Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 204676 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Rukaesih Achmad
"ABSTRACT
As a metropolitan city and the center of the country's administration, Jakarta has a high intensity of people and material mobilization. This is due to the increasing activities in various fields. Consequently, this requires massive transportation, involving a large number of vehicles to support the activities, which are increasing continuously. The increasing number of vehicles causes the increasing use of fuel.
Petrol, used as fuel for motor vehicle, contains organic lead (Pb) in the form of tetra ethyl lead (TEL), which is used as an additive to prevent engine knocking. The main source of lead pollution is the burning of fuel containing TEL. Results of a research by Kardell and Kaltman in Sweden (1986) shows that there is a significant decrease of Pb concentration in soil as the result of reducing Pb in fuel. Lead (Pb) is recognized as a toxic element to human health. The hazard of Pb pollution from engine combustion on life and physical environment has been studied intensively. Result shows that the effect of Pb pollutant on health is serious. In relation to this problem a research on the influence of Pb pollution on several vegetables planted in a heavy traffic area (close to road) has been conducted this year.
The hypotheses to be tested in this research are:
(1) There is a significant difference in the content of Pb between polluted and non-polluted vegetables (exposed vs non-exposed).
(2) There is a significant difference in the content of Pb between washed and non-washed vegetables.
(3) There are some effects of vegetative plant parts, variety of the plants, and the distance of the location of planting to the emission source, on the content of Pb in plants. Experiment was conducted in factorial design of 2 x 3 x 3 and performed in randomized block layout. The three independent variables chosen are:
- The vegetative part of the plant, i.e. leaf and stem.
- The types of vegetables, i.e. kangkung (Ipomoea reptans), spinach (Amaranthus tricolor), and caisim (Brassica chinensis)
- The distance from the plants to the source of emission, i.e. 5-10 m, 10-15 m, and 15-20 m. The experiment was carried out for three months in a vegetable garden at Pulomas, East Jakarta, from July to August 1993. Atomic Absorbtion Spectroscopy (AAS) at BATAN laboratory, Pasar Jumat South Jakarta, analyzed the contents of Pb in the experimental vegetables.
The research concludes:
(1) There are significant differences between the Pb content in the exposed vegetables (planted at the location of experiment) and the non-exposed vegetables of the same variety (planted in a green house), and between the Pb-content in the plants of 5-10 m, of 10 - 15m,and the15-20mdistance (p < 0,01).
(2) The content of Pb in kangkung, spinach and caisim at the location of experiment is higher than over the threshold level allowed by WHO, although still below the "Tolerable Weekly Intake", provided each plant is not consumed more than once a week.
(3) There is significant difference of the Pb content between washed plants and no washed ones.
(4) The Content of Pb in the leaves of kangkung, spinach and caisim have been found to be highly significantly different ( p 0,01 ) from the contents of the stems; showing that the content of Pb depends on the vegetative parts,
(5) The difference in Pb content between three kinds of vegetable are highly significant from each other ( p 0,01 ); showing that the content of Pb depends on the species,
(6) The differences of the Pb contents of the vegetables in different location were found to be highly significant; showing that the content of Pb depends on the distance of location of planting from the source of emission.

ABSTRAK
Jakarta sebagai kota metropolitan dan pusat administrasi negara mempunyai penduduk dengan mobilitas yang cukup tinggi akibat tingginya aktivitas di berbagai bidang. Hal ini tentu saja melibatkan sarana angkutan (kendaraan bermotor) cukup banyak untuk mendukung aktivitas tersebut dan jumlah ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor ini akan menyebabkan peningkatan penggunaan bahan bakar.
Bensin sebagai bahan bakar kendaraan bermotor mengandung senyawa timbal (Pb) organik dalam bentuk Tetra Ethyl Lead (TEL) yang digunakan sebagai zat aditif yang berfungsi untuk mencegah terjadinya letupan - letupan pada mesin (engine knocking). Sumber utama pencemaran Pb di lingkungan berasal dari pembakaran TEL yang terdapal dalam bensin. Hal ini sesuai dengan basil penelitian yang dilakukan oleh Kardell dan Kallman di dua wilayah hutan di Swedia ( 1986 ) bahwa terjadi penurunan konsentrasi Pb dalam tanah secara nyata (significant) dengan dilakukannya reduksi Pb dalam bahan bakar bensin.
Timah hitam (Pb) termasuk salah satu logam berat yang telah diketahui sangat berbahaya bagi manusia karena dapat menimbulkan efek pada kesehatan. Penelitian tentang dampak pencemaran Pb, yang berasal dari kendaraan bermotor, pada lingkungan fisik dan hayati telah banyak diteliti, dan hasil penelitian memperlihatkan bahwa dampak pencemaran Iingkungan oleh logam berat Pb sudah mulai mengkhawatirkan. Sehubungan dengan hal tersebut dilakukan penelitian untuk mendapatkan informasi tentang adanya penyerapan bahan pencemar Pb yang berasal dari kendaraan bermotor oleh berbagai jenis tanaman sayuran yang ditanam di lokasi padat lalu lintas ( tepi jalan raya ).
Hipotesis yang ingin dibuktikan dalam penelitian ini adalah : Terdapat perbedaan kandungan Pb yang nyata (significant) dalam tanaman sayuran antara yang terkena pemaparan dan yang tidak (expose vs non expose).
Terdapat perbedaan kandungan Pb yang nyata dalam tanaman sayuran antara yang dicuci dan yang tidak dicuci. Besarnya kandungan Pb dalam tanaman bergantung pada bagian vegetatif tanaman, jenis tanaman, dan jarak tanaman dari sumber emisi
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode percobaan faktorial 2 x 3 x 3, dan rancangan percobaan Rancangan Acak Kelompok (Randomized Block Design). Tiga faktor yang menjadi variabel bebas adalah : (1) faktor bagian vegetatif tanaman yaitu daun dan batang, (2) faktor jenis tanaman yaitu kangkung (Ipomoea reptans), bayam (Amaranthus tricolor), dan caisim (Brassica chinensis), (3) faktor jarak tanaman dari sumber emisi yaitu jarak (5 - 10 m), (10 - 15 m) dan jarak (15 - 20 m). Sebagai variabel terikat adalah besarnya kandungan Pb dalam tanaman. Penelitian di lakukan di kebun sayuran di Pulomas Jakarta Timur dan Rumah Kaca Laboratorium Biologi FMIPA IKIP Jakarta selama + 3 bulan, mulai bulan Juli sampai dengan Agustus 1993. Analisis kandungan Pb pada tanaman hasiI percobaan dilakukan di Laboratorium Kimia BATAN Pasar Jumat Jakarta Selatan menggunakan alat Spektrokopi Serapan Atom (AAS).
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa :
(1) Ada perbedaan kandungan Pb dalam tanaman kangkung, bayam, dan caisim antara yang mengalami pemaparan emisi kendaraan bermotor (expose) dan yang tidak, yaitu tanaman sejenis yang ditanam dalam rumah kaca (non expose). Kandungan Pb dalam tanaman yang tumbuh pada jarak 5 - 10 ni dan 10 - 15 m dart tepi jalan memperlihatkan adanya perbedaan yang sangat nyata (p <0,01 ), juga tanaman yang tumbuh pada jarak 15 - 20 m masih memperlihatkan perbedaan yang sangat nyata (p < 0,01 ).
(2) Kandungan Pb dalam tanaman kangkung, bayam, dan caisim di lokasi penelitian sudah di atas nilai ambang batas yang ditentukan World Health Organization. (WHO), tapi masih dibawah nilai "Tolerable Weakly Intake" jika seseorang mengkonsumsi makanan yang terbuat dari bahan kangkung, bayam dan caisim tersebut masing-masing maksimal 1 kali dalam seminggu.
(3) Ada perbedaan kandungan Pb yang sangat nyata ( p < 0,01 ) dalam tanaman kangkung dan perbedaan yang nyata (p < 0,05 ) dalam tanaman bayam dan caisim antara tanaman yang dicuci dengan yang tidak.
(4) Kandungan Pb dalam daun kangkung, daun bayam, dan daun caisim sangat berbeda nyata (p <0,01) dengan kandungan Pb pada batang kangkung, batang bayam dan batang caisim, dan kandungan Pb dalam bagian daun dijumpai lebih besar daripada dalam batang; berarti besarnya kandungan Pb dalam sayuran bergantung pada bagian vegetatif tanaman.
(5) Terdapat perbedaan yang sangat nyata ( p < 0,01 ) antara kandungan Pb dalam tanaman kangkung, tanaman bayam, dan tanaman caisim; berarti kandungan Pb dalam tanaman bergantung pada jenis tanaman (Species).
(6) Kandungan Pb dalam sayuran yang ditanam pada jarak yang dekat (5 - 10 m ), jarak sedang ( 10 - 15 m ), dan jarak jauh (15 - 20 m) memperlihatkan adanya perbedaan yang sangat nyata ( p < 0,01 ); berarti kandungan Pb dalam tanaman sayuran bergantung pada jarak dari sumber emisi.;Jakarta sebagai kota metropolitan dan pusat administrasi negara mempunyai penduduk dengan mobilitas yang cukup tinggi akibat tingginya aktivitas di berbagai bidang. Hal ini tentu saja melibatkan sarana angkutan (kendaraan bermotor) cukup banyak untuk mendukung aktivitas tersebut dan jumlah ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor ini akan menyebabkan peningkatan penggunaan bahan bakar.
Bensin sebagai bahan bakar kendaraan bermotor mengandung senyawa timbal (Pb) organik dalam bentuk Tetra Ethyl Lead (TEL) yang digunakan sebagai zat aditif yang berfungsi untuk mencegah terjadinya letupan - letupan pada mesin (engine knocking). Sumber utama pencemaran Pb di lingkungan berasal dari pembakaran TEL yang terdapal dalam bensin. Hal ini sesuai dengan basil penelitian yang dilakukan oleh Kardell dan Kallman di dua wilayah hutan di Swedia ( 1986 ) bahwa terjadi penurunan konsentrasi Pb dalam tanah secara nyata (significant) dengan dilakukannya reduksi Pb dalam bahan bakar bensin.
Timah hitam (Pb) termasuk salah satu logam berat yang telah diketahui sangat berbahaya bagi manusia karena dapat menimbulkan efek pada kesehatan. Penelitian tentang dampak pencemaran Pb, yang berasal dari kendaraan bermotor, pada lingkungan fisik dan hayati telah banyak diteliti, dan hasil penelitian memperlihatkan bahwa dampak pencemaran Iingkungan oleh logam berat Pb sudah mulai mengkhawatirkan. Sehubungan dengan hal tersebut dilakukan penelitian untuk mendapatkan informasi tentang adanya penyerapan bahan pencemar Pb yang berasal dari kendaraan bermotor oleh berbagai jenis tanaman sayuran yang ditanam di lokasi padat lalu lintas ( tepi jalan raya ).
Hipotesis yang ingin dibuktikan dalam penelitian ini adalah : Terdapat perbedaan kandungan Pb yang nyata (significant) dalam tanaman sayuran antara yang terkena pemaparan dan yang tidak (expose vs non expose).
Terdapat perbedaan kandungan Pb yang nyata dalam tanaman sayuran antara yang dicuci dan yang tidak dicuci. Besarnya kandungan Pb dalam tanaman bergantung pada bagian vegetatif tanaman, jenis tanaman, dan jarak tanaman dari sumber emisi
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode percobaan faktorial 2 x 3 x 3, dan rancangan percobaan Rancangan Acak Kelompok (Randomized Block Design). Tiga faktor yang menjadi variabel bebas adalah : (1) faktor bagian vegetatif tanaman yaitu daun dan batang, (2) faktor jenis tanaman yaitu kangkung (Ipomoea reptans), bayam (Amaranthus tricolor), dan caisim (Brassica chinensis), (3) faktor jarak tanaman dari sumber emisi yaitu jarak (5 - 10 m), (10 - 15 m) dan jarak (15 - 20 m). Sebagai variabel terikat adalah besarnya kandungan Pb dalam tanaman. Penelitian di lakukan di kebun sayuran di Pulomas Jakarta Timur dan Rumah Kaca Laboratorium Biologi FMIPA IKIP Jakarta selama + 3 bulan, mulai bulan Juli sampai dengan Agustus 1993. Analisis kandungan Pb pada tanaman hasiI percobaan dilakukan di Laboratorium Kimia BATAN Pasar Jumat Jakarta Selatan menggunakan alat Spektrokopi Serapan Atom (AAS).
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa :
(1) Ada perbedaan kandungan Pb dalam tanaman kangkung, bayam, dan caisim antara yang mengalami pemaparan emisi kendaraan bermotor (expose) dan yang tidak, yaitu tanaman sejenis yang ditanam dalam rumah kaca (non expose). Kandungan Pb dalam tanaman yang tumbuh pada jarak 5 - 10 ni dan 10 - 15 m dart tepi jalan memperlihatkan adanya perbedaan yang sangat nyata (p <0,01 ), juga tanaman yang tumbuh pada jarak 15 - 20 m masih memperlihatkan perbedaan yang sangat nyata (p < 0,01 ).
(2) Kandungan Pb dalam tanaman kangkung, bayam, dan caisim di lokasi penelitian sudah di atas nilai ambang batas yang ditentukan World Health Organization. (WHO), tapi masih dibawah nilai "Tolerable Weakly Intake" jika seseorang mengkonsumsi makanan yang terbuat dari bahan kangkung, bayam dan caisim tersebut masing-masing maksimal 1 kali dalam seminggu.
(3) Ada perbedaan kandungan Pb yang sangat nyata ( p < 0,01 ) dalam tanaman kangkung dan perbedaan yang nyata (p < 0,05 ) dalam tanaman bayam dan caisim antara tanaman yang dicuci dengan yang tidak.
(4) Kandungan Pb dalam daun kangkung, daun bayam, dan daun caisim sangat berbeda nyata (p <0,01) dengan kandungan Pb pada batang kangkung, batang bayam dan batang caisim, dan kandungan Pb dalam bagian daun dijumpai lebih besar daripada dalam batang; berarti besarnya kandungan Pb dalam sayuran bergantung pada bagian vegetatif tanaman.
(5) Terdapat perbedaan yang sangat nyata ( p < 0,01 ) antara kandungan Pb dalam tanaman kangkung, tanaman bayam, dan tanaman caisim; berarti kandungan Pb dalam tanaman bergantung pada jenis tanaman (Species).
(6) Kandungan Pb dalam sayuran yang ditanam pada jarak yang dekat (5 - 10 m ), jarak sedang ( 10 - 15 m ), dan jarak jauh (15 - 20 m) memperlihatkan adanya perbedaan yang sangat nyata ( p < 0,01 ); berarti kandungan Pb dalam tanaman sayuran bergantung pada jarak dari sumber emisi.;Jakarta sebagai kota metropolitan dan pusat administrasi negara mempunyai penduduk dengan mobilitas yang cukup tinggi akibat tingginya aktivitas di berbagai bidang. Hal ini tentu saja melibatkan sarana angkutan (kendaraan bermotor) cukup banyak untuk mendukung aktivitas tersebut dan jumlah ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor ini akan menyebabkan peningkatan penggunaan bahan bakar.
Bensin sebagai bahan bakar kendaraan bermotor mengandung senyawa timbal (Pb) organik dalam bentuk Tetra Ethyl Lead (TEL) yang digunakan sebagai zat aditif yang berfungsi untuk mencegah terjadinya letupan - letupan pada mesin (engine knocking). Sumber utama pencemaran Pb di lingkungan berasal dari pembakaran TEL yang terdapal dalam bensin. Hal ini sesuai dengan basil penelitian yang dilakukan oleh Kardell dan Kallman di dua wilayah hutan di Swedia ( 1986 ) bahwa terjadi penurunan konsentrasi Pb dalam tanah secara nyata (significant) dengan dilakukannya reduksi Pb dalam bahan bakar bensin.
Timah hitam (Pb) termasuk salah satu logam berat yang telah diketahui sangat berbahaya bagi manusia karena dapat menimbulkan efek pada kesehatan. Penelitian tentang dampak pencemaran Pb, yang berasal dari kendaraan bermotor, pada lingkungan fisik dan hayati telah banyak diteliti, dan hasil penelitian memperlihatkan bahwa dampak pencemaran Iingkungan oleh logam berat Pb sudah mulai mengkhawatirkan. Sehubungan dengan hal tersebut dilakukan penelitian untuk mendapatkan informasi tentang adanya penyerapan bahan pencemar Pb yang berasal dari kendaraan bermotor oleh berbagai jenis tanaman sayuran yang ditanam di lokasi padat lalu lintas ( tepi jalan raya ).
Hipotesis yang ingin dibuktikan dalam penelitian ini adalah : Terdapat perbedaan kandungan Pb yang nyata (significant) dalam tanaman sayuran antara yang terkena pemaparan dan yang tidak (expose vs non expose).
Terdapat perbedaan kandungan Pb yang nyata dalam tanaman sayuran antara yang dicuci dan yang tidak dicuci. Besarnya kandungan Pb dalam tanaman bergantung pada bagian vegetatif tanaman, jenis tanaman, dan jarak tanaman dari sumber emisi
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode percobaan faktorial 2 x 3 x 3, dan rancangan percobaan Rancangan Acak Kelompok (Randomized Block Design). Tiga faktor yang menjadi variabel bebas adalah : (1) faktor bagian vegetatif tanaman yaitu daun dan batang, (2) faktor jenis tanaman yaitu kangkung (Ipomoea reptans), bayam (Amaranthus tricolor), dan caisim (Brassica chinensis), (3) faktor jarak tanaman dari sumber emisi yaitu jarak (5 - 10 m), (10 - 15 m) dan jarak (15 - 20 m). Sebagai variabel terikat adalah besarnya kandungan Pb dalam tanaman. Penelitian di lakukan di kebun sayuran di Pulomas Jakarta Timur dan Rumah Kaca Laboratorium Biologi FMIPA IKIP Jakarta selama + 3 bulan, mulai bulan Juli sampai dengan Agustus 1993. Analisis kandungan Pb pada tanaman hasiI percobaan dilakukan di Laboratorium Kimia BATAN Pasar Jumat Jakarta Selatan menggunakan alat Spektrokopi Serapan Atom (AAS).
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa :
(1) Ada perbedaan kandungan Pb dalam tanaman kangkung, bayam, dan caisim antara yang mengalami pemaparan emisi kendaraan bermotor (expose) dan yang tidak, yaitu tanaman sejenis yang ditanam dalam rumah kaca (non expose). Kandungan Pb dalam tanaman yang tumbuh pada jarak 5 - 10 ni dan 10 - 15 m dart tepi jalan memperlihatkan adanya perbedaan yang sangat nyata (p <0,01 ), juga tanaman yang tumbuh pada jarak 15 - 20 m masih memperlihatkan perbedaan yang sangat nyata (p < 0,01 ).
(2) Kandungan Pb dalam tanaman kangkung, bayam, dan caisim di lokasi penelitian sudah di atas nilai ambang batas yang ditentukan World Health Organization. (WHO), tapi masih dibawah nilai "Tolerable Weakly Intake" jika seseorang mengkonsumsi makanan yang terbuat dari bahan kangkung, bayam dan caisim tersebut masing-masing maksimal 1 kali dalam seminggu.
(3) Ada perbedaan kandungan Pb yang sangat nyata ( p < 0,01 ) dalam tanaman kangkung dan perbedaan yang nyata (p < 0,05 ) dalam tanaman bayam dan caisim antara tanaman yang dicuci dengan yang tidak.
(4) Kandungan Pb dalam daun kangkung, daun bayam, dan daun caisim sangat berbeda nyata (p <0,01) dengan kandungan Pb pada batang kangkung, batang bayam dan batang caisim, dan kandungan Pb dalam bagian daun dijumpai lebih besar daripada dalam batang; berarti besarnya kandungan Pb dalam sayuran bergantung pada bagian vegetatif tanaman.
(5) Terdapat perbedaan yang sangat nyata ( p < 0,01 ) antara kandungan Pb dalam tanaman kangkung, tanaman bayam, dan tanaman caisim; berarti kandungan Pb dalam tanaman bergantung pada jenis tanaman (Species).
(6) Kandungan Pb dalam sayuran yang ditanam pada jarak yang dekat (5 - 10 m ), jarak sedang ( 10 - 15 m ), dan jarak jauh (15 - 20 m) memperlihatkan adanya perbedaan yang sangat nyata ( p < 0,01 ); berarti kandungan Pb dalam tanaman sayuran bergantung pada jarak dari sumber emisi."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahman Arif
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan metode
depurasi guna menurunkan (mereduksi) kandungan logam berat Hg, Pb, Cd,
& Cu pada kerang hijau (Perna viridis) hasil budidaya di perairan Teluk
Jakarta, dari bulan Juli sampai September 2006. Penelitian ini
menggunakan rancangan percobaan acak kelompok dengan 2 kelompok
(lokasi) 4 perlakuan : A0 (kontrol), A1 (pemanasan 70 100
o C), A2 (air
mengalir selama 24 jam) , dan A3 (EDTA, 10 ppm) dan tiga ulangan.
Analisis kandungan logam berat menggunakan metode AAS, data dianalisis
dengan Anova dilanjutkan uji Duncan dan Dunnett. Hasil penelitian
menunjukkan kandungan logam berat terendah pada perlakuan A2 (air
mengalir). Pengaruh lokasi tidak berbeda nyata (P> 0,05) antara Cilincing
dan Kamal Muara. Pengaruh perlakuan depurasi menunjukkan hasil yang
berbeda nyata (P< 0,05) terhadap penurunan kandungan logam berat. Uji
lanjut Dunnet menunjukkan perlakuan A1 dan A2 berbeda nyata (P< 0,05)
dengan kontrol, sedang perlakuan A3 (EDTA) tidak berbeda nyata (P> 0,05)
dengan kontrol. Hasil rerata kandungan logam berat pada kerang hijau
untuk perlakuan A0 (kontrol) Hg = 0.09 ppm, Pb = 5,98 ppm, Cd = 0,48 ppm
dan Cu = 6,55 ppm. Perlakuan A1(pemanasan) Hg = 0,045 ppm, Pb = 4,05
ppm, Cd =0,35 ppm, Cu = 5,35 ppm. Perlakuan A2 (air mengalir) Hg = 0,035
ppm, Pb = 2,98 ppm, Cd = 0,245 ppm, dan Cu = 5,04 ppm, dan perlakuan
A3 (EDTA) Hg = 0,05 ppm, Pb = 5, 31 ppm, Cd = 0,40 ppm, dan Cu = 5,45
ppm. Tingginya kadar logam berat pada kerang hijau khususnya Pb sudah
melebihi ambang batas baku mutu kekerangan dalam Keputusan Meteri
Kelautan dan Perikanan (Kepmen No.KEP.17/MEN/2004), hal ini diduga
karena akumulasi limbah logam berat yang berasal dari berbagai industri dan
limbah domestik yang mengalir ke perairan Teluk Jakarta sehingga kerang
hijau tidak aman untuk dikonsumsi."
2007
T39512
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budiman Sulaiman
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
TA862
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nildza Kheirizzad
"Logam berat seperti kadmium (Cd), merkuri (Hg), timbal (Pb), dan kromium (Cr) bersifat toksik dan tidak dapat terurai secara hayati. Kemampuan ginjal untuk menyerap dan menumpuk logam divalen membuatnya menjadi organ target utama toksisitas logam berat. Sungai Citarum adalah salah satu tempat pembuangan limbah pabrik tekstil yang mengandung logam berat tersebut, padahal Sungai Citarum masih dimanfaatkan oleh warga sekitar dalam kegiatan sehari-hari. Penelitian ini berfokus untuk mengetahui kadar logam berat (Cd, Hg, Cr, dan Pb) dalam tubuh masyarakat usia produktif (15-64 tahun) yang tinggal di sekitar DAS Citarum dan hubungannya dengan kejadian gangguan fungsi ginjal.  Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (cross-sectional) dengan analisis hipotesis menggunakan SPSS for Mac 20.0 dan uji statistik perbedaan dua proporsi (uji mutlak Fisher). Dari tiap 166 sampel, 14 sampel (8.4%) terdeteksi kadmium, 2 sampel (1.2%) terdeteksi kromium, 14 sampel (8.4%) terdeteksi timbal, dan 4 sampel (2.4%) terdeteksi merkuri. 24.3% sampel (n = 25) responden Kelurahan Andir dan 14.3% (n = 9) responden Gajahmekar terdeteksi kadar logam berat (Cd/Cr/Pb/Hg). Untuk sebaran fungsi ginjal, dari 166 responden, 160 memiliki fungsi ginjal yang normal (97.6%). Hanya 2.4% responden (4 orang) yang berada pada kategori probable/gagal ginjal. Gangguan fungsi ginjal (probable/gagal ginjal) terjadi pada responden yang terdeteksi Pb (7.1%) serta pada responden yang tidak terdeteksi Hg, Cd, dan Cr (2.5%, 2.6% dan 2.4%). Secara statistik, hubungan antara kadar kadmium, kromium, timbal, dan merkuri dalam tubuh dengan fungsi ginjal tidak bermakna (p = 1.000). Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan desain penelitian yang berbeda untuk melihat hubungan kausalitas. Pengambilan data primer untuk penelitian lanjutan juga dapat dipertimbangkan. Selain itu, penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan untuk menggunakan parameter lain untuk uji fungsi ginjal, agar penurunan fungsi ginjal tahap awal dapat diamati.

Heavy metals such as cadmium (Cd), mercury (Hg), lead (Pb), and chromium (Cr) are toxic and not biodegradable. The ability of the kidneys to absorb and accumulate divalent metals makes them a prime target organ for heavy metal toxicity. Citarum River is one of the disposal sites for textile factory waste which contains heavy metals, meanwhile, Citarum River is still used by local residents in their daily activities. This study focuses on determining the levels of heavy metals (Cd, Hg, Cr, and Pb) of productive age (15-64 years) who live around the Citarum watershed and their relationship with the incidence of impaired kidney function. This study used a cross-sectional design with analysis using SPSS for Mac 20.0 and a statistical test of the difference between two proportions (Fisher's exact test). Of each 166 samples, 14 samples (8.4%) were detected with cadmium, 2 samples (1.2%) were detected with chromium, 14 samples (8.4%) were detected with lead, and 4 samples (2.4%) were detected with mercury. 24.3% of the sample (n = 25) of respondents from Andir and 14.3% (n = 9) of Gajahmekar were detected with heavy metal levels (Cd/Cr/Pb/Hg). For the distribution of kidney function, out of 166 respondents, 160 had normal kidney function (97.6%). Only 2.4% of respondents (4 people) were in the probable/kidney failure category. Impaired kidney function (probable/kidney failure) occurred in respondents who were detected with Pb (7.1%) and in respondents who were not detected with Hg, Cd, and Cr (2.5%, 2.6% and 2.4% consecutively). Statistically, the relationship between levels of cadmium, chromium, lead, and mercury in the body and kidney function was not significant (p = 1,000). Further research can be carried out with different research designs to see the causality relationship. Primary data collection for further research can also be considered. In addition, future studies may consider using other parameters for renal function test, so that early kidney function decline can be observed."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qurrotul Ainiyah, 1968-
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S30389
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hening Widowati
"ABSTRACT
Serapan logam berat tiga jenis sayuran air yaitu Genjer
(Limnocharis flava), Kangkung air (Ipomoea aquatica Forsk.) dan Selada air (Nasturtium officinale R. Br) diteliti pengaruhnya terhadap kandungan gizinya. Penelitian bertujuan mengidentifikasi logam berat yang berpotensi terakumulasi pada organ sayuran air, dan pengaruhnya terhadap kandungan vitamin A, dan vitamin C. Penelitian Dilakukan pada lingkungan bersih dan tercemar. Data dianalisis dengan One-Way Anova dan uji lanjut LSD untuk mengetahui perbedaan serapan logam, dan vitamin; serta regresi untuk mengetahui kontribusi cadmium dalam mempengaruhi gizi sayuran. Akumulasi pada ketiga jenis sayuran dominan pada akar dan terendah pada daun. Genjer paling tinggi mengakumulasi semua macam logam, selanjutnya kangkung air dan terendah selada air. Cadmium memberi kontribusi pada penurunan vitamin A dan C.

Abstract
The absorption of cadmium heavy metal in 3 (three) kinds of aquatic vegetables; water lettuce (Limnocharis flava), water convolvulus (Ipomoea aquatic Forsk.) and watercress ( Nasturtium officinale R. Br) was studied to determine the influence of the contents of vitamins A and C. The purpose of this research was to identify the accumulation of cadmium in the organs of the aquatic vegetables, and their influence to the contents of vitamins A and C. This research was conducted by employing the factorial experimental design of randomized block design (RBD) with 3 (three) factors. The data was analyzed by regression to detect the correlation and contribution of cadmium influence on the aquatic vegetables. The accumulation of cadmium in the 3 (three) aquatic vegetables was mainly occured in the stems and leaves. Water lettuce has the highest accumulation of cadmium, followed by water convolvulus and watercress has the least. Cadmium is responsible for the declining levels of vitamins A and C. "
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Universitas Muhammadiyah Metro;Universitas Muhammadiyah Metro, Universitas Muhammadiyah Metro], 2012
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Z.
"Pengamatan kandungan logam berat Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni di perairan muara Sungai Membramo Papua telah dilakukan pada bulan Agustus 2003. Hasilnya menunjukkan kandungan Pb, Cd, Cu, Zn, dan Ni masih sesuai dengan Nilai Ambang Batas yang ditetapkan oleh Kementerian KLH 1988 untuk kepentingan perikanan. Secara keseluruhan dalam air laut kadar Zn lebih tinggi dibandingkan dengan logam yang lain, sedangkan dalam sedimen kadar Ni lebih tinggi. Data ini menunjukkan bahwa pada saat pengamatan perairan muara Sungai Membramo lebih banyak menerima masukan limbah yang mengandung Zn dan Ni.

Heavy Metals Content Pb, Cd, Cu, Zn And Ni In Sea Water And Sediment In Membramo Estuary And Its Relationship With Fishery Cultivation. Obervation on heavy metals Pb, Cd, Cu, Zn and Ni content in Jakarta Bay were carried out in August 2003. The results showed that the Pb, Cd, Cu, Zn, and Ni content still in line with threshold value stated by for fisheries. By the all, in sea water Zn content is higher compared to the others, while in sediment Ni is higher. This data showed the result show that on waters of Membramo River Zn and Ni waste than others elements."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Rizky Purwaningdyah
"Telah dilakukan penelitian mengenai analisis logam berat Pb, Cd, dan Zn pada materi organik dan anorganik spons Spheciospongia vagabunda di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta. Penelitian bertujuan untuk menganalisa kandungan logam berat Pb, Cd, dan Zn pada spons Spheciospongia vagabunda dan menganalisa perbandingan kandungan logam berat Pb, Cd, dan Zn yang terdapat pada materi organik dan anorganik spons di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Juni 2020 selama 3 hari. Metode yang digunakan yaitu metode jelajah bebas dengan mengambil sampel spons, air, dan sedimen dari 3 stasiun, dengan 3 ulangan untuk masing-masing sampel di setiap stasiun. Analisis logam berat dilakukan dengan menggunakan Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry (ICP-MS). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dari ketiga stasiun, logam berat Pb, Cd, dan Zn pada spons Spheciospongia vagabunda yang paling tinggi terdapat di Stasiun 1, dimana logam berat yang paling banyak ditemukan pada spons Spheciospongia vagabunda adalah logam Zn dengan kisaran konsentrasi antara 113,59 ppm—311,41 ppm. Materi organik spons Spheciospongia vagabunda mampu mengakumulasi logam Pb, Cd, dan Zn berturut-turut sebesar 0,28 ppm—1,02 ppm, 1,54 ppm—8,65 ppm, dan 87,22 ppm—144,82 ppm, sementara materi anorganik spons Spheciospongia vagabunda mampu mengakumulasi logam Pb, Cd, dan Zn berturut-turut sebesar 3,36 ppm—4,22 ppm, 0,47 ppm—2,54 ppm, dan 26,36 ppm—166,59 ppm. Berdasarkan Uji Mann Whitney, kandungan logam berat Pb, Cd, dan Zn pada materi organik dan anorganik spons Spheciospongia vagabunda memiliki perbedaan yang nyata dimana materi organik pada spons Spheciospongia vagabunda memiliki kecenderungan dalam mengakumulasi logam berat lebih besar dibandingkan dengan materi anorganiknya.

Research about analysis of heavy metal Pb, Cd, and Zn on organic and inorganic materials of Spheciospongia vagabunda in Pramuka Island, Seribu Islands, Jakarta has been conducted. The aim of this study was to analyze the heavy metal content of Pb, Cd, and Zn in Spheciospongia vagabunda and to analyze the comparison of heavy metal content of Pb, Cd, and Zn in organic and inorganic of the sponge in Pramuka Island, Seribu Islands, Jakarta. Sample collection was conducted in June 2020 for 3 days. The method used was the exploration method by taking samples of sponge, water, and sediment from 3 stations, which 3 replicates of respective were taken from each station. Heavy metal analysis was performed using Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry (ICP MS). The results showed that of the three stations, heavy metals Pb, Cd, and Zn in the Spheciospongia vagabunda were the highest at Station 1, where the most heavy metal found in Spheciospongia vagabunda was Zn with a concentration range between 113,59 ppm—311,41 ppm. The organic material of Spheciospongia vagabunda was able to accumulate Pb, Cd, and Zn respectively 0,28 ppm—1,02 ppm, 1,54 ppm—8,65 ppm, and 87,22 ppm—144,82 ppm, meanwhile the inorganic material was able to accumulate Pb, Cd, and Zn respectively 3,36 ppm—4,22 ppm, 0,47 ppm—2,54 ppm, and 26,36 ppm—166,59 ppm. Based on the Mann Whitney test, the content of heavy metals Pb, Cd, and Zn in the organic and inorganic material of Spheciospongia vagabunda has a significant difference, where the organic material in Spheciospongia vagabunda has a tendency to accumulate heavy metals greater than the inorganic material."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>