Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58493 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suwarsih Warnaen
Jakarta: Mata Bangsa , 2002
303.385 SUW s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada tahun 1979, Suwarsih Wamaen meraih gelar doktor psikologi
dengan mengajukan disertasi berjudul ?Stereotip Etnis dalam Masyarakat
Multi Etnis? (Wamaen, 2002), sebuah penelitian yang dapat dikatakan
sebagai yang pertama dalam bidang etno-psikologi di Indonesia. Ketika
hasil penelitian itu dipaparkan dalam sebuah seminar di Jakarta,
Wamaen mendapat tentangan keras dari salah satu etnik. Suatu indikator
bahwa, walaupun pada masa itu belum menonjol, di masa-masa
sesudahnya konflik antar etnik dapat menjadi masalah yang serius.
Pada tahun 1999, di Kalimantan Barat, pecah konflik antara etnik
Madura melawan etnik Melayu dan Dayak yang berlangsung selama
lebih dari dua tahun dan meminta ratusan korban jiwa dan ribuan
pengungsi. Sebuah penelitian Iain kemudian dilaksanakan pada tahun
2001 oleh Prawasti, Fatmawati dan kawan-kawan (dilaporkan 2002)
terhadap sistem nilai motivasi yang terdapat pada ketiga etnik yang
terlibat pertikaian tersebut.
Dalam makalah ini dibahas beberapa stereotip tahun 1979 yang
ditemukan Wamaen, yang ternyata tidak seluruhnya sesuai dengan
realita pada tahun 2001 dan temuan nilai-nilai motivasf tahun 2001 yang
juga tidak sejalan dengan kenyataan di Iapangan. Perbandingan antar
kedua penelitian dan diskusi tentang kontroversi memicu pemikiran
tentang perlunya dikembangkan metode-metode penelitian dan teori-teori
etno-psikologi yang Iebih sesuai dengan kondisi berbagai etnik di
Indonesia, maupun bangsa Indonesia itu sendiri."
Jurnal Psikologi Sosial, Vol.8 (No.2) Jan. 2003: 66-75, 2003
JPS-8-2-2003-66
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Skripsi ini adalah hasil penelitian terhadap aspek sosio-kultural novel Ca-Bau-Kan (1999). Perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Stereotip masyarakat Tionghoa apa saja yang ditampilkan dalam CBK dan apa dampak dari stereotip itu pada lakuan para tokohnya? 2. Benarkah hipotesis penulis bahwa kandungan ccrita CBK mematahkan stereotip yang herkembang dalam masyarakat? Berdasarkan perumusan masalah tcrsebut penelitian ini bertujuan mendeskripsikan stereotip-stereotip masyarakat Tionghoa dalam CBK dan dampaknya dalam lakuan para tokohnya. Dari deskripsi itu penelitian ini juga akan menguji hipotesis penulis bahwa kandungan cerita CBK mematahkan stereotip-_stereotip masyarakat Tionghoa yang ada dalam masyarakat. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, penelitian ini menggunakan pendekatan sosio-kultural. Dengan penggunaan pendekatan sosio_kultural penelitian ini melibatkan unsur-unsur ekstrinsik dan unsur intrinsic. Unsur intrinsik yang dilibatkan adalah tokoh dan latar. Analisis terhadap kedua unsur intrinsik itu didukung dengan penggunaan konsep interaksi sosial dari sosiologi dan kajian multikultural yang berdasarkan paham multikulturalisme. Dengan analisis seperti itu penelitian ini menghasilkan beberapa pencapaian yang dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, ada delapan stereotip masyarakat Tionghoa yang terdaftar dari cerita CBK. Delapan stereotip yang terdaftar dari cerita CBK itu adalah: (l) keteguhan masyarakat Tionghoa menjunjung adat-istiadat dan kepercayaannya; (2) laki-laki Tionghoa suka berprostitusi dan mempraktikkan sistem pergundikan; (3) masyarakat Tionghoa memandang rendah suku bangsa lain; (4) status orang-orang Hoa-Kiau lebih tinggi daripada status Kiau-Seng; (5) masyarakat Tionghoa di Jawa banyak yang percaya pada tahayul pesugihan; (6) status kehormatan perempuan sebagai istri dalam masyarakat Tionghoa ditentukan dari kemampuannya melahirkan anak untuk suami; (7) suku Kwung-Fu (salah satu subetnis Tionghoa) dikenal sebagai pedagang perabotan rumah tangga dan dianggap tidak berbakat berdagang; (8) masyarakat Tionghoa memusuhi Jepang. Stereotip-stereotip itu berdampak pada lakuan para tokohnya karena stereotip digunakan dalam proses awal interaksi sosial. Stereotip itu selanjutnva turut menentukan sikap yang diambil para tokoh yang berlakuan. Stereotip itu menunjukkan dampaknya melalui sikap dari orang yang ikut berinteraksi. Sikap itu selanjutnya dapat menimbulkan konflik atau tidak. Kedua, secara keseluruhan, stereotip tcrhadap masyarakat Tionghoa yang ada di CBK dapat diasumsikan sebagai penjelasan atas stereotip masyarakat Tionghoa yang beredar di masyarakat saat ini. Tidak semua stereotip yang beredar di masyarakat seperti yang disebut Winarta terbantahkan oleh cerita CBK. Akan tetapi, CRK menampilkan realitasnya dalam lakuan para tokohnya."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S11111
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasrifin Tahara
"Buton manuscripts indicated that Buton Kingdom appeared in 14th Century. In the periods of the 17 th, 18th, and 19th centuries, Buton Kingdom initiated to be the free kingdom. In the begining of 20th , dutch colonial goverment incorporated that the Buton kingdom and placed it under their rule. The principles were laid down based on the social cultural in eceonomic development. Relation to be governed especially are in the field of education, health, and economy. In 1960, Buton kingdom was dissolved following the death of Sultan Laode Muhammad Falihi as the last sultan. During the kingdom era, Buton social system consisted of three groups namelly kaomu, walaka, and papara. The system was established as power of ideology in Buton social political system in the era of goverment the fourth Sultan Dayanu Ikhsanuddin in 1578-1615. The Katobengke people as the subject and object of this paper belong to papara group. In the era of Buton Kingdom, the society was dominated by kaomu and walaka groups. This condition existed until the new order era, where in this period the dominant groups still have cultural and stereotype views toward this people as ini the era Buton kingdom. This paper focuses on the phenomena of power in the dynamic Buton?s social structure. In the Buton social structure, kaomu and walaka groups claimed them selves as the groups who have higher civilization in comparation with the Katobengke people, until today."
Depok: Jurnal Antropologi Indonesia, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Aviciena Mareizky
"Film ini mematahkan stereotip penggunaan privilese keluarga. Tidak semua masyarakat kelas sosial atas akan terus menggunakan privilese yang ia miliki. Hasil penelitian pada Makalah Non Seminar menunjukan bahwa karakter individu dan sikap dalam pengambilan keputusan dipengaruhi oleh latar belakang keluarga, habitus dan penanaman nilai. Inner child atau pengalaman masa kecil akan mempengaruhi individu dalam melihat kehidupan dan menentukan tujuan hidup Perempuan digambarkan memiliki peran-peran dominan di keluarga dan masyarakat. Film Netflix ini ingin menyampaikan pesan bahwa kerja keras, ketekunan, dan kegigihan dapat memenangkan arena, meskipun berasal dari latar belakang ekonomi kurang mampu.

Isi & Ossi breaks the stereotype of using family privileges. Not every individual from the upper economy will continue to use the privileges they have. The results of this research shows that individual character and attitude in decision making are influenced by family background, habitus and value cultivation. Inner child or childhood experiences will influence individuals in life perpective and determining life goals. Women are described as having dominant roles in the family and society. This Netflix film wants to convey the message that hard work, perseverance, and persistence are able win the arena, even from the lower classes. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Purwoko Budi Susetyo
"Penelitian ini terutama mempersoalkan tentang relasi antar etnis Cina dan etnis Jawa yang ditandai oleh prasangka, keterbatasan interaksi dan kerusuhan anti Cina Kebanyakan ahli berpendapat, salah satu akar permasalahan utama terletak pada perlakuan diskriminatif dari penguasa terhadap masyarakat etnis Cina Dengan adanya upaya pemerintah di era reformasi untuk menghapus diskriminasi, tentunya akan membawa perubahan bagi relasi yang berlangsung antar kedua etnis tersebut, termasuk di kalangan mahasiswa sebagai generasi muda. Namun perubahan tersebut tengah berlangsung dan belum sepenuhnya dapat dipahami.
Stereotip yang berkembang dalam relasi antaretnis Cina dan Jawa, ditengarai sebagai salah satu landasan penting yang menentukan hubungan antaretnis dan mampu menggambarkan tentang kualitas relasi antaretnis. Untuk itu penelitian ini bertujuan mengungkapkan pola relasi antar etnis Cina dan etnis Jawa di kalangan mahasiswa berdasarkan bekerjanya stereotip. Teori utama yang digunakan untuk menganalisis adalah teori identitas sosial.
Penelitian ini bersifat eksploratif dan merupakan penelitian awal untuk menegakkan hipotesis bagi pengembangan penelitian selanjutnya. Secara metodologis menekankan sisi kontekstual dari data yang dikumpulkan.
Subyek penelitian sebanyak 300 mahasiswa yang terdiri dari 226 mahasiswa etnis Jawa dan 74 mahasiswa etnis Cina di Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola relasi antar etnis Cina dan etnis Jawa di kalangan mahasiswa dapat terungkap berdasarkan bekerjanya stereotip dengan menggunakan teori identitas sosial sebagai dasar analisis. Hal yang terungkap diantaranya tentang stereotip etnis Cina dan etnis Jawa yang khas, faktor-faktor yang mendasari stereotip dan pola relasi antara kedua etnis yang dipengaruhi oleh kesempatan kontak, persepsi masing-masing etnis terhadap kemampuan etnis lain menjalin relasi sosial yang berkualitas. Penelitian ini juga memberikan gambaran tentang pola relasi antara etnis Cina sebagai minoritas dan etnis Jawa sebagai mayoritas serta bagaimana identitas sosial positif diupayakan oleh masing-masing etnis."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T11486
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Triana Rahmawati
"Skripsi ini membahas keberbedaan stereotip etnis Tionghoa yang ditunjukkan oleh tokoh-tokoh utama dalam novel Gelang Giok Naga karya Leny Helena. Ketiga tokoh tersebut adalah A Lin, A Sui, dan Swanlin. Ketiganya merupakan etnis Tionghoa yang mewakili sifat-sifat stereotip yang selama ini dikenal oleh masyarakat Indonesia. A Lin merupakan seorang perempuan Tionghoa totok yang mewakili stereotip kaya, pelit, dan licik. Tokoh A Sui yang juga Tionghoa totok mewakili masyarakat Tionghoa yang miskin meskipun sudah bekerja keras. Tokoh peranakan, Swanlin, mewakili kaum muda Tionghoa yang sering dianggap eksklusif, dan tidak nasionalis. Selain memiliki sifat-sifat stereotip, ketiga tokoh ini menunjukkan sisi kemanusiaaan etnis Tionghoa yang belum banyak dibahas, yakni sifat baik dan buruk mereka yang muncul secara manusiawi, bukan stereotip yang dapat dikenakan ke semua anggota etnis.

This thesis talks about the differentness of Chinese stereotype shown by the main characters in the novel "Gelang Giok Naga", a works from Leny Helena. Those characters are A Lin, A Sui and Swanlin. All three are Chinese that represents stereotyped personality, which is widely known by Indonesian people. A Lin, a full blooded (totok) Chinese woman represents the stereotypical rich, stingy and cunning. Also a full blooded (totok) Chinese character, A Sui, a poor Chinese despite working hard. A half-blood figures (peranakan), Swanlin, representing the Chinese youth who are often considered exclusive and not nationalist. Besides having the stereotyped personality, all three figures also shows their humanitarian side of Chinese people who have not been widely discussed, the nature of good and bad which appears humanely, not a stereotype that can be charged to all members of the ethnic."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53348
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rene Rienaldy
"Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia dalam melaksanakan proses pembangunannya selama ini lebih menekankan perhatiannya kepada pembangunan ekonomi dibandingkan dengan pembangunan dibidang sosial. Salah satu akibatnya adalah terjadinya distorted development seperti yang dikemukakan oleh Midgfey tidak hanya berupa pengangguran, kemiskinan, kejahatan akan tetapi juga bisa berupa terjadinya diskriminasi rasial terhadap suatu etnik untuk ikut serta dalam proses pembangunan.
Dari sekian banyak suku bangsa yang ada dan telah ratusan tahun lamanya menetap di Indonesia, salah satunya adalah etnis Tionghoa dan Kalimantan Barat oleh G. Tan disebut sebagai salah satu tempat yang paling banyak didiami oleh etnis Tinghoa. Dalam kehidupan sehari-harinya, etnis Tionghoa termasuk yang ada di Kota Pontianak kadangkala masih mengalami diskriminasi baik yang diberlakukan oleh pemerintah maupun dan masyarakat mengingat kepada etnis Tionghoa tersebut masih dilekatkan stereotip yang bersifat negatif yang lebih didasarkan kepada prasangka sehingga apapun yang mereka lakukan masih dicurigai oleh masyarakat di Indonesia.
Tesis ini bertujuan untuk menggambarkan hasil penelitian tentang bentuk-bentuk dan aktifrtas-aktifitas yang dilakukan oleh organisasi atau perkumpulan dalam masyarakat etnis Tionghoa di Kota Pontianak. Penelitian ini juga dapat dikatakan awal sifatnya dan lebih ditujukan untuk memetakan secara umum pengelompokan-pengelompokan sosial warga masyarakat etnis Tionghoa di Kota Pontianak sehingga pendalaman terhadap satu atau dua organisasi atau perkumpulan belumlah dapat dilakukan.
Metode penelitian ini mengggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif karena dipandang lebih relevan untuk digunakan dalam mengamati kondisi sosial dalam masyarakat sehingga didapatkan gambaran keadaan yang rill di lapangan dan latar belakangnya berdasarkan dukungan fakta dan informasi yang didapat dari wawancara kepada para informan, observasi dan studi kepustakaan.
Berdasarkan hasil penelitian, di Kota Pontianak terdapat beberapa organisasi atau perkumpulan dalam masyarakat Tionghoa seperti yayasan kematian, yayasan pemadam kebakaran, yayasan kesehatan, perkumpulan olahraga, perkumpulan seni budaya, perkumpulan keagamaan dan perkumpulan pria/wanita. Organisasi atau perkumpulan tersebut juga dapat dikategorikan sebagai organisasi lokal menurut Esman dan Uphoff seperti Asosiasi Pembangunan Lokal, Ko-operatif ataupun Asosiasi Kepentingan (baik Asosiasi Kepentingan berdasarkan Fungsi maupun Asosiasi Kepentingan berdasarkan Kategori) dengan melihat keanggotaannya, penyerapan sumber daya yang dimiliki ataupun kesamaan minat dan perbaikan suatu fungsi tertentu.
Selain memberikan manfaat kepada anggotanya yang lebih mengarah kepada pemenuhan kebutuhan kultural berupa ketenangan batin daripada pemenuhan fisik seperti pangan, sandang ataupun papan, aktifrtas dan keberadaan organisasi atau perkumpulan masyarakat Tionghoa tersebut juga memberikan manfaat berupa pelayanan kepada masyarakat luas di Kota Pontianak dan secara tidak langsung membantu program pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Pontianak. Contohnya adalah yayasan pemadam kebakaran yang insiatif dan pendiriannya diwujudkan oleh masyarakat Tionghoa. Yayasan pemadam kebakaran ini telah ada pada tahun 1949 sejak didirikannya BPAS oleh pemuka dan tokoh masyarakat Tionghoa di Siantan dan kemudian memancing didirikannya yayasan serupa di tempat lain oleh masyarakat Tionghoa yang ada di Kota Pontianak seperti Yayasan Pemadam Kebakaran (YPK) Panca Bhakti, YPK Budi Pekerti, YPK Khatulistiwa dan Unit Pemadam Kebakaran Gotong Royong.
Pembahasan di dalam tests ini juga tidak dimaksudkan untuk menilai efektif tidaknya suatu organisasi lokal dalam suatu program pembangunan karena organisasi atau perkumpulan masyarakat Tionghoa tersebut hanya dilibatkan pada program yang insidentil sifatnya seperti sosialisasi Pemilu 2004, produk hukum ataupun sosialisasi kamtibmas seperti yang dilakukan Dinas Yayasan Bhakti Suci Pontianak. Oleh karena itu, walaupun organisasi atau perkumpulan tersebut dapat dikategorikan sebagai organisasi lokal tetapi mereka belum dapat disebut sebagai intermediaries atau penengah yang menghubungkan masyarakat Tionghoa dengan suatu organisasi yang lebih besar kekuasaannya yaitu Pemerintah.
Tesis, 6 Bab, xiv, 225 halaman, 9 label, 7 lampiran, Bibliografi : 31 buku, 13 jumal, 22 artikel dan 5 dokumen (1967 - 2004)"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T 13906
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>