Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13106 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Mardiasmo
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2002
658.15 MAR o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Suhanda
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kemampuan ekonomi Kota Payakumbuh yang merupakan salah satu dari 14 (empat belas) daerah di Propinsi Sumatera Barat. Dalam rangka menghadapi penerapan otonomi daerah, penilaian kemampuan ekonomi (kelulusan dari sisi ekonomi) dalam pelaksanaan otonomi daerah didasarkan atas indikator dan metode penilaian PP 129 tahun 2000 yang mengatur tentang persyaratan pembentukkan dan kriteria pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder, yang dikumpulkan dari data yang dipublikasikan oleh Biro Pusat Statistik, dan instansi lain yang terkait. Data-data yang diperlukan antara lain, PDRB Kota Payakumbuh, Payakumbuh Dalam Angka, Statistik Keuangan Daerah Tingkat II dan PDRB Kabupaten/Kota Propinsi Sumatera Barat. Untuk lebih mendalami hasil dari data sekunder juga dilakukan wawancara dengan responden Kepala Dispenda, Bagian Keuangan dan Bapeda Kota Payakumbuh serta instansi terkait.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari sisi ekonomi Kota Payakumbuh dibandingkan rata-rata keseluruhan di Sumatera Barat berdasarkan metode penilaian PP 129 tahun 2000 mampu melaksanakan otonomi daerah. Hal ini ditunjukkan dengan total skor dan terbobot sebesar 18 (delapan belas) dan terbobot 450 berada pada posisi skor minimal keharusan dari sisi ekonomi, yang mencerminkan bahwa kemampuan ekonomi Kota Payakumbuh mendekati kategori penilaian agak baik dibandingkan rata-rata keseluruhan daerah di Sumatera Barat.
Skor yang diperoleh tidak menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 1991, total skor dan terbobot baik tahun pada tahun 1991 maupun tahun 1998 sebesar 18 (delapan belas) dan terbobot 450 berada pada posisi skor minimal kelulusan dari sisi ekonomi. Hal ini juga berarti dari sisi kemampuan ekonomi Kota Payakumbuh dibandingkan pada tahun 1991 tidak adanya peningkatan kemampuan ekonomi secara relatif dibandingkan rata-rata keseluruhan daerah di Sumatera Barat, di mana total skor dan terbobot baik tahun pada tahun 1991 maupun tahun 1998 sebesar 18 (delapan belas) dan terbobot 450 berada pada posisi skor minimal kelulusan dari sisi ekonomi.
Sedangkan total skor dan total skor terbobot rata-rata kota lainnya di luar Kota Padang di atas, Kota Payakumbuh, di mana total dan skor terbobot kemampuan ekonomi rata-rata kota lainnya di luar Kota Padang berada sedikit di atas skor minimal kelulusan yaitu total skor 18,8 (delapan belas koma delapan) dan total skor terbobot 470 (empat ratus tujuh puluh) pada tahun 1991 dan total skor 18,4 (delapan belas koma empat ) dan total skor terbobot 460 (empat ratus enam puluh) pada tahun 1998.
Dibandingkan dengan rata-rata kota lainnya di luar Kota Padang, kelemahan Kota Payakumbuh pada PDRB per kapita, kemampuan PDS menutupi pengeluaran rutin dan upaya pengumpulan PDS Kota Payakumbuh baik pada tahun 1991 maupun 1998, lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata kota lainnya di luar Kota Padang. Sedangkan kontribusi PDRB terhadap PDRB Total (Propinsi). Rata-rata kota lainnya di luar Padang memberikan kontribusi berkisar antara 1 sampai 3,2 persen terhadap PDRB Propinsi dan dengan skor berkisar antara 1 (satu) sampai 2 (dua), secara kualifikasi termasuk sangat buruk dibandingkan keseluruhan daerah di Propinsi Sumatera Barat yang memberikan kontribusi sebesar 7,1 persen.
Untuk sub indikator laju pertumbuhan pada tahun 1998 Kota Payakumbuh diatas rata-rata kota lainnya di luar Kota Padang, dimana mengalami pertumbuhan minus sebesar 4,5 persen sedangkan rata-rata daerah kota lainnya di luar Kota Padang tumbuh minus 6,2 persen dan rata-rata keseluruhan daerah di Sumatera Barat mengalami pertumbuhan minus 5,1 persen, hal ini mengakibatkan skor Kota Payakumbuh diatas rata-rata kota lainnya di luar Kota Padang, skor masing-masing yaitu 5 (lima) dan 3,8 (tiga koma delapan). Dibandingkan tahun 1991 rata-rata kota lainnya di luar Kota Padang mengalami penurunan satu tingkat dibandingkan tahun 1991 yaitu dari 5 (lima) menjadi 3,8 (tiga koma delapan) dengan kualifikasi baik menjadi agak baik dibandingkan rata-rata ke seluruhan daerah di Sumtera Barat, sedangkan Kota Payakumbuh sama dibandingkan tahun 1991.
Berdasarkan letak geografis dan potensi Kota Payakumbuh berpotensi untuk lebih mengembangkan kegiatan pada sektor perdagangan. Hal ini akan membuka peluang ekonomi yang bertumpu pada sektor perdagangan. Meningkatnya kegiatan sektor perdagangan selanjutnya akan menggerakan sektor-sektor ekonomi lainnya dengan sendiri juga akan meningkatkan penerimaan daerah. Serta lebih meningkatkan upaya pengumpulan peneriman daerah sendiri yang masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata kota lainnya di luar Kota Padang. Sekurang-kurangnya dapat lebih meningkatkan kemampuannya dalam membiayai pengeluaran rutin, yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata kota lainnya di luar Kota Padang."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T7693
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardiasmo
Yogyakarta: Andi, 2002
657.8 MAR o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jayadi
"Kebijakan otonomi daerah ysng dilshirksn sejalan pada pengguliran era reformasi bangsa ini , terasa semakin sulit di prediksi. Lahirnya UU No. 22 Tahun 1999 jo UU No. 32 tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah , agaknya masih belum menemukan cara ampuh dalam memulai dunia pemerintahan baru yang bernama otonomi daerah...."
[Place of publication not identified]: Perencanaan Pembangunan, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Waluyo
Bandung: Mandar Maju, 2007
658 WAL m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Etin Solihatin
Depok: Rajawali Press, 2022
352 ETI o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Dewi Fransina
"ABSTRAK
dalam karya akhir ini adalah analisa strategi yang dipakai PT Astra
International Tbk ? Toyota Sales Operation yang lebih dikenal dengan Auto 2000,
dalam menghadapi tantangan globalisasi dan pemberlakuan kebijakan otonomi
daerah di Indonesia, dengan tinjauan khusus pada produk unggulannya yaltu Toyota
Kijang.
Auto 2000 merupakan salah satu hasil dan strategi diversifikasi yang dilakukan
oleh PT Astra Intemasionai Tbk (AI), dalam bidang usaha otomotif. Perusahaan ini
(Auto 2000) berbentuk anak perusahaan yang mempunyai manajemen sendiri,
dengan bidang usaha sebagai penyalur utama kendaraan bermerek ?TOYOTA? di
Indonesia. Toyota Kijang, diklasifikasikan dalam kelompok kendaraan niaga,
menjadi produk unggulan karena dari semua jenis kendaraan yang dipasarkan oleh
perusahaan (Auto 2000), Toyota Kijang yang menghasilkan keuntungan terbesar.
Industri otomotif masih prospektif karena masih adanya kebutuhan akan
kendaraan di Indonesia, dan peluang baru dari era globalisasi dan kebijakan
otonomi daerah.
Dampak dari krisis yang baru saja berlalu menyebabkan bertambahnya pemain
dalam industri ini, terutama pada sektor kendaraan niaga, yang berarti
bertambahnya pesaing untuk Toyota Kijang. Sementara itu tantangan globalisasi
selain dilihat sebagai peluang pasar baru, juga merupakan ancaman bagi masuknya
pesaing baru. Kondisi perekonomian dan stabilitas politik di Indonesia yang belum
pasti, juga menjadi salah satu faktor eksternal yang diantisipasi.
Dari tiga kurun waktu yang berbeda yaltu masa pra krisis, masa krisis dan masa
pasca krisis, mempunyai pola-pola lingkungan yang berbeda. Perusahaan (Auto
2000) dan perusahaan induknya (AI) melakukan berbagal penyesuaian dalam
pelaksanaan strateginya.
Pada masa pra krisis (sebelum tahun 1998), perusahaan berada pada masa-masa
jayanya. Penerimaan karyawan besar-besaran dan ekspansi cabang-cabang
penjualan dilakukan hampir diseluruh wilayah usaha. Pada masa ini perusahaan
berusaha membangun citra yang kuat di benak pelanggan, dengan melakukan
penyempurnaan fasilitas penjualan, layanan purna jual dan pengembangan kualitas
sumber daya manusianya.
Terjadinya kiisis moneter menyebabkan perusahaan harus melakukan efisiensi
usaha, melalui penghematan biaya operasional rutin dan pengurangan karyawan.
Beberapa lokasi usaha terpaksa harus ditutup. Pada masa ini perusahaan menitik
beratkan pendapatan keuntungannya melalui pelanggan yang datang ke pelayanan
purna jual, seperti bengkel dan suku cadang. Perusahaan juga melakukan
pembinaan hubungan yang balk kepada pelanggan-pelanggan lama untuk tetap
menjaga citra perusahaan. Untuk mendukung penjualan yang menurun perusahaan
menyediakan jasa baru untuk mengurus perpanjangan STNK.
Ketika krisis telah berlalu, temyata dampaknya belum sepenuhnya hilang, untuk
memulihkan kembali operasional penjualan, perusahaan membuka kembali cabang
cabang yang pernah ditutup dan melakukan pembinaan yang Iebih intensif kepada
karyawannya dengan mensosialisasikan filosofi perusahaan dan etika bisnis.
"
2001
T1903
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>