Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149972 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bogor: Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam , 1995
333.91 POT t (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Madiyanto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S48984
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Balqis Dzakiyah Amany
"Peningkatan kebutuhan air bersih berbanding lurus dengan peningkatan jumlah air limbah yang dihasilkan. Pada umumnya, di Indonesia greywater hanya akan dibuang menuju drainase. Lahan basah buatan merupakan salah satu teknologi konvensional yang dapat mengolah greywater. Pengolahan dengan sistem lahan basah buatan dapat menjadi alternatif untuk mengolah greywater menjadi air baku. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kemampuan serta pengaruh organic loading rate terhadap efektivitas lahan basah buatan dengan kombinasi Canna indica dan Phragmites karka dalam mendegradasi TSS, BOD5, COD, NH4-N, dan Fecal coliform dalam greywater. Penelitian ini menggunakan jenis lahan basah buatan aliran horizontal bawah permukaan dengan sistem batch dengan kombinasi media kerikil, pasir silika, arang, dan tanah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lahan basah buatan dengan kombinasi tanaman Canna indica dan Phragmites karka mampu mencapai efisiensi penyisihan polutan sebesar 88% untuk BOD, 71% untuk COD, 86% untuk TSS, 95% untuk amonia, dan 96% untuk Fecal coliform. Organic loading rate yang diterima oleh lahan basah tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja lahan basah. Berdasarkan hasil tersebut, lahan basah buatan dengan kombinasi Canna indica dan Phragmites karka memiliki kinerja yang efektif dalam menurunkan polutan TSS, BOD5, COD, amonia, dan Fecal coliform.

The increase in the need for clean water is followed by an increase in the amount of wastewater produced. Generally, in Indonesia, greywater will only be discharged into drainage. Constructed wetland is one of the conventional technologies that can treat greywater. Treatment with an constructed wetland system can be an alternative to processing greywater into raw water. The purpose of this study was to analyze the ability and effect of organic loading rate on the effectiveness of constructed wetlands with a combination of Canna indica and Phragmites karka in degrading TSS, BOD5, COD, NH4-N, and Fecal coliform in greywater. This study uses horizontal subsurface flow constructed wetland with a batch system with a combination of gravel, silica sand, charcoal, and soil media. The results of this study indicate that the constructed wetlands with the combination of Canna indica and Phragmites karka were able to achieve pollutant removal efficiency of 88% for BOD, 71% for COD, 86% for TSS, 95% for ammonia, and 96% for Fecal coliform. The organic loading rate received by the wetland does not have a significant effect on the performance of the wetland. Based on these results, an constructed wetland with a combination of Canna indica and Phragmites karka has an effective performance in reducing TSS, BOD5, COD, ammonia, and Fecal coliform."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bogor: Wetlands International -- Indonesia Programme, 1996
R 577.68 EKO
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam pembangunan konstruksi beton pada daerah rawa, dibutuhkan penelitian tentang rawa beserta kandungan-kandungan yang ada pada rawa tersebut, baik air rawa maupun lumpur rawa. Rawa yang dijadikan pada penelitian ini adalah rawa alami yang belum (tidak) tercemar, kemudian besar konsentrasi dari rawa alami tersebut diperbesar hingga 10x lipat terhadap senyawa SO42-, Cl-, dan NO3-. Senyawa ini disebut sebagai zat korosif karena sangat mempengaruhi kuat tekan (mutu) beton. Penelitian ini dititikberatkan pada lumpur rawa dan sampai berapa besar pengaruh lumpur rawa terhadap penurunan mutu beton. Kuat tekan (mutu) beton sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimia dari material yang digunakan dan juga faktor lingkungan. Lingkungan yang tidak mendukung dapat mengurangi mutu dari beton. Lingkungan yang tidak mendukung yaitu kadar pH yang rendah, banyaknya kandungan unsur klorida bebas, sulfat dan banyaknya zat organic. Tapah-tahap dalam melakukan penelitian ini dimulai dengan mencari rawa yang masih alami (belum tercemar) dengan menggunakan data dari BAPEDAL dan BAPEDALDA untuk mencari lokasi rawa tersebut dan pada akhirnya dipilih rawa Cengkareng, kawasan Pluit, Jakarta Utara. Kemudian mengambil sampel lumpur rawa untuk diperiksa kualitasnya. Beton yang diteliti adalah beton dengan mutu rendah (15 MPa), mutu sedang (35 MPa), dan mutu tinggi (50 MPa). Beton yang dibuat bukanlah beton standar, melainkan beton yang dicampur dengan lumpur rawa. Lumpur rawa di sini menggantikan posisi pasir sebesar 25% dari berat pasir yang dibutuhkan. Sampel beton yang sudah jadi akan direndam dengan 5 kondisi rendaman (proses curing), yaitu rendaman air tanah, lumpur rawa alami, lumpur rawa + H2SO4 10x, lumpur rawa + HCl 10x, lumpur rawa + NHO3. Kemudian akan diukur kuat tekan (mutu) beton yang dihasilkan dari masing-masing rendaman dan akan dibandingkan dengan kuat tekan beton standar. Setelah itu ada juga pengujian permeabilitas beton, XRF (X Ray Fluorescence, dan XRD (X Ray Diffraction). Hasil dari penelitian ini adalah dengan penambahan lumpur rawa pada campuran beton maka kuat tekan (mutu) beton menjadi berkurang. Besar penurunan kuat tekan yang terjadi untuk mutu rendah hingga hari ke-84 sebesar 18,7%, untuk mutu sedang sebesar 35%, dan untuk mutu tinggi sebesar 18%. Penambahan konsentrasi sebesar 10x pada lumpur rawa terhadap zat korosif pada beton mutu rendah mengakibatkan perubahan konsentrasi (nilai) dari lumpur rawa. Pencampuran zat korosif pada beton mutu rendah mengakibatkan penurunan mutu beton terhadap beton campur (+ lumpur rawa alami). Besar (%) penurunan kuat tekan (hingga hari ke-84) yang terjadi dengan penambahan lumpur rawa dengan zat korosif adalah : lumpur rawa + H2SO4 10 x sebesar 9%, lumpur rawa +HCl 10x sebesar 20,17%, dan untuk lumpur rawa + NHO3 10 x sebesar 16,9%. Berdasarkan penelitian ini, didapat hasil/kesimpulan bahwa untuk membangun konstruksi beton pada lumpur rawa disarankan menggunakan beton dengan mutu rendah."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S35523
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Trisanti
"Pendayagunaan nutrien tinggi pada digestat AD dapat dilakukan dengan lahan basah buatan (CW), khususnya tipe aliran horizontal bawah permukaan (HSSF) dan tipe terapung (FCW). Penelitian ini akan membandingkan antara kemampuan kedua tipe tersebut terhadap nilai penyisihan yang dihasilkannya serta konsentrasi nutrien berupa TN dan TP pada tiap jenis makrofit yang ditanam pada bed tersebut yaitu Thypa latifolia, Canna indica, dan Iris pseodacorus. Pemberian influen berupa digestat menghasilkan pertumbuhan yang baik secara visual terhadap ketiga makrofit yang digunakan, hasil ini sejalan dengan hasil pengujian laboratorium yang menunjukkan bahwa mekanisme yang paling berpengaruh dalam penyisihan dan pendayagunaan nutrien pada HSSF dan FCW adalah plant uptake dan nitrifikasi. Selain itu, efluen yang dihasilkan juga menunjukkan nilai yang sesuai dengan baku mutu lingkungan yang dipersyaratkan dan dapat digunakan kembali untuk perairan irigasi. Tipe CW dengan makrofit yang berbeda menunjukkan nilai penyisihan dan pendayagunaan yang berbeda pula, hal ini dikarenakan bentuk akar, batang, dan daun sangat berpengaruh pada mekanisme plant uptake yang terjadi pada kedua sistem. Diantara kombinasi tipe CW dan makrofit yang digunakan, tipe HSSF dengan makrofit CI adalah yang paling unggul dalam mendayagunakan dan penyisihan nutrien serta parameter kualitas air lainnya yaitu dengan pertumbuhan tinggi mencapai 42% pada waktu kurang lebih 2 bulan, penyisihan BOD sebesar 90%, penyisihan COD sebesar 99%, penyisihan TSS sebesar 98%, penyisihan TN sebesar 66%, penyisihan TP sebesar 82%, dengan akumulasi kenaikan konsentrasi TN dan TP pada makrofit secara berturut-turut adalah 349% dan 400%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dithamara Badzlin
"ABSTRAK
Lahan basah buatan merupakan salah satu teknologi alternatif pengolahan air limbah dengan kriteria biaya yang ekonomis dan mudah diaplikasikan. Namun, pada sistem lahan basah buatan konvensional, proses degradasi polutan oleh mikroorganisme dari air limbah seringkali terbatas pada ketersediaan oksigen terlarut. Salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan modifikasi lahan basah buatan melalui sistem aerasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan membandingkan efisiensi penyisihan polutan dari air limbah kantin dengan menggunakan lahan basah buatan tanpa sistem aerasi dan dengan sistem aerasi. Penelitian ini menerapkan lahan basah buatan aliran horizontal bawah permukaan secara batch dengan menggunakan tanaman Canna indica dan kombinasi media berupa kerikil dan pasir. Pada lahan basah buatan dengan sistem aerasi, dipasang aerator di bagian inlet dan outlet reaktor yang dioperasikan selama 4 jam/hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata efisiensi penyisihan polutan dengan lahan basah buatan tanpa sistem aerasi dan dengan sistem aerasi masing-masing adalah sebesar 83,02 dan 94,62 untuk COD, 90,10 dan 97,84 untuk TSS, 60,74 dan 84,17 untuk amonia, 32,26 dan 33,06 untuk minyak lemak, serta 89,16 dan 92,24 untuk MBAS. Dari hasil tersebut, maka lahan basah buatan dengan modifikasi berupa sistem aerasi dapat menyisihkan polutan pada air limbah kantin secara lebih optimal jika dibandingkan dengan lahan basah buatan tanpa sistem aerasi.

ABSTRACT
Constructed wetlands is a simple and cost effective technology alternative for wastewater treatment. However, oxygen supply in conventional constructed wetlands cannot fully meet the requirement for the process of wastewater pollutants degradation by microorganisms. Artificial aeration system is proposed as a solution to enhance the oxygen availability in constructed wetland beds. The aim of this study is to analyze and compare removal rate of pollutant in canteen wastewater by conventional constructed wetland and modified constructed wetland with artificial aeration. This study applied horizontal subsurface flow constructed wetlands with batch system planted with Canna indica and the types media used are gravel and sand. In modified constructed wetland, aerators located in the bed inlet and outlet which are operated for 4 hours day. The results shows that the average removal rate with conventional and modified constructed wetland are respectively 83,02 and 94,62 for COD, 90,10 and 97,84 for TSS, 60,74 and 84,17 for ammonia, 32,26 and 33,06 for grease, also 89,16 and 92,24 for MBAS. According to the results, modified constructed wetland with artificial aeration is more efficient to remove pollutants in canteen wastewater than conventional constructed wetland without artificial aeration. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indriyati Retno Wulan
"ABSTRAK
Konversi lahan sawah terjadi sebagai konsekuensi logis dari perkembangan wilayah. Adanya peningkatan jumlah penduduk disertai tingkat urbanisasi yang cukup tinggi, dan berkembangnya jumlah perumahan dan industri juga penurunan luas lahan sawah dan penyempitan luas panen yang mengakibatkan menurunnya produktivitas tanaman padi, kondisi Kabupaten Karawang sebagai lumbung padi nasional mengalami peningkatan luas konversi lahan sawah tiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi konversi lahan sawah ke penggunaan nonpertanian di Kabupaten Karawang dengan menggunakan data panel 30 kecamatan di Kabupaten Karawang selama lima tahun 2011-2015 dan dianalisis menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas padi tidak signifikan terhadap luas konversi lahan sawah, sedangkan jumlah penduduk, luas kerusakan tanaman padi, jumlah perumahan dan industri signifikan dan berpengaruh positif terhadap peningkatan luas konversi lahan sawah. Kata kunci: Pertanian, Sawah, Penyempitan luas panen.

ABSTRACT
AbstractRice field conversion happens as a logical consequence of area development. Increased population along with high rate of urbanization, and increasing number of houses and industries, as well as decreasing rice field land size and decreasing harvested area reduced the productivity of paddy. Rice field conversion in Karawang Regency, which is the national granary, increases every year. This study was aimed to analyze factors which influence rice field conversion into non agricultural usage in Karawang Regency using panel data of 30 sub districts in Karawang Regency for five years 2011 2015 and was analyzed using multiple linear regression. The research result showed rice productivity wasn rsquo t significant on the size of rice field conversion, while population, extent of paddy damage, number of housing and industry were significant and had positive influences on increased size of rice field conversion.Keywords Agriculture, Rice field, Decreasing harvested area."
2016
T46990
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mitsch, William J.
Hoboken, N.J. : John Wiley, 2007
577.68 MIT w (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mitsch, William J.
New York: John Wiley & Sons, 2000
577.68 MIT w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>