Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94466 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan tanaman Pangan , 1994
305.4 PER
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Liza Hadiz
Jakarta: LBH APIK, 1998
340 Had p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kerja sama Dinas Sosial Pemerintah DKI Jakarta dengan Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Lembaga Penelitian Universitas Indonesia , 1995
305.48 LAP
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rodenburg, Janet
Leiden : KITLV , 1997
305.42 ROD i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Suparta
"ABSTRAK
Masyarakat Bali sebagaimana masyarakat dunia pada umumnya, adalah sebuah masyarakat yang dilatarbelakangi oleh budaya paternalistik, yang disebut "pancar-purusa" atau "purusa-istik". Tapi, ternyata kedudukan wanita Bali tidak rendah. Bahkan, dalam berbagai aktivitas sosio-kultural dan keagamaannya, mereka melakukan peran sentral dan mulia. Seperti menjadi seorang pedanda istri (pendeta perempuan), atau pemangku istri (wanita sebagai pemimpin upacara di pura).
Di samping itu, wanita Bali juga memiliki keterlibatan dan peran yang sangat penting dalam aktivitas hidup berkesenian, khususnya dalam kehidupan seni pertunjukan mereka. Hal ini merupakan suatu masalah baru, yakni sejak akhir abad ke-19-an atau awal abad ke-20-an. Karena, dahulu hanya gadis-gadis kecil yang menjadi penari atau performer yang menari sebagai bagian dari ritual keagamaannya. Tapi sekarang kebanyakan gadis-gadis Bali ambil bagian dalam berbagai pertunjukan seni.
Penelitian ini bermaksud mengungkapkan citra wanita Bali dalam seni pertunjukan tradisional. Masalah pokok yang dikaji, yaitu: (1) citra wanita di dalam seni pertunjukan--baik yang termasuk dalam tari wali, tari bebali, dan tari balih-balihan, dan (2) citra wanita sebagai seorang pragina atau performer dalam hidup berkesenian masyarakat Bali. Masalah ini cukup menarik berkenaan dengan konsep gender dalam sistem nilai masyarakat Bali. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif; dan untuk penganalisisan data diterapkan pendekatan hermeneutik.
Berdasar analisis yang dilakukan, dapat dirumuskan beberapa kesimpulan: pertama, citra wanita dalam seni pertunjukan tradisional Bali, baik yang termasuk dalam tari wali, tari bebali, dan tari balih-balihan pada dasarnya mengacu pada sistem nilai budaya masyarakatnya, seperti konsep tentang taksu, ngayah, dan seka. Kedua, pemahaman terhadap citranya itu tidak dapat dipisahkan dari berbagai genre tari yang diperankan dalam hidupnya sebagai seorang pragina wanita Bali. Ketiga, secara umum citra wanita dalam pertunjukan seni untuk pariwisata masih rendah. Hal ini salah satunya disebabkan karena masih kurang pemahaman terhadap nilai-nilai kesenian tradisional itu sendiri oleh masyarakat luas.

ABSTRACT
Image of Women in Balinese Traditional Performing ArtThe Balinese society similar to any other sicieties in the world, is a community which is based on paternalism, which is called "pancar-purusa" ("male-oriented") or "purusaism". But, in reality the position of Balinese women is not inferior. Moreover, in the various kinds of socio-cultural activities and religious life, they play a central and noble role, such as pedanda istri (priestess), or pemangku istri (holy-women, head of the ritual offerings in the temple).
Besides, the Balinese women also have a great involvement and a very important role in aristic activities, particularly in performing arts. This fact has become a new problem, since the end of the 19th or the begining of the 20th century. Because, in the past only little girls could become dancers or performers who danced as a part of religious rituals. But today most of Balinese girls have taken part in the various art performance events.
This research is intended to reveal the images of women in Balinese traditional performing arts. The main problems which would be investigated, are : (i) images of women in the performing arts -- that include the Wali ("sacred dances"), the Bebali ("ceremonial dances"), and the Balih-Balihan ("secular dances"), and (2) the image of women as a pragina (dancer, actress, performer} in the artistic sphere of Balinese society. The method that is used in this research is qualitative method; and for data analysis hermeneutic approach is applied.
From the analysis, we can eventually formulate several conclusions: first, images of women in Balinese traditional performing arts, including the wall, bebali, and balih-balihan, bacically refer to the cultural value system of the society, such as the concepts of taksu ("religious-charisma"), ngayah ("devotional-service"), and seka ("artist-group"). Second, the understanding of the image could not be separated from the various genres of dance that are performed in their life as well as from their role as Balinese pragina. Third, generally, images of women in the performing arts intended for tuorism tend to be inferior. One reason of this is the fact that there is little understanding of the traditional artistic values on the part of the society at large."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Pradewi Iedarwati
"Implikasi apa atas peningkatan peran ganda wanita terhadap kedudukan wanita dalam rumah tangga menjadi ide yang mendasari penulisan thesis ini. Dengan dimilikinya peran ganda berarti wanita memiliki dua fungsi yaitu reproduksi dan produksi. Bagaimana peran kontribusi yang diberikan istri terhadap posisinya dalam mengambil keputusan menjadi tujuan dalam penelitian ini.
Teori pertukaran Blau digunakan untuk menjelaskan proses pertukaran yang terjadi pada tingkat mikro sehingga dapat mengungkap peran kontribusi pribadi dalam pengambilan keputusan. Pendekatan AGIL dari Parsons dipilih sebagai suatu upaya untuk menjelaskan bagaimana suatu mekanisme pertukaran berjalan dalam suatu sistim/struktur. Penelitian ini cenderung bersifat kualitatif yang didukung oleh pendekatan kuantitatif sederhana maka dipilih metode survei untuk memperoleh gambaran umum atas kelompok yang diteliti. Metode studi kasus dengan wawancara mendalam digunakan untuk memberikan penjelasan khusus atau untuk mengungkap ciri-ciri tertentu.
Hasil penelitian mengungkap bahwa ternyata besar kecilnya sumber pribadi yang disumbangkan tidak mempengaruhi terhadap besar kecilnya pecan pengambilan keputusan, karena sumber pribadi bukanlah satu-satunya faktor yang melandasi pertukaran dan bukan satu-satunya faktor yang dipertukarkan. Faktor intrinsik yaitu dukungan.sosial sangat mewarnai terjadinya keseimbangan dalam proses pertukaran antara suami istri. Keseimbangan pertukaran dapat dilihat melalui pecan pengambilan keputusan dimana baik istri maupun suami dalam mengambil keputusan dilakukan atas dasar kesepakatan bersama. Hal ini dilakukan oleh hampir sebagian besar responden dalam membuat keputusan yang menyangkut masalah alokasi dana, reproduksi, kekerabatan.
Untuk masalah aktualisasi diri dan pembagian atas penyelesaian tugas-tugas rumah tangga ternyata hampir separuh responden masih belum memiliki keseimbangan dalam proses pertukaran karena karir pribadi masih menjadi urutan yang terakhir dan porsi penyelesaian togas rumah tangga hampir seluruhnya masih diselesaikan oleh istri. Namun demikian secara rata-rata sebagian besar istri memperoleh keseimbangan dalam proses pembuatan keputusan sehingga dapat diartikan bahwa kelompok dosen wanita cukup memiliki otonomi yang diartikan memiliki pecan pengambilan keputusan yang menyangkut diri sendiri maupun keluarganya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Okke Saleha K. Sumantri Zaimar
"Kata Citra berarti gambaran tentang pribadi seseorang - dalam hal ini tokoh wanita baik aspek fisik maupun aspek mentalnya, juga sikapnya dalam hubungannya dengan masyarakat di sekelilingnya. Sebenarnya, pembicaraan tentang citra wanita ini bukanlah hal yang baru; bahkan sering kali wanita menjadi korban citra klise yang diciptakan masyarakat untuk menguasainya. Sejak dulu wanita dikenal sebagai mahluk lemah, hidup tergantung dari lawan jenisnya, bersifat emosional dan kurang trampil dalam mengambil keputusan penting, Cara berpikirnya kurang logis, dan banyak lagi hal negatif lainnya yang melekat pada pribadi wanita. Meskipun hal ini telah banyak dibahas. namun setahu saya belum pernah ada penelitian tentang citra wanita dalam sinetron Indonesia."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Fajria Novari Manan
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991
305.4 FAD p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>