Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11266 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suidman, Ieneke... (et al.)
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan , 1985
155.5 ONE t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fattah Hanurawan
"ABSTRAK
Penelitian ini berawal dari suatu gejala di mana tidak selalu remaja yang memiliki pengetahuan tentang penampilan pemusik rock mempunyai niat untuk melakukannya. Dalam kerangka teori tindakan beralasan Fishbein & Ajzen (1975) suatu niat perilaku dapat diterangkan melalui faktor sikap (internal) dan norma subyektif (Sosial) sebagai determinan utamanya. Sedang ditinjau dari teori belajar sosial dapat dijelaskan bahwa masalah peniruan penampilan fisik pemusik rock merupakan hasil dari proses belajar sosial faktor internal (sikap) remaja dengan lingkungan, sosialnya. Sandura dan Walters menyatakan bahwa proses belajar sosial terutama terjadi melalui proses belajar perwakilan (vicarious learning), yang dalam konsep belajar sosial spesifik tersebut terkandung pengertian bahwa cara berperilaku seseorang merupakan hasil interaksi belajar dengan perilaku orang lain.
Ditinjau dari teori peran (role theory) remaja peniru dalam konteks sosialnya menempati kedudukan sebagai aktor atau pelaku yang akan selalu memperhatikan tuntutan peran yang diembannya. Tuntutan peran yang dipertimbangkan remaja itu terwujud dalam bentuk harapan, norma, wujud perilaku, penilaian, dan sanksi terhadap niat meniru penampilaan fisik pemusik rock
Dari kajian teori belajar sosial, teori pecan, dan kerangka pemilahan- variabel yang rnenggunakan model teori tindakan Fishbein & Ajzer (1975) kemudian diajukan 2 hipotesis mayor dan dua hipotesis minor yang diuji kebenarannya pada 254 pelajar SMA di Kotamadya Malang,
Hipotesis itu adalah: Hipotesis Mayor 1 berbunyi Sikap dan norma subyektif remaja terhadap tingkah laku meniru penampilan fisik pemusik rock secara signifikan berhubungan positif dengan niatnya meniru penampilan fisik pemusik rock. Hipotesis Minor 1 adalah sikap remaja terhadap tingkah laku meniru penampilan fisik pemusik rock secara signifikan berhubungan positif dengan niatnya meniru penampilan fisik pemusik rock. Hipotesis Minor 2 berbunyi norma subyektif remaja mengenai tingkah laku meniru penampilan fisik pemusik rock secara signifikan berhubungan positif dengan niatnya meniru penampilan fisik pemusik rock. Kemudian Hipotesis Mayor 2 berbunyi norma subyektif secara signifikan memberikan sumbangan relatif lebih besar dibanding sikap remaja terhadap niatnya meniru penampilan fisik pemusik rock.
Berdasar hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa Hipotesis Mayor 1, Hipotesis Minor 1 dan 2 dapat diterima kebenarannya. Sedang Hipotesis Mayor 2 tidak dapat diterima kebenarannya. Terhadap hasil penelitian ini disarankan bagi orang tua untuk melakukan pendekatan lebih dekat dengan unsur-unsur dalam norma subyektif seperti teman bermain atau teman sekolah. Saran bagi masyarakat umum dan pemerhati masalah sosial agar melakukan sosialisasi pesan-pesan normatif berkenaan dengan peniruan terhadap penampilan fisik pemusik rock melalui pembinaan 2 saluran, yaitu sikap dan norma subyektif remaja. Bagi penelitian lebih lanjut disarankan untuk mempelajari masalah independensi antara komponen struktur sikap dan norma subyektif dalam kaitannya dengan niat. Juga bagi peneliti lebih lanjut disarankan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut pola-peniruan dan perkembangan sosialitas remaja pada wilayah perilaku yang lain."
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Sulistyorini Amidjono
"Masa remaja adalah masa transisi, dimana pada masa ? masa seperti ini sering terjadi ketidakstabilan baik itu emosi maupun kejiwaan. Pada masa transisi ini juga remaja sedang mencari jati diri sebagai seorang remaja. Proses pencarian inilah yang terkadang dimanfaatkan oleh para kapitalisme dengan menjerumuskan remaja kedalam hal negatif. Salah satu hal negatif yang menjadi permasalahan remaja di hampir semua negara di dunia adalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Generasi masa depan yang lebih dikenal dengan istilah remaja, dipundak merekalah diletakkan kata kunci baik dan buruk serta hancur dan tidaknya peradaban masa depan masyarakat, umat dan bangsa. Banyak faktor yang menyebabkan penyalahgunaan narkoba pada remaja, namun sampai mengapa remaja kita menyalahgunakan narkoba. Pokok permasalahan dalam tesis ini adalah faktor-faktor apa yang menyebabkan penyalahgunaan narkoba pada remaja. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan penyalahgunaan narkoba pada remaja, sehingga dapat ditentukan metode yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut sehingga dapat mewujudkan ASEAN bebas narkoba tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan disain studi kasus, dimana peneliti mengadakan penelaahan dokumen dan wawancara mendalam terhadap informan (remaja penyalahguna, orangtua, tokoh masyarakat dan relawan YPI) untuk mengetahui alasan-alasan remaja menyalahgunakan narkoba. Penelitian mengambil lokasi di Kelurahan Kampung Bali, Jakarta Pusat pada bulan Oktober dan Nopember 2008. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor individu, faktor lingkungan, faktor ketersediaan narkoba dan faktor pengetahuan tentang narkoba merupakan penyebab dari remaja menggunakan narkoba. Dan faktor dominan yang menyebabkan remaja menyalahgunakan narkoba adalah lingkungan masyarakat.
Saran yang diajukan adalah: (i) tingkat keyakinan keagamaan para remaja harus ditingkatkan, (ii) pengetahuan masyarakat tentang narkoba harus ditingkatkan, (iii) orangtua harus menciptakan hubungan yang harmonis dalam keluarga dan (iv) para orangtua harus selalu memperhatikan dan menanyakan tentang kegiatan dan teman sebaya anak remajanya.

Adolescence is a process of transition. This process most often followed by unstabilize emotion or even psychological. This is the proces of a teenage seeking their true identity. In this seeking proses usually used by the capitalizsm to put them into a distraction. Spreading and drugs abuse of a teenage is the most difficult problem in almost all over the world. And we know that teenagers are the key of good or bad, being destroy or not is our next generation going to be. There are so many factors of drugs abuse and the issue in this thesis are the factors of drugs abuse to a teenage/Adolescence. The aim of the research is to indentife and to analyze the factors that caused drugs abuse, so we could revealed switable method that could solve the problem and then we can fulfill ASEAN free of drugs 2015. The research use kualitatif method by study case, which that means the researchers do some document research and an exclusive interview (drugs user, parents, community figures, and volenteer of YPI) to find out the reason of the teenage abusing drugs. The research talen at Kelurahan Kampung Bali, Jakarta on October and November 2008. The result of the research shows that factors of individual, neighbourhood, availability of drugs, and a knowledge of drugs are the caused of drugs abuse to adolescence. The most dominant factor is a neighbourhood or we called as society.
The suggests are: (i) the beliefs to God should be improve, (ii) societiy?s knowledge should be improve, (iii) we need/ have to create a harmony relation in a family, and (iv) the parents should be more aware to what their teenage."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T 25490
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Herwina
"Pada kelompok remaja awal, strategi active coping, avoidance coping, emotion focused coping, acceptance coping, dan religious focused coping memberikan sumbangan yang signifikan terhadap tingkat stres. Strategi emotion focused coping memberikan sumbangan terbesar terhadap tingkat stres. Pada kelompok remaja madya, strategi active coping, avoidance coping, dan emotion focused coping, memberikan sumbangan yang signifikan terhadap tingkat styes. Strategi avoidance coping memberikan sumbangan terbesar terhadap tingkat stres. Ada perbedaan yang signifikan pada strategi active coping, avoidance coping, emotion focused coping, acceptance coping, dan religious focused coping dan tingkat stres antara remaja awal dan madya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17824
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surastuti Hadiwinoto Nurdadi
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Ishardino Satries
"Tesis ini membahas efektivitas program pemberdayaan pemuda yang dilaksanakan oleh OKP Al Fatih Ibadurrohman di Kota Bekasi. Evaluasi efektivitas program pemberdayaan ini menggunakan teori dari Budiani dengan menggunakan empat indikator efektivitas program yaitu ketepatan sasaran program, sosialisasi program, tujuan program, dan pemantauan program. Tesis ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan sampel 40 orang peserta pelatihan. Jawaban responden kemudian diprosentasikan dan diinterpretasikan melalui tabel interpretasi dari Arikunto untuk mendapatkan nilai efektivitas program.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa untuk keempat indikator efektivitas program mendapat nilai cukup untuk efektivitas pelakasanaan dengan nilai prosentase berbeda. Indikator ketepatan sasaran program mendapat prosentase 67,22%, indikator sosialisasi program mendapat prosentase 76,23%, indikator tujuan program mendapat prosentase 78,93% dan indikator pemantauan program mendapat prosentase 71,38%.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bila efektivitas program pemberdayaan pemuda yang dilaksanakan OKP Al Fatih Ibadurrohman telah berjalan cukup efektif. Selain itu dalam tesis ini dibahas pula faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program pemberdayaan pemuda. Beberapa faktor pendukung yang ada adalah kerjasama pengurus yang solid, potensi donatur yang tersedia, dukungan dari pihak Pemda, dan antusiasme DKM sebagai rekanan dalam merekrut peserta. Sementara itu, faktor penghambat yang ada adalah kurangnya ketersediaan waktu para pengurus OKP dan belum adanya pengurus yang memiliki kompetensi di bidang teknologi informasi sebagai pendukung kegiatan.

This thesis discusses the effectiveness of youth empowerment programs implemented by the OKP Al Fatih Ibadurrohman in Bekasi. Evaluation of the effectiveness of this empowerment program uses the theory of Budiani using four indicators of program effectiveness of programs targeting accuracy, programs socialization, programs objectives, and programs monitoring. This thesis uses descriptive quantitative approach with a sample of 40 participants. Respondent's answer then made a percentage and interpreted through the interpretation of Arikunto table to get the value of program effectiveness.
The results suggest that for all four indicators of program effectiveness have enough value to the effectiveness of exercising with different percentage values. Indicators of accuracy of the target program received 67.22%, an indicator of programs socialization received 76.23%, an indicator of program goals get a percentage of 78.93%, and indicator of programs monitoring received 71.38%.
Thus, it can be concluded if the effectiveness of youth empowerment programs implemented by OKP Al Fatih Ibadurrohman functioning quite effectively. In this thesis also discussed the enabling factors and obstacles in the implementation of youth empowerment programs. Some of the factors supporting co-operation that exists is a solid board, potential donors are available, the support of the local government, and the enthusiasm DKM as partners in recruiting participants. Meanwhile, the existing constraint is the lack of availability of time the board OKP and the lack of management competence in the field of information technology as support activities.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T29680
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aldila Surya Hutami
"ABSTRAK
Remaja yang rentan terhadap stress harus dapat memanfaatkan waktu luangnya dengan baik untuk dapat mengurangi dampak negatif dari stress tersebut. Salah satu aktivitas yang dapat dilakukan ialah mengisi waktu luang di restoran. Perubahan gaya hidup yang terjadi di masyarakat membuat fungsi restoran tidak lagi hanya menjadi sebuah tempat untuk makan, tetapi juga menjadi salah satu sarana orang untuk melepas lelah dan sebagai salah satu bentuk leisure. Pemilihan lokasi restoran yang akan dikunjungi merupakan sebuah proses yang ditentukan oleh faktor pendorong yang berasal dari diri remaja yaitu motivasi, waktu tempuh dan asal keberangkatan. Ada juga faktor penarik yang berasal dari karakteristik lokasi restoran (site dan situation). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pemilihan lokasi restoran untuk mengisi waktu luang remaja. Untuk mencapai tujuan penelitian, metode yang digunakan adalah melakukan analisis spasial dengan metode deskriptif berdasarkan hasil penyebaran kuisioner kepada remaja. Hasil yang diperoleh yakni pola pemilihan lokasi restoran untuk mengisi waktu luang remaja beragam. Berdasarkan motivasinya, remaja dengan motivasi fisik dominan lebih mengutamakan situation dan remaja dengan motivasi sosial dominan lebih mengutamakan site dalam memilih restoran untuk mengisi waktu luang. Berdasarkan waktu tempuhnya, semakin cepat ditempuh lokasi restoran dari asal keberangkatan remaja, maka restoran itu akan semakin banyak dipilih oleh remaja. Berdasarkan asal keberangkatannya, remaja dominan pergi ke restoran dari kost.

ABSTRACT
Youth who are prone to stress should be able to use their leisure time well in order to reduce the negative impact of such stress. One of the activities that can be done is to go to a restaurant. Lifestyle changes that occur in the community make the restaurant function is no longer just be a place to eat, but also be one of the means of people to unwind and as a form of leisure. Selection of the location of the restaurant to be visited is a process that is determined by the driving factor that comes from youth is motivation, travel time and origin of departure. There are also pull factors derived from the characteristics of the destination location (site and situation). This study aims to determine selection pattern of restaurant location for spending youth's leisure time. To achieve the research objectives, the method used is to analyze the spatial analysis with descriptive methods. The results obtained by the pattern of the restaurant selection to fill youth leisure time are variety. Based on the motivation, dominant of youth with physical motivation prefers situation, and youth with social motivation prefer the site to choose the restaurant to spend their leisure time. Based on the travel time, the sooner reached the location of the restaurant from the original departure of youth, then the restaurant will be chosen by the youth. Based on the origin of departure. Dominant of youth went to the restaurant from the boarding house.
"
Universitas Indonesia, 2016
S61684
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Yuda
"Masalah penyalahgunaan NAZA bukan merupakan masalah yang berdiri sendiri, atau hanya dirasakan oleh korban penyalahgunaan NAZA itu sendiri dan keluarganya, melainkan dapat merupakan ancaman bagi kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Masalah penyalahgunaan NAZA menjadi semakin meresahkan, mengingat sebagian besar korban penyalahguna zat tersebut adalah remaja, yang notabene merupakan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa.
Banyak faktor yang melatarbelakangi remaja untuk menjadi penyalahguna NAZA. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam (internal) dan luar diri (ekstemal) remaja. Permasalahan yang kemudian muncul adalah faktor-faktor internal dan eksternal apakah yang melatarbelakangi remaja untuk menjadi penyalahguna NAZA? Oleh karena itu, penelitian ini ditujukan untuk menggambarkan faktor-faktor internal dan ekstemal yang melatarbelakangi remaja untuk menjadi penyalahguna NAZA.
Untuk memperoleh data primer dan sekaligus untuk mengetahui faktor-faktor internal dan ekstemal yang melatarbelakangi remaja untuk menjadi penyalahguna NAZI, penulis telah melakukan penelitian yang bersifat deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif diiakukan melalui suatu wawancara mendalam, baik dengan informan utama (lima orang remaja korban penyalahgunaan NAZA yang sedang di rawat di Pondok lnabah I) maupun dengan informan penunjang (orang tua, teman sepengobatan dan pembimbing informan utama). Ada pun pendekatan kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku yang diamati. Pendekatan tersebut digunakan, karena penelitian ini menekankan kepada manfaat yang berlandaskan pada informasi yang dikumpulkan, yakni dengan Cara mendalami fenomena yang diteliti. Sementara data sekunder diperoleh dari hasil studi kepustakaan.
Dari beberapa teori, pendapat dan hasil penelitian, ditemukan, bahwa ada beberapa faktor yang dapat melatarbelakangi remaja untuk menjadi penyalahguna NAZA. Namun, dalam penelitian ini faktor-faktor tersebut dibatasi hanya pada faktor-faktor yang berasal dari dalam diri (internal), dalam hal ini adalah faktor kepribadian, dan faktor yang berasal dari luar (ektemal), yaitu faktor keluarga, sekolah, kelompok sebaya, subkultur dan faktor lingkungan sosial.
Hasil temuan penulis memperlihatkan, bahwa faktor-faktor yang melatarbelakangi remaja untuk menjadi penyalahguna NAZA adalah kepribadian, keluarga, sekolah, kelompok sebaya dan subkultur. Faktor kepribadian yang melatarbelakangi remaja untuk menjadi penyalahguna NAZ14 ditandai dengan sering mengalami kesulitan dalam mengatasi perasaan cemas, tegang dan perasaan frustrasi; sifat mudah kecewa; sifat tidak sabar atau tidak dapat menunggu; sifat suka mengambil resiko secara berlebihan; sifat mudah bosan atau jenuh; sifat impulsif; sifat kurang percaya diri; dan sifat ingin diakui sebagai orang dewasa. Sedangkan faktor yang berasal dari kondisi keluarga yang dirasakan oleh remaja adalah kesibukan orang tua (kurang adanya komunikasi antara anak-orang tua), sikap orang tua yang terlalu melindungi dan terlalu menyayangi anak secara berlebihan dan adanya pola asuhan yang bersifat permisif. Faktor lainnya adalah faktor sekolah, dalam hal ini adanya prasarana dan sarana sekolah yang menunjang anak untuk terlibat dalam penyalahgunaan NAZA; faktor kelompok sebaya, dalam hal ini rasa setia kawan dan mencontoh (ikut mode); dan faktor subkultur, dalam hal ini pergaulanl keterlibatan remaja dalam kelompok penyalahguna NAZA.
Penelitian ini menjadi menarik, karena dalam penelitian ini tidak ditemukan informan yang berasal dari keluarga yang tidak harmonis, yaitu yang ditandai dengan ketidaklengkapan orang tua, suasana rumah yang selalu diwamai dengan adanya penemgkaran yang terus menerus, serta sikap orang tua yang kurang memberikan kasih sayang kepada anaknya. Sementara pandangan umum menyebutkan bahwa penyalahgunaan NAZAsering berkaitan dengan ciri-ciri keluarga seperti itu. Demikian pula faktor yang berasal dari lingkungan sosial, dalam hal ini kondisi lingkungan sosial yang miskin/kumuh, disorganisasi, struktur sosial yang tidak baik, dan lingkungan sosial yang selalu tegang, tidak ditemukan dalam penelitian ini. Padahal pandangan umum menyebutkan, kebiasaan menggunakan NAZA sering terjadi di lingkungan seperti di atas.
Kendati demikian fenomena NAZA dan penyalahgunaannya di kalangan remaja bukan lab masalah yang sederhana. Oleh karena itu perlu diupakan upaya penanganan yang terpadu dan bekesinambungan. Pada level konseptual, untuk mencari kesamaan definisi, disiplin lima seperti pekerja sosial, psikolog, psikolog sosial, sosiolog dan antropolog kota patut dipertimbangkan. Sedangkan pada level preventif, peran profesi yang berkecimpung dalam penegakkan supremasi hukum dan educator, sangat penting. Sementara untuk upaya kuratif dan rehabilitatif, psikolog sosial maupun klinis, psikiater, dan rohaniawan perlu mendapat tempat, tanpa mengecilkan sumbangsih seluruh lapisan masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T10304
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Loise Viranti Lasnida
"Analisis ini membahas selera aliran musik tekno pada remaja Jakarta masa kini yang terbentuk dari habitus pergi ke klub malam dan kapital ekonomi. Dari selera musik itu, terdapat distinction yang dilakukan oleh remaja Jakarta sehingga selera musik menjadi sebuah representasi pelaku sosial. Penelitian kualitatif ini menggunakan teknik deskriptif argumentatif. Data yang digunakan adalah perilaku dan tindakan remaja, yang merupakan sekelompok orang berusia 13?22 tahun, yang bertempat tinggal dan beraktivitas di Jakarta dan sekitarnya. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa pengaruh habitus dan kapital ekonomi pada selera musik remaja Jakarta.

This analysis discusses about the youth in Jakarta?s taste of techno music which is formed from the habit of going to the night clubs and economic capital. Started from this taste of music, there is a disctintion made by teenagers in Jakarta so that taste of music becomes a representation of social actors. This research is qualitative, using the descriptive argumentative technique.The data in this analysis is about the behaviour and actions of youth, who are a group of people aged around 13 to 22 years, who live, move in, and around Jakarta. The result of this study shows the youth in Jakarta's taste of music is influenced by habitus and economic capital."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fany Ola Maulina
"Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional. Penggunaannya di kalangan remaja dianggap sebagai sebuah prestise yang dapat menaikkan kepercayaan diri mereka dan sekaligus sebagai identitas diri. Pengaruh bahasa Inggris ke dalam bahasa Jerman dikenal dengan Anglizismen. Banyaknya pengaruh bahasa Inggris ke dalam bahasa Jerman dapat dilihat di beberapa media seperti koran, majalah, televisi, internet dan bahkan pada musik. Dalam pembentukkannya, para remaja secara kreatif menciptakan kosakata baru atau juga menggabungkannya dengan kata yang sudah ada. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan bahasa remaja di Jerman yang terdapat dalam suatu lagu rap berjudul I Can Feel It karya Carlo Waibel dan mendeskripsikan unsur katanya yang mendapat pengaruh bahasa Inggris. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan bersifat deskriptif. Dalam penelitian ini, digunakan lagu rap sebagai data penelitian. Analisis yang dilakukan adalah dengan menganalisis kosakata yang mengandung unsur bahasa Inggris dan mengkategorikannya berdasarkan ciri-ciri bahasa remaja. Berdasarkan penelitian, dari 6 kategori Anglizismen ditemukan 2 kategori yang paling sering muncul yakni, Fremdwort dan Lehnwort.

English has been an international language which the using of it among teenagers can be considered as prestige that can raise their confidence and also as their identity. The influence of English into German language can be found in several media, such as newspapers, magazines, television, internet, and music. In the process of its creation, teenagers creatively invent new words or combine it with the existing words. This research aimed to analyze the using of youth language in German and describes the element of words that has English influence by looking at a rap song, “I Can Feel It” by Carlo Waibel. The method used are qualitative and descriptive, and rap song as research data. The analysis was done by analyzing the words that contain elements of English and categorizing it based on the characteristics of youth language. Based on this research, there are two of six categories of Anglizismen that are most commonly found in this song, which are Fremdwort and Lehnwort."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>