Ditemukan 146248 dokumen yang sesuai dengan query
Semarang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994
306 PEM
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994
306 PEM
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Sujanto
Semarang: Dahara Prize, 1992
306.598 Suj r
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1999
572.792 KIB
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1995
370.19 IND p
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Stange, Paul
Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan Studi (LKiS), 1998
306 STA p
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Banjarmasin: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995/1996
306 SYA p
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Siodjang, Baso
Palu: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1994
306 BAS p
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Ismail Yahya
Jakarta: Inti Medina, 2009
306.598 ISM a
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
"Konsep ?wani ing tata? adalah konsep luhur yang menempatkan wanita sebagai makhluk yang memiliki posisi terhormat dan bermartabat. Dalam sistem matrifokus disebutkan bahwa wanita Jawa sebenarnya adalah wanita perkasa yang mampu mengatur kaum pria maupun lingkungannya. Kata wanita sendiri sebenarnya merupakan status fungsi dari ketiga fungsi yang dijalankan oleh wanita selain halnya ?wanodya? dan ?putri?. Ketiganya menyimbolkan adanya multifungsi peran wanita baik sebagai pengasuh, pendidik, maupun penyeimbang. Hal itu terdapat dalam contoh munculnya Ratu Shima, Tribhuana Tungga Dewi, maupun juga Suhita dalam kepemimpinan Jawa. Dalam hal ini, pula berlaku pula konsep turunan dari ?wani ing tata? yakni ?prameswari? dan juga ?ardhananeswari? untuk menjelaskan kedudukan utama wanita. Adapun prameswari sendiri dapat diartikan sebagai bentuk hadirnya wanita utama sedangkan ardhananeswari sendiri dapat dipahami sebagai bentuk wanita perkasa. Adalah sistem patriaki yang kemudian mereduksi konsep ?wani ing tata menjadi bagian dari sistem patriaki. Konteks ?wani? tidak lagi dimaknai sebagai bentuk aktualisasi diri status perempuan, akan tetapi lebih kepada pemenuhan kepentingan suami. Namun perlahan konsep itu berubah seiring dengan menguatnya patriarki dalam masyarakat. Hal itulah yang kemudian diwujudkan dalam semboyan kasur, pupur, dan sumur."
390 JP 20:1(2015)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library