'94) with cross sectional design. Population of this study are women who have been married, 15-49 years old, living in DKI Jakarta and they have ever been exposed by AIDS information. Sample is part of population which is chosen with cluster random sampling.
The result of this study shows that the level of the mother knowledge is still low, although the exposure with media communication is high enough. In the multivariate analysis can be seen that the education of the mother will give high contribution to increase the mother knowledge of AIDS is statistically significant with p-value 0'000. The education of husband also gives contribution to increase the mother knowledge of AIDS with p-value 0,001. The media communication that it is in significant with the mother knowledge with p-value = 0,146, but in the fit model the media communication still gives contribution.
Finally the writer suggest the campaign about AIDS to be continued in accordance with the right method and continuing with the education to groups in public organization and increasing personal communication.
Bibliography : 42 (1984-1997)
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlina
"Penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia dewasa ini. Penyakit ini terdapat hampir di semua negara di dunia termasuk Indonesia, dan hingga saat ini belum ada obatnya dan praktek pelacuran dan pergaulan seks dituding sebagai salah satu penyebab terbesar timbulnya virus tersebut. Menurut data WHO, 2 dari 3 penderita PMS terjadi pada kelompok umur di bawah 24 tahun, dan proporsi remaja yang terinfeksi diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan yang sudah menikah. Di Indonesia berdasarkan Dirjen P2M/PLP Depkes R.I., sampai dengan Juni 2000, terdapat 42,9% penderita HIV/AIDS pada kelompok umur (20-29) tahun, sedangkan pada kelompok usia (15-19) tahun sekitar 7,1%.
Pada saat yang bersamaan, sejak tahun 80-an telah terjadi perubahan pandangan terhadap seksualitas dikalangan remaja yang kemudian mempengaruhi perilaku seksual remaja, sementara informasi yang bersifat merangsang dengan mudah didapat dan dinikmati melalui gambar porno, VCD/LD bahkan tayangan-tayangan televisi. Di sisi lain keterbatasan pengetahuan remaja tentang masalah kesehatan seksual reproduksi termasuk HIV/AIDS karena keterbatasan informasi dapat menimbulkan persepsi yang berbeda, sehingga remaja yang pada masa usianya ini cenderung melakukan aktivitas seks coba-coba untuk menjawab keingintahuannya dapat terjerumus ke perilaku seks bebas.
Berdasarkan keadaan diatas, dilakukan penelitian untuk melihat gambaran pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di Kabupaten Sinjai dan hubungannya dengan keterpaparan informasi dari berbagai media komunikasi massa (televisi, radio, VCD/LD, film, majalah, koran buku dan poster). Keterpaparan pada media komunikasi massa ini bersifat umum dan tidak secara khusus memuat pesan-pesan tentang HIV/AIDS.
Penelitian ini menggunakan desian Cross Sectional Study dengan menggunakan data primer. Responden berjumlah 400 orang yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS yang cukup dan kurang sama besar yaitu 50% dengan keterpaparan yang paling sering dengan media radio, televisi dan buku. Secara statistik diperoleh hubungan yang bermakna antara keterpaparan majalah, poster, tingkat pendidikan ayah dan tingkat pendidikan ibu dengan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS. Dari keempat faktor yang berhubungan tersebut, maka faktor keterpaparan majalah (OR : 4,81; 95% CI 3,01 - 7,69), keterpaparan poster (OR ; 1,86; 95% CI : 1,17- 2,96) dan tingkat pendidikan ayah (OR : 5,3; 95% CI : 3,33 - 8,59) merupakan faktor yang paling dominan dan secara bersamaan berhubungan dengan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS.
Diperlukan peningkatan penyebaran informasi tentang HIV/AIDS melalui media televisi dan radio, sebagai upaya peningkatan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dalam rangka pencegahan peningkatan penderita HIV/AIDS. Selain itu juga perlu dilakukan penyampaian informasi HIV/AIDS melalui lingkungan sekolah dengan menambah dan melengkapi perpustakaan sekolah dengan majalah dan poster tentang HIV/AIDS melalui kerjasama instansi terkait (Depkes dan Depdiknas) berupa pengadaan bahan majalah dan poster, Ayah remaja yang berpendidikan baik dapat dijadikan contoh edukatif dalam strategi penyuluhan dan penyebaran informasi HIV/AIDS di kalangan remaja dalam rangka peningkatan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS.

The Relationship between Mass Communication Media Exposure and Young Man Knowledge with HIV/AIDS in Senior High School Two South Sinjai, Sinjai District, South Sulawesi Province by the year 2000AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) it was now a great problem of public health in the world. This surface of symptom occurred in evident and the all countries in the world including Indonesia, till now hadn't get medicine treatment for that and prostitution practice and sex practice as caused appear the viruses. According the data WHO, 2 from 3 the sick man with a age group under 24 old, and proportion of young man who infected about higher than which had married. In Indonesia according Directorate of General P2M/PLP health department Republic of Indonesia till June 2000, occurred 42,9 % HIV/AIDS with age group (20-29) old, while for age group (15-19) old about 7,1 %.
In several conditions, since the year 80 decade had changed perception forward sexuality among young men, while the information stimuli which can effect their sexual behavior among young men, while information easy responsively and can get them trough pornography, VCD/LD while television program. In order side young men knowledge limited can appear precedent difference perception, and so the young men in their age trend done sexual activity tried for fulfill their knowledge and could with free sexual.
With that reality, have done researched for saw knowledge description among young men about I-IVIAIDS in Sinjai District and related with information exposures from several mass communication media (television, radio, VCDILD, film, magazine, newspaper, book, and poster), In this exposure communication by generally and it was not specially contain HIV/AIDS massages.
This researched used Cross Sectional Study designed and used primary data, Sum of respondent were 400 persons who got according calculated have been done.
Resulted this research shown proportion of the young men level about HIV/AIDS was enough and less than is the same namely 50 % with immediately frequency exposures with media involved radio, television, and book. By the statistic gotten relationship was significant between magazine exposures, poster, parent's education level and the young men knowledge about HIV/AIDS. From four factors which related, exposures of magazine factor ( OR : 4,81; CI : 3,01-7,69 ), poster exposure ( OR : 1,86 ; 95 % CI : 3,33 - 8,59 ) occur dominant factor and simultaneous relationship with the young men knowledge about HIV/AIDS.
Improving for information HIV/AIDS need through television and radio, for effort in this prevention improving HIV/AIDS. Beyond that necessary do explain HIV/AIDS information through school environment and to add and school library available about HIV/AIDS involved magazine and poster about HIV/AIDS through the other institution (health and national education department) look-like magazine and poster, the young men father can be model for educative with counseling and to distribute HIV/AIDS information among young men for improving their knowledge about HIV/AIDS.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T2732
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Agustanti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan kualitas hidup ODHA di Bandar Lampung, khususnya yang bergabung dalam LSM Sakurai Support Group, yang berjumlah 54 orang. Desain yang digunakan adalah desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Analisis yang dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian untuk sumber dukungan didapatkan bahwa keseluruhan responden menyatakan mendapat dukungan, balk dari keluarga, teman, tenaga profesional dan non profesional. Dimensi dukungan materil instrumental, dukungan emosi/psikologis dan dukungan penghargaan didapatkan jumlah yang berimbang antara yang mendapat dukungan balk dan tidak balk. Sedangkan untuk dimensi dukungan integritas sosial dan informasi, sebagian besar responden mendapatkan dukungan baik. Jumlah responden yang memiliki kualitas hidup baik juga berimbang antara yang baik dan tidak balk. Analisis hubungan antara dukungan sosial dengan kualitas hidup dengan menggunakan uji Chi Square dengan a < 0,05, terlihat ada hubungan yang bermakna antara dukungan emosi, penghargaan dan informasi dengan kualitas hidup (p Value 0,05). Uji regresi Iogistik terhadap 5 (lima) variabe! yang memenuhi syarat untuk analisis multivariat ditemukan bahwa ada 2 (dua) variabel yang berhubungan secara signifikan dengan kualitas hidup yaitu dukungan penghargaan dan dukungan informasi. Hasil akhir analisis multivariat didapatkan bahwa dukungan penghargaanlah yang paling dominan berhubungan dengan kualitas hidup ODHA (p = 0,000). Pihak pemerintah maupun institusi pelayanan kesehatan, khususnya Puskesmas disarankan dapat membuat program dukungan sosial bagi ODHA baik program jangka panjang maupun jangka pendek. Masyarakat diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan berperan aktif dalam memberikan dukungan sosial bagi ODHA. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan desain eksperimen maupun penelitian kualitatif untuk mengetahui efektifitas dukungan sosial yang diberikan pada ODHA dan dimensi dukungan yang paling diharapkan ODHA untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

The purpose of this study is to examine the correlation between social support and quality of life of people with HIV/AIDS (PHlV/AIDS) in Bandar Lampung, especially those who joined in Saburai Support Group's non-governmental organization (NGO). The total respondent of this study were 54 persons, male and female. This study used correlation descriptive design with cross sectional approach. The method of data analysis was univariate, bivariate, and multivariate. The descriptive results showed that all respondents got the social support from all sources such as from family, friends, professionals, and non-professionals. It also showed that respondents got an equal support for instrumental/material, emotional/psychological, and esteem dimensions of social support. Therefore, all respondents categorized in good social support both from social integrity and informational dimensions of social support. For the quality of life variable, this study showed that respondents had an equal result both from good and bad category. To measure the correlation between social support and quality of life, this study using the Chi Square test with cc < 0.05. The result indicated that there is a significant correlation between emotional, esteem and informational support with quality of life (p<0.05). The multiple logistic regression analysis informs that 5 variables could be used in multivariate analysis properly, and 2 variables -that are esteem and informational support- were significantly correlated to quality of life. This study - using multivariate analysis-found that esteem support is the dominant factor to quality of life of PHIVIAIDS (p=0.000). This finding of this study suggests that the government and the health service institutions should make short and long programe about social support for PHIVIAIDS. The suggestions for the community are to encourage for H1V/AIDS information actively, minimize the discrimination and develop new health centre/ NGO which are concern to PHIVIAIDS. The new researcher can used disaign eksperiment research or kualitative research. So then, social support from any kind of sources could be optimized."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
T18377
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selita Restuningtyas
"Pengetahuan tentang HIV / AIDS perlu diberikan kepada remaja untuk mengurangi terjadinya perilaku berisiko oleh remaja. Penelitian deskriptif analitik korelatif ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan HIV / AIDS dan perilaku berisiko dengan pendekatan cross-sectional yang melibatkan 418 siswa dari 10 SMA Negeri di Kota Bogor dengan menggunakan teknik proporsional stratified random sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner IAQ-E (International AIDS Questionnaire English Version) untuk mengukur tingkat pengetahuan dan kuesioner YRBS (Youth Risk Behavior Survey) tentang perilaku berisiko pada remaja. Hasil analisis bivariat dengan uji Spearman menunjukkan bahwa pengetahuan HIV / AIDS berhubungan bermakna dengan perilaku berisiko (p = 0,009 α = 0,05; r = 0,128). Pendidikan kesehatan perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan di sekolah untuk mengembangkan pengetahuan remaja tentang informasi kesehatan khususnya HIV / AIDS sehingga dapat mengurangi perilaku berisiko HIV / AIDS sejak usia dini.

Knowledge about HIV / AIDS needs to be given to adolescents to reduce the occurrence of risky behavior by adolescents. This descriptive correlative analytic study aims to determine the relationship between HIV / AIDS knowledge and risky behavior using a cross-sectional approach involving 418 students from 10 public high schools in Bogor City using proportional stratified random sampling technique. The research instrument used the IAQ-E (International AIDS Questionnaire English Version) questionnaire to measure the level of knowledge and the YRBS (Youth Risk Behavior Survey) questionnaire about risk behavior in adolescents. The results of the bivariate analysis using the Spearman test showed that knowledge of HIV / AIDS was significantly associated with risky behavior (p = 0.009 α = 0.05; r = 0.128). Health education needs to be included in the education curriculum in schools to develop youth knowledge about health information, especially HIV / AIDS so that it can reduce HIV / AIDS risk behavior from an early age."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Anggraito Amirullah
"Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan faktor sosio-demografi dan pengetahuan dengan sikap mahasiswa FKM UI terhadap penderita HIV-AIDS tahun 2013. Penelitian dengan desain cross sectional pada 147 mahasiswa program sarjana FKM UI angkatan 2010 dan 2011 sebagai sumber data yang dikumpulkan dengan cara angket menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan 61,2% mahasiswa memiliki sikap yang negatif terhadap penderita HIV-AIDS, 54,6% mahasiswa mempunyai tingkat pengetahuan yang buruk tentang HIV-AIDS. Sebagian besar responden (70,7%) berusia < 20 tahun, berjenis kelamin perempuan (77,6%) dan umumnya berpendidikan SMA (96,6%), beragama Islam (47,5%) dan berasal dari luar Jakarta (62,6%) serta tinggal di rumah kost/asrama (58,5%). Hasil analisis mendapatkan tidak ada variabel yang berhubungan dengan sikap responden terhadap penderita HIV-AIDS.

The purpose of this study is to determine the relationship of sociodemographic factors and knowledge associated with the attitudes of 'Faculty of Public Health', University of Indonesia student towards people who live with HIV-AIDS in 2013. This study used cross-sectional design with a total sample of 147 students of FKM class 2010 and 2011 which taken as the total sample and also using questionnaire as a measure of this research. The results of this study showed that 61.2% of students still have a negative attitude towards people with HIV-AIDS and 54.6% of students have a poor level of knowledge about HIVAIDS. A total of 70.7% of respondents aged less than 20 years, by sex is dominated 77.6% of women with a recent educational background equivalent of high school graduates (96.6%), Moslem (87.1%) came from outside Jakarta (62 , 6%), and lived in a boarding house/dormitory (58.5%). Based on chi square test age is no one variable that had a significant relationship with attitudes toward people living with HIV-AIDS in the FKM student class of 2010 and 2011."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47176
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>