Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6190 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta : Sekretariat Nasional Asean. Departemen Luar Negeri RI , 1975
327.111 IND s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Faustinus Andrea
"The article discusses the role of Indonesia in the ASEAN Community and its implications on political and security cooperation in the region. The ASEAN Community can be designed to form a new pattern of balance of power in the region. The leaders of the Southeast Asian countries realize that it is strategically important for ASEAN to establish a regional instrument to overcome the security challenges arising from new regional interactions. Indonesia with the establishment of ASEAN Security Community can play a role as an anchor of regional stability in the Asia Pacific through multilateral structure. This should be the priority of Indonesia's foreign policy."
2006
JHII-3-3-April2006-395
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: ASEAN Secreatariat, 2000
327.175 ASS a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Philippines: Asean Secretariat ,
R 303.402 Art
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Nela Nayilah
"Penelitian ini membahas keterlibatan masyarakat sipil dalam regionalisme ASEAN melalui platform ASEAN Civil Society Conference (ACSC). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami dinamika isu dalam ACSC (2005-2018) dan pengaruh ACSC terhadap regionalisme partisipatif ASEAN. Penelitian ini menggunakan metode analisa konten dalam pendekatan kualitatif. Adapun kerangka analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah 'issue selection' (Jonathan S. Coley, 2013) dan 'participatory regionalism' (Amitav Acharya, 2003).
Penelitian ini menemukan dinamika isu pada pilar socio-cultural menjadi yang paling banyak mewarnai pernyataan ACSC. Hal tersebut dipengaruhi oleh pembingkaian isu, kesempatan politik dan sumber daya ACSC.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa meskipun ACSC telah aktif berpartisipasi dalam regionalisme ASEAN dengan mengajukan agenda alternatif dalam pernyataannya sejak tahun 2005-2018, Namun ACSC tidak cukup memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemajuan regionalisme partisipatif di ASEAN, karena belum ada perubahan sikap ASEAN di level formal dan interaksi antara masyarakat sipil dan ASEAN yang masih berjarak.

This research discusses the involvement of civil society in ASEAN regionalism through the platform of the ASEAN Civil Society Conference (ACSC). The research attempts to understand the dynamics of issues in ACSC (2005-2018) and the influence of ACSC on ASEAN participatory regionalism. This study is using content analysis for a qualitative approach. The analytical framework using in this study is 'issue selection' (Jonathan S. Coley, 2013) and 'participatory regionalism' (Amitav Acharya, 2003).
This research finds that the dynamics of the issue on the socio-cultural pillar are the ones that dominating the ACSC statements. This is influenced by framing issues, political opportunities, and resources of ACSC.
This study concluded that although the ACSC had actively participated in ASEAN regionalism by proposing alternative agendas in its statements from 2005-2018, the ACSC did not have a significant influence on the progress of participatory regionalism in ASEAN, because there had been no change in ASEAN attitudes at the formal level and interactions between civil society and ASEAN are still distant.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T53573
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London: Macmillan, 1982
337.1 UND
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Geneva: ILO, 1985
331 INN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Natalegawa, Marty
"Written by the highly regarded diplomat Marty Natalegawa, former ambassador and foreign minister of Indonesia, this book offers a unique insider-perspective on the present and future relevance of ASEAN. It is about ASEAN's quest for security and prosperity in a region marked by complex dynamics of power. Namely, the interplay of relations and interests among countries — large and small — which provide the settings within which ASEAN must deliver on its much-cited leadership and centrality in the region. The book seeks to answer the following questions: How can ASEAN build upon its past contributions to the peace, security and prosperity of Southeast Asia, to the wider East Asia, the Asia-Pacific and the Indo-Pacific regions? More fundamentally and a sine qua non, how can ASEAN continue to ensure that peace, security and prosperity prevail in Southeast Asia? And, equally central, how can ASEAN become more relevant to the peoples of ASEAN, such that its contributions can be genuinely felt in making better the lives of its citizens?"
Singapore: ISEAS Publishing, 2018
e20518312
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Suwu, Stephanus Waraney
"Sebagai sebuah organisasi kerjasama regional di Asia Tenggara yang berdiri sejak tahun 1967, ASEAN telah membuktikan dirinya menjadi sebuah organisasi yang kuat dan solid, berkembang dari awalnya 5 negara, kini menjadi 10 negara. Kekuatan ini terletak pada adanya keinginan ASEAN untuk mengembangkan diri dalam suatu kerjasama bersama yang dilandasi prinsip saling membangun satu dengan lainnya.
Setelah Perang Dingin berakhir berbagai negara di dunia termasuk juga di ASEAN dituntut untuk lebih memahami berbagai isu global baru yang berkembang antara lain gender, penjualan anak di bawah umur, narkotika, terorisme, trans national crime, serta isu-isu lainnya.
Salah satu isu penting adalah Hak Azasi Manusia (HAM). Dunia sedang mengalami sebuah masa dimana HAM merupakan salah satu indikator penting dalam mengembangkan kerjasama internasional. Fenomena yang terjadi adalah apabila ada negara yang dianggap melanggar HAM, maka dunia internasional atas nama kemanusiaan, dapat mengambil berbagai tindakan, baik secara langsung, misalnya pengiriman pasukan perdamaian ; ataupun tidak langsung, misalnya lewat kritik-kritik dan tekanan atau kecaman dari negara lain terhadap negara yang dianggap melakukan pelanggaran HAM.
ASEAN juga mengalami hal yang sama. Disatu sisi, konflik yang terjadi di dalam negara anggota ASEAN adalah masalah dalam negeri, sehingga sangat tidak tepat apabila ada pihak luar yang ikut campur. Tapi mengingat korban yang jatuh kebanyakan masyarakat yang tidak berdosa (sipil) dan hak-hak sipil mereka terkekang, maka sudah selayaknya ASEAN melakukan sebuah tindakan yang tepat, tanpa ada satu pihak yang merasa dirugikan haknya.
Untuk itulah, thesis ini mencoba melihat sejauh mana HAM berpengaruh di ASEAN. Kunun waktu yang diangkat adalah tahun 1997-2000, dimana pada waktu tersebut terjadi sebuah krisis ekonomi di Asia yang menyebabkan berbagai perubahan, antara lain ekonomi, sosial-budaya, termasuk politik di banyak negara di ASEAN. Salah satu akibat perubahan itu adalah timbulnya berbagai pelanggaran HAM di banyak negara anggota ASEAN tersebut.
Dalam thesis ini dipaparkan pula berbagai bentuk kerjasama (multi track diplomacy) yang berkaitan dengan HAM, antara lain jalur government to government (G to G), misal lewat KIT di ASEAN ; dan government to non-government, antara lain Working Group on ASEAN Human Rights Mechanism. Pandangan para ahli atau pakar juga dimasukkan sebagai bentuk concern mereka terhadap pengembangan kerjasama dalam bidang HAM di ASEAN.
Tindakan yang selanjutnya dapat diambil oleh ASEAN haruslah sesuai dengan prinsip-prinsip kerjasama (cooperation) yang mencerminkan kehendak bersama ASEAN, dan negara-negara anggotanya untuk menghormati prinsip-prinsip universal Hak Azasi Manusia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13840
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarda
"Salah satu bentuk integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara adalah implementasi ASEAN-China Free Trade Area. Melalui misi ACFTA yaitu sebagai most favourite nation, national treatment, dan transparency diyakini mampu memberikan keuntungan perdagangan bagi anggotanya. Namun, yang terjadi adalah fenomena defisit neraca perdagangan antara ASEAN terhadap China, serta lima dari enam negara ASEAN mengalami defisit dengan China, depresiasi kurs terhadap dollar, dan terjadinya beberapa penurunan ekspor disbanding impor masing-masing negara yang terdampak. Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian ini mencoba menganalisis proyeksi neraca perdagangan negara anggota ASEAN terhadap China, menganalisis posisi perdagangan, efek trade creation dan trade diversion, serta menganalisis dampak kinerja neraca perdagangan terhadap lima indikator makroekonomi negara anggota ASEAN, yaitu pertumbuhan ekonomi, Produk Domestik Bruto, Indeks Pembangunan Manusia, inflasi dan kurs.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa beberapa negara ASEAN seperti Malaysia, Thailand dan Singapura mengalami rata-rata kenaikan yang positif, sementara sisanya mengalami rata-rata penurunan yang negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi perdagangan negara anggota ASEAN mengalami fluktuatif dan memberikan dampak trade creation yang lebih besar dari trade diversion setelah implementasi ACFTA. Sementara itu, beberapa negara sempat mengalami trade diversion saat terjadi gangguan dari luar seperti krisis global. Kinerja neraca perdagangan mengalami dampak yang berbeda terhadap indikator makroekonomi negara anggota ASEAN. Khusus untuk Indonesia, kinerja neraca perdagangan kurang memberikan keuntungan bagi kelima indikator makroekonomi.
Neraca perdagangan merupakan indikator yang penting dalam menilai kinerja perdagangan internasional. Oleh karena itu, untuk mendapatkan keuntungan dalam ACFTA, harus ditingkatkan peranan ekspor terhadap China dan mengurangi impor dari China dengan berbagai kebijakan ekonomi. Selain itu, perlu diadakan revaluasi terhadap keikutsertaan dalam FTA dan lebih waspada serta mengevaluasi kemungkinan keikutsertaan dalam FTA di masa yang akan datang untuk menghindari kerugian perdagangan.

One of economic integration types in South East Asia is the implementation of ASEAN-China Free Trade Area. From the mission of ACFTA is being most favourite nation, national treatment, and transparency believed as to give trading profit for its members. However the reality shows that deficit phenomenon on the trade balance between ASEAN towards China, also five of six ASEAN countries experience to deficit toward China, depreciaction. Based on that phenomenon, this research is intended to analyze the forecast on the ASEAN trade balance towards China, trade position, the effect of trade creation and trade diversion, and also to analyze the impact of trade balance performance towards five macroeconomy indicators of ASEAN countries, such as economic growth, Gross Domestic Product, Human Development Index, inflation and exchange rate.
This research finds out that some ASEAN countries, such as Malaysia, Thailand, and Singapore get rising positively on average term, while the rest experiences rising negatively on average term. The research result shows fluctuated on trade position of ASEAN countries and it gives deep impact of trade creation than trade diversion after ACFTA implementation. Besides, several countries experience a deep impact of trade divesion than trade creation during global crisis. Trade balance performance gets different impact toward macroeconomy indicators of ASEAN countries. Especially for Indonesia, trade balance performance give slightly profit toward the five macroeconomy indicators.
Trade balance is an important indicator in assessing the international trade performance. Therefore, to get excessive profit in ACFTA, export performance should be improved toward China and deduct the import from China through various economic policies. Besides, there should be a revaluation on the participation in FTA while being on guard, also evaluation on the future opportunity of participating in FTA to avoid any loss of trade.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>