Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 66101 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan model pembelajaran yang relatif tepat untuk meningkatkan pemahaman mahaiswa terhadap konsep biologi sel. Subyek penelitian ini adalah mahasiswa peserta mata kuliah biologi sel, semester VI tahun 2005/2006. Model pembelajaran koperatif yang digunakan adalah jigsaw, mahasiswa dibagi menjadi 6 (enam) kelompok dan dilaksanakan dalam tiga siklus...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna serta memberikan keuntungan bagi siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru SD kelas rendah terhadap penerapan pembelajaran tematik dalam pembelajaran; kendala yang dihadapi guru dalam mengembangkan RPP, memilih media, dan memilih metode pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data berupa kuesioner, observasi, wawancara, dokumentasi, yang digunakan untuk mengkaji permasalahan dalam pembelajaran tematik di kelas rendah SD. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman dan pengetahuan guru tentang pembelajaran tematik sudah cukup baik. Pembelajaran terpadu merupakan suatu model pembelajaran yang paling sesuai untuk siswa SD kelas rendah, karena dalam pembelajaran tematik/terpadu, anak dapat diajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian. Kesulitannya adalah dalam penyusunan dan pengimplementasikan rencana pelaksanaan pembelajaran masih menemui kendala terutama dalam mencari metode dan media yang sesuai dengan semua tema, sementara penentuan alat ukur keberhasilan pembelajaran tematik (evaluasi pembelajaran) yang bisa mengakomodir beberapa materi yang digabungkan agak sulit untuk dirumuskan. Jalan keluar yang diambil guru dalam menghadapi berbagai kesulitan mengembangkan pembelajaran tematik disiasati dengan memperbanyak diskusi dengan teman sejawat dan memperbanyak referensi dengan mencari sumber di internet atau web lainnya."
JPUT 15:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Margaretha Purwanti
"Banyak tokoh pendidikan Indonesia berpendapat bahwa praktek penyelenggaraan pendidikan di Indonesia masih mcnggunakan pendekatan yang lebih berfokus pada peran tunggal guru sebagai pemegang tanggung jawab penuh proses pembelajaran (teacher centered). Siswa adalah obyek pembelajaran yang pasif, guru adalah tokoh maha tahu sebagai pemberi materi, dan proses pembelajaran didominasi oleh kegiatan menghafal. Beberapa upaya pembaharuan yang diusulkan yang sebenarnya mengarah pada pendekatan baru, yang lebih berfokus pada peran siswa (learner centered) tampaknya belum dapat heljalan secara optimal. Diduga, peran guru belum diperhatikan dalam upaya pembaharuan ini, sehingga kesiapan mereka baik secara konseptual maupun teknis (ketrampilan) masih meragukan. Melalui penelitian ini penulis berupaya mengungkap belief guru tentang pembelajaran, dan aktivitas praktis yang dipilihnya untuk diterapkan dalam pembelajaran sehari-hari. Belief guru tentang pembelajaran adalah segala pengetahuan/konsep yang dimiliki guru yang telah diyakininya tentang makna pembelajaran. Sedangkan aktivitas praktis guru adalah segala tingkah laku yang dipilih untuk diterapkan dalam pembelajaran sehari-hari. Penelaahan belief dan aktivitas praktis guru ini dimaksudkan guna mendapat gambaran tentang kesiapan guru dalam mengelola pembelajaran. Sekaligus diungkap hambatan-hambatan yang dihadapi guru untuk mengimplementasikan belief yang dianutnya pada aktivitas praktis sehari hari. Beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap terbentuknya belief dan aktivitas praktis tertentu juga turut dikaji dalam penelitian ini. ‘Model berpikir dan bertindak guru’ dari Clark dan Peterson (1986) menjadi titik tolak landasan teoritis yang dipakai pada penelitian ini. Penelitian dilakukan terhadap 137 guru dari lima SMU di Jakarta, yang masing-masing diasumsikan membawa ciri khasnya sendiri, yaitu SMUN Unggulan, SMUN Pendamping, SMUN Non unggulan/non pendamping, SMU Swasta. Alat pengumpul data adalah 'skala belid’ dan ‘skala aktivitas praktis’dilengkapi dengan wawancara dengan 15 orang guru. Korelasi Pearson Product Moment, uji-t, dan one way anova adalah teknik statistik utama yang dipakai untuk menganalisis data yang diperoleh. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebenarnya para guru telah menganut belief yang cenderung learner centered, dan telah melakukan aktivitas praktis yang sifamya cenderung learner centered pula. Namun kadar learner centered keduanya berbeda, dan menghasilkan kesenjangan yang bermakna.
Melalui wawancara terungkap, kualitas siswa yang kurang baik dan fasilitas yang kurang mendukung adalah hambatan yang dihadapi para guru di SMU non unggulan/non pendamping dalam rangka mewujudkan belief ‘learner centerednya. Upaya realistis dengcn menurunkan idelialisme yang berdampak pada menurnnya tingkat learner centered dan belief yang dianut. adalah cara yang dilakukan untuk menghadapi masalah ini. Sedangkan pada SMU unggulan/pendamping, hambatan yang muncul dalam menerapkan belief ‘learner centered’ adalah keraguan terhadap kemampuan guru untuk ‘meladeni‘/mengelola kekritisan siswa- Beban kurikulum, materi baru dan kesejahteraan yang kurang memadai, adalah hambatan yang dirasakan oleh guru secara umum.
Mengenai dugaan berpengaruhnya beberapa faktor terhadap terbentuknya belief dan aktivitas praktis tertentu, hasil penelitian menunjukkan bahwa, memang terjadi perbedaan belief dan aktivitas praktis di antara para guru yang bcerbeda asal sekolah. Perbedaan belief juga muncul di antara guru yang berbeda dalam pengalaman. Bahkan terbukti semakin berpengalaman seorang guru (semakin lama bekerja di suatu sekolah, semakin lama berprofesi sebagai guru, dan semakin tua usianya), tingkat learner centered dari belief nya menurun. Dalam hal perbedaan materi yang diajar, perbedaan dalam belief tidak ditemukan, namun perbedaan dalam aktivitas praktis terbukti. Para guru pengajar mata pelajaran inti bidang studi IPA, IPS, dan lain-lain memiliki belief yang sama tingkat learner centered-nya. Namun para guru pengajar mata pelajaran inti bidang studi IPA cenderug lebih teacher centered pada aktivitas praktis yang dipilih, dibanding guru yang mengqar mata pelajaran inti bidang studi IPS dan pengajar mata pelajaran 1ainnya
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, kualitas guru memang harus ditingkatkan. Cara yang terbaik adalah dengan menanggapi berbagai hambatan yang dirasakan guru. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk juga menelaah beliq dan strategi belajar siswa, sebagai elemen yang berpengaruh timbal balik pada belief dan aktivitas praktis guru. Perbaikan instruxnen berupa skala belief dan aktivitas praktis juga disarankan, agar lebih akurat dan representatifdalam menterjemahkan sampcl pcrilaku."
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Widiastuti
"[Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa bagaimana program pelatihan pembelajaran sains bagi guru TK sebagai upaya meningkatkan kemampuan mengajarkan berpikir kritis pada siswa TK B. Pelatihan pembelajaran sains dikembangkan berdasarkan program Preschool Pathway to Science (PrePS) (Gelman et al., 2010). Menggunakan desain posttest only non-equivalent control group design, tujuh orang guru TK B di wilayah Serpong dilibatkan dalam
penelitian. Empat orang guru dari kelompok eksperimen diberikan pelatihan pembelajaran sains yang didalamnya terdapat penjelasan konsep berpikir kritis, anak usia dini, pembelajaran sains, dan peran guru dalam mengajarkan berpikir kritis siswa. Analisis data dilakukan dengan membandingkan kemampuan guru kelompok eksperimen dengan tiga orang guru dari kelompok kontrol yang tidak diberikan pelatihan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah mengikuti
program terlihat perbedaan yang signifikan pada kemampuan guru kelompok eksperimen dalam mengajarkan berpikir kritis pada siswa TK B dibanding dengan kelompok kontrol. Lebih lanjut peneliti juga menemukan bahwa terjadi perubahan konsep berpikir kritis, perkembangan anak usia dini dan pembelajaran sains pada guru yang mengikuti pelatihan;The study aimed at the effectivity of science learning training program to improve teacher’s ability in teaching critical thinking. Science learning training program were being constructed from preschool pathway to science (PrePS) program
(gelman et al., 2010). Using posttest only non-equivalent control group design, seven kindergarten teachers were asked to participate in the research. Four of them were grouping as experimental group, and received science learning training with critical thinking concept, early childhood, science learning and teacher’s role in teaching critical thinking were conducted to this group. Meanwhile three teachers were grouping in to control group which not received any training. The study found that teachers who joining the training program show significant differences in teaching critical thinking to kindergarten student compare to control group. Furthermore, the study also found that teacher’s knowledge to critical thinking concept, early childhood development, and science learning were increases.;The study aimed at the effectivity of science learning training program to improve
teacher’s ability in teaching critical thinking. Science learning training program
were being constructed from preschool pathway to science (PrePS) program
(gelman et al., 2010). Using posttest only non-equivalent control group design,
seven kindergarten teachers were asked to participate in the research. Four of
them were grouping as experimental group, and received science learning
training with critical thinking concept, early childhood, science learning and
teacher’s role in teaching critical thinking were conducted to this group.
Meanwhile three teachers were grouping in to control group which not received
any training. The study found that teachers who joining the training program
show significant differences in teaching critical thinking to kindergarten student
compare to control group. Furthermore, the study also found that teacher’s
knowledge to critical thinking concept, early childhood development, and science
learning were increases., The study aimed at the effectivity of science learning training program to improve
teacher’s ability in teaching critical thinking. Science learning training program
were being constructed from preschool pathway to science (PrePS) program
(gelman et al., 2010). Using posttest only non-equivalent control group design,
seven kindergarten teachers were asked to participate in the research. Four of
them were grouping as experimental group, and received science learning
training with critical thinking concept, early childhood, science learning and
teacher’s role in teaching critical thinking were conducted to this group.
Meanwhile three teachers were grouping in to control group which not received
any training. The study found that teachers who joining the training program
show significant differences in teaching critical thinking to kindergarten student
compare to control group. Furthermore, the study also found that teacher’s
knowledge to critical thinking concept, early childhood development, and science
learning were increases.]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T44012
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan pendekatan manajemen stratejik sebagai salah satu strategi dalam meningkatkan kemampuan belajar mahasiswa melalui faktor eksternal yaitu peluang bisnis dan faktor internal yaitu faktor di dalam diri mahasiswa yang mempengaruhi pencapaian prestasi akademik mahasiswa. Penelitian ini menggunakan analisis SWOT yang merupakan suatu alat analisis yang efektif dalam mengombinasikan antara faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan serta faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa setelah analisis SWOT diimplementasikan, penggunaan prinsip manajemen stratejik di bidang pendidikan mampu meningkatkan kemampuan belajar mahasiswa. Salah satu manajemen stratejik yang dilakukan adalah pemberian pembimbingan akademik bagi mahasiswa. Penelitian ini juga menghasilkan temuan bahwa terdapat beberapa mahasiswa yang tidak dapat meningkatkan kemampuannya sehingga direkomendasikan untuk pemberian pembimbingan yang intensif bagi mahasiswa tersebut dan mengulang pembelajaran."
JOMUT 10:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>