Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51121 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Puspita Asadyla
"Suatu pengiriman informasi penting dari satu pihak ke pihak lainnya membutuhkan suatu pengamanan untuk mencegah jatuhnya informasi tersebut ke pihak yang tidak berwenang. Salah satu teknik pengamanan informasi yang digunakan adalah steganografi. Salah satu metode yang dapat digunakan pada steganografi yaitu metode Discrete Cosine Transform (DCT). Dalam skripsi ini akan dijelaskan penggunaan algoritma metode DCT dalam menyembunyikan pesan rahasia berupa teks digital pada citra digital. Pesan rahasia akan di embedding ke dalam suatu keofisien dari Discrete Cosine pada cover image sehingga pesan rahasia tidak terlihat secara kasat mata.
Hasil uji coba algoritma metode DCT dianalisis berdasarkan rata-rata waktu proses embedding dan extracting serta berdasarkan nilai Peak Signal to Noise Ratio (PSNR). Rata-rata waktu yang diperoleh dari proses embedding dan extracting berbanding lurus terhadap ukuran citra digital yang digunakan dan nilai PSNR yang diperoleh lebih besar dari 40dB yaitu dari 45dB hingga 50dB sehingga cover image dan stego image tidak berbeda secara kasat mata.

A transmission of important information from one to other requiring a security to prevent the collapse of such information to unauthorized. One information security techniques that can be used is steganography. One of the methods that can be used in steganography is Discrete Cosine Transform (DCT) method. In this essay will explain how to use DCT algorithms for embedding the secret message digital text into digital image. Secret message will be embedded to Discrete Cosine coefficient in cover image so that the secret message not visible to the human visual system.
The trial result from DCT algorithms analyzed based on the time during the embedding and extracting process and value of Peak Signal to Noise Ratio (PSNR). The average time from the process of embedding and extracting proportional to the size of the digital image is used and the value obtained PSNR greater than 40dB that is from 45dB to 50dB so that the cover image and stego image difficult to differ from human visual system."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S61430
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Layaknya mahluk hidup, ikan dapat terserang penyakit. Penyakit pada ikan menimbulkan berbagai tanda-tanda khusus, tak terkecuali pada mata. Setiap penyakit menimbulkan tanda yang berbeda pada mata, sehingga melalui mata, dapat dideteksi penyakit-penyakit yang menyerang ikan, dan cara mengatasinya. Salah satu cara pendeteksian, ialah dengan menggunakan algoritma DCT (Discrete Cosine 1'ransform). Dengan algoritma ini, setiap pixel pada gambar mata, akan dihitung dengan fungsi tertentu, dan dihasilkan transfonnasi DCT nya. Kemudian dihitung jarak eukdidian, dibandingkan dengan acuan yang telah ada, dan dicari nilai terkecilnya. Nilai euklidian terkecil menandakan kelompok penyakit yang sama. Simulasi yang dilakukan berdasarkan color model RGB, yang akan menunjukkan keakuratan pendeteksian penyakit ikan ini dengan menggunakan algoritma DCT untuk beberapa jenis ikan. Selain itu hasil simu1asi juga akan menunjukkan perbedaan kondisi antara kondisi ikan sehat dan sakit"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S39180
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shirley Aprilia
"ABSTRAK
Protein adalah salah satu biomakromolekul yang mempunyai peran sangat penting dalam organisme hidup. Semua jenis protein terdiri dari serangkaian kombinasi 20 asam amino. Interaksi Protein-Protein Interaksi PPI memainkan peran penting dalam sebagian besar proses biologis sehingga deteksi interaksi protein-protein PPI pada dasarnya penting untuk memahami mekanisme molekuler dalam sistem biologis. Dengan menggunakan proses komputasi dan menerapkan metode pembelajaran mesin, akan lebih efisien daripada metode eksperimental yang membutuhkan waktu lama dan biaya mahal. Dalam tesis ini penulis menggunakan Discrete Cosine Transform sebagai metode fitur ekstraksi barisan asam amino dan Rotation Forest sebagai model klasifikasi untuk mendapatkan kinerja yang lebih baik daripada metode sebelumnya, seperti Support Vector Machine, Random Forest, dan lain-lain. Hal baru dalam tulisan ini terletak pada interaksi protein protein dengan virus HIV yang menyebabkan AIDS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode yang diusulkan layak dilakukan, kuat dan dapat digunakan untuk prediksi interaksi protein-protein lainnya dengan akurasi hingga 77 dan metode transformasi Rotation Forest yang menggunakan PCA lebih baik dibandingkan metode transformasi Rotation Forest yang menggunakan IPCA. Terdapat 962 protein yang berpotensi berinteraksi pada PCA dari 4529 potein dan 2902 protein pada IPCA dari 7499 protein.

ABSTRACT
Protein is one of the bio macromolecules that have a very important role in living organisms. All types of proteins consist of a series of combinations of 20 amino acids. Interaction of Protein Protein Interactions PPI plays an important role in most biological processes so that the detection of protein protein interactions PPIs is basically important for understanding molecular mechanisms in biological systems. By using computational processes and applying machine learning methods, it will be more efficient than experimental methods that take a long time and costly. In this thesis the author uses Discrete Cosine Transform as a method of extraction of amino acid sequences and Rotation Forest as a prediction model to get better performance than previous methods, such as Support Vector Machine, Random Forest, etc . The novelty in this paper lies in the interaction of protein proteins with the HIV virus that causes AIDS. The results show that the proposed method is feasible, robust and can be used for the classification of other protein interactions with up to 77 accuracy and Rotation Forest transformation methods using PCA better than Rotation Forest transformation methods using IPCA. There are 962 potentially interacting proteins in the PCA of 4529 potein and 2902 proteins in IPCA of 7499 proteins."
2018
T49487
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dionysius Hendri Setianto
"Terkadang setiap orang memiliki informasi rahasia yang ingin dikirimkan tanpa diketahui oleh pihak lain. Steganography adalah sebuah teknik untuk menyembunyikan informasi ke dalam data multimedia sehingga memungkinkan untuk mengirim informasi kepada pihak yang berkepentingan tanpa diketahui atau dideteksi oleh pihak lain secara kasat mata (imperceptibility), walaupun dapat dideteksi melalui pendekatan statistik dengan menggunakan algoritma tertentu. Teknik Steganography berbasiskan JPEG (discrete cosine transform) merupakan salah satu algoritma yang digunakan untuk menyembunyikan data pada gambar digital. Analisis yang dilakukan untuk melihat imperceptibility dan kapasitas data yang dapat disembunyikan dari teknik steganography. Hal ini dilakukan karena kedua sifat itu merupakan aspek dari steganography. Proses analisis didukung dengan simulasi yang dibuat menggunakan Matlab versi 6.5 dan diujikan pada lima buah gambar hitam-putih berukuran 256x256 piksel.
Dari hasil simulasi dapat diperoleh bahwa level kuantisasi yang digunakan saat menyisipkan data agar gambar stego tidak terdeteksi secara visual tergantung dari karakteristik gambar asli yang digunakan. Untuk simulasi ini diperoleh : level 100-70 untuk gambar goldhill dan autumn; gambar view pada level 100-80, level 100-50 untuk gambar lenna dan gambar baboon pada level 100-40. Sementara itu kapasitas data yang dapat disembunyikan dan diekstraksi tanpa error yang signifikan diperoleh : gambar goldhill dan baboon adalah dari 50-500 bytes pada level 80-40; gambar autumn adalah dari 50-500 bytes pada level 70-40; gambar lenna adalah 50-250 bytes pada level 80-40; dan gambar view adalah 50-400 bytes pada level 80-40 walaupun pada kapasitas 200-300 bytes ada 1 bit error, dan 450-500 bytes untuk level 70-50. Semakin kecil level kuantisasi yang digunakan maka ketahanan (robustness) terhadap kompresi JPEG akan semakin besar, sedangkan kualitas gambar (imperceptibility) yang dihasilkan akan semakin buruk dan kapasitas data yang dapat disisipkan semakin kecil.

Sometimes every people have secret information to send without any suspicion from other parties. Steganography is a technique for hiding information into multimedia data so as for sending information to other people without any detection from other parties (eavesdropper) visually, although it can be detected by statistical approach with some algorithm. Steganography technique base on JPEG (discrete cosine transform) is an algorithm which is used for hiding data into digital picture. Analysis was performed to check the imperceptibility and capacity of data that can be hidden, because both of them are aspects on steganography technique. Analysis process was made using Matlab version 6.5 and was tested to five 256x256 monochrome picture. From the simulation we can get that quantization level which is used when hiding data so the stego picture can not be detected visually was depend on the characteristic of original picture.
Simulation result : level 100-70 for goldhill and autumn picture; view picture on level 100-80, level 100-50 for lenna picture and baboon picture on level 100-40. Capacity of the data that can be hidden and can be extracted without significant error are : goldhill and baboon picture is from 50-500 bytes on level 80-40; autumn picture is from 50-500 bytes on level 70-40; lenna picture is 50-250 bytes on level 80-40; and view picture is 50-400 bytes on level 80-40 even there was 1 bit error on capacity 200-300 bytes, and 450-500 bytes on level 70-50. If the quantization level getting smaller then the robustness against JPEG compression will be higher, but picture quality (imperceptibility) will be getting bad and capacity of the data that can be hidden getting smaller."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S40395
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Setyabudi
"Pada Tugas Akhir ini akan membahas teknik kompresi video codec yang mampu melakukan kompresi data frame mencapai ≥ 50% dari frame originalnya.
Adapun tahapan kompresi input stream video dibagai menjadi 3 tahapan:
  1. Pengurangan keseragaman spatial yang terjadi pada komponen-komponen intensity dalam suatu image.
  2. Pengurangan keseragaman temporal yang terjadi pada motion object di frame-1, frame-2, frame-3 dan seterusnya.
  3. Entropy coding untuk mengurangi energi komponen image yang kurang significant.
Dari tahapan diatas maka teknik kompresi yang didesign pada video codec disusun menjadi 3 sub-block besar : Transform coding yang menggunakan 2D-DCT, motion compensator berbasis pada SAD algorithm, dan RLE ( Run Length Encoding). Untuk mengetahui unjuk kerja system video codec yang telah didesign maka diperlukan pengukuran sesuai standart pengukuran ITU-T tentang kualitas video kompresi yaitu [8] :
  1. Pengukuran secara subjectif dengan metode DSCQS (double stimulus continuous quality scale).
  2. Pengukuran secara objectif dimana tool yang digunkan adalah PSNR (peak signal to noise ratio) dan MSE (mean squared error).
Dari hasil pengukuran teknik kompresi video didapatkan hasil PSNR yang masih jauh diatas ambang batas minimal yang diperbolehkan oleh ITU-T yaitu 20 dB.

This project will discuss about video codec compression that will compress data frame to 50% smaller from it original size.
There are three main steps to compress video stream input :
  1. Reducing spatial similarity occurred in intensity components from source image.
  2. Reducing temporal similarity occurred in motion object at first frame, second frame, third frame, etc.
  3. Entropy coding to eliminate less significant image component energy.
From those steps mentioned above, design compression technique at video codec will rebuilt in to three major sub block : Transform coding using 2D-DCT, motion compensator based on SAD algorithm, and RLE (Run Length Encoding). To analyze performance of video codec systems that have been designed, measurable success indicator based on ITU-T standardization on video compression quality will be needed.
Those indicator are [8]:
  1. Subjective measurements using DSCQS (Double Stimulus Continuous Quality Scale) Method.
  2. Objective measurements using PSNR (peak signal to noise ratio) and MSE (mean squared error) as it tools.
Using those video compression measurements above, this project resulting PSNR value above its minimal threshold described in ITU-T (20dB).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40438
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Swastika
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S38743
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
RR. Adhitya Widyaningrum
"Salah satu teknologi yang banyak diaplikasikan untuk mengolah data citra sebagai sumber informasi utama adalah teknologi penginderaan jauh atau remote sensing. Beberapa aplikasi remote sensing menuntut citra yang berkualitas baik, namun dalam ukuran yang lebih kecil mengingat ukurannya yang sangat besar. Kebutuhan inilah yang mendorong berkembangnya teknologi pemampatan citra atau image compression.
Skripsi ini membahas tentang teknik kompresi citra gabungan antara prediksi linier antarband (kompresi spektral) dengan transformasi wavelet dan Discrete Cosine Transform (DCT) sebagai kompresi spasial. Jenis transformasi wavelet yang digunakan adalah LS 9/7, CDF 9/7, dan multiwavelet Daubechies 10 (Db10) + LS 9/7.
Dari hasil ekperimen data MODIS berukuran 2048 x 2048, dapat disimpulkan rasio kompresi berbanding terbalik dengan nilai PSNR yang dihasilkan, sementara tingkat level dekomposisi sebanding dengan nilai PSNR dengan level ideal 5. Meskipun memiliki PSNR yang tinggi, metode DCT tidak menghasilkan kualitas citra hasil kompresi yang memadai, terbukti dengan rendahnya nilai co-histogram simetri (SCH). Metode kompresi yang paling baik adalah multiwavelet (Db10+LS9/7) karena menghasilkan PSNR yang stabil di atas 50 dB hingga rasio kompresi 100 dengan nilai SCH rata-rata 0.99.

An image/picture could contain thousands of information. Remote sensing is a technology which uses an image in the form of satellite imagery as the main source of information. Remote sensing applications require good quality of image, represented by smaller size, since satellite sensors have wide measurement coverage of Earth surface. In this regards, image compression is needed.
This thesis report covered image compression techniques using combination of interband prediction (as spectral compression) and discrete cosine transform (DCT) and wavelet transform (as spatial compression). Several wavelet transforms are applied in the experiment, such as LS 9/7, CDF 9/7, and multi-wavelet Daubechies 10 (Db10) + LS 9/7.
The experiment results showed that the higher the compression ratio, the smaller PSNR values. This applies to all four methods of compression which were tested in this study. The higher level of decomposition of wavelet transformation, resulted in better PSNR. While the ideal level of decomposition for wavelet transformation is level 5. Even the DCT method resulted in high PSNR, but the quality of compression image is poor, which is shown in low Symmetrical Co-Histogram (SCH) value. The best result was obtained by combined method (Db10+LS9/7) which resulted in high PSNR (up to 50 dB), high compression ratio (up to 100), and average SCH values of 0.99.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51401
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suryadi
"Algoritma baru enkripsi data video yang dikembangkan dalam disertasi ini dinamakan algoritma enkripsi video multi chaos system oleh Suryadi, B. Budiardjo dan K. Ramli (MCS-SBR). Algoritma tersebut ditujukan untuk mereduksi waktu komputasi, rasio kompresi dan untuk meningkatkan daya tahan terhadap known-plaintext attack dan brute-force attack. Usaha yang dilakukan adalah dengan mengintegrasikan dua proses yakni proses kompresi dan dilanjutkan dengan proses enkripsi. Metode proses kompresinya yaitu menggabungkan proses transformasi cosinus diskrit (DCT) dan proses kuantisasi. Hal ini dapat dilakukan karena secara aljabar, DCT terkuantisasi tetap memiliki sifat orthonormal, sama halnya dengan fungsi DCT standar. Sedangkan untuk proses enkripsinya menggunakan metode multi chaos system terdiri dari dua fungsi chaos, yaitu logistic map dan Arnold?s cat map. Masing-masing bertujuan sebagai fungsi pembangkit bilangan acak untuk mendapatkan nilai key stream dan sebagai permutasi acak. Dalam hal ini digunakan 3 buah logistic map dengan satu formula key stream dalam basis galois field (256) sehingga mampu meningkatkan daya tahan terhadap known-plaintext attack dan brute-force attack. Selanjutnya dilakukan pengujian secara praktis dan teoritis.
Hasil analisis pengujian secara praktis menunjukkan bahwa kompleksitas waktunya semakin kecil sehingga ratarata waktu kompresinya semakin cepat, rata-rata prosentase rasio kompresinya 2,35 kali lebih besar, ruang kunci yang dihasilkan mencapai 8,6  1012 kali lebih besar, dan tingkat sensitivitasnya menjadi 2  10−10 lebih kecil, serta bentuk histogramnya mendekati bentuk flat. Hasil pengujian teoritis berstandar internasional dari National Institute of Standards and Technology (NIST), menunjukkan bahwa fungsi pembangkit bilangan acaknya benar-benar menghasilkan bilangan bersifat acak, yang ditunjukkan dengan nilai 𝑃. 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 = 0,43277 ≥ 0,01. Berdasarkan semua hasil pengujian tersebut, dapat disimpulkan bahwa algoritma enkripsi video MCS-SBR sangat sulit dipecahkan dengan known-plaintext attack dan brute-force attack.

The new video encryption algorithm discussed in this dissertation is called Multi Chaos System developed by Suryadi, B. Budiardjo and K. Ramli (MCS-SBR). This algorithm is used to reduce the computational time and compression ratio, as well as to increase resistance to known-plaintext attack brute-force attack. The procedures included the integration of two processes, i.e. compression process followed by encryption processes. The method of compression process employed the integration of discrete cosine transform (DCT) and quantization process. This was possible from algebraic perspective as quantized DCT still retained its orthonormal characteristic, just as standard DCT function. As for the encryption process, multi chaos system, consisting of logistic map and Arnold?s cat map, was used. Each of these functioned as random number generation to get a key stream and random permutation respectively. For this purpose, 3 logistic map were used with one key stream formula based on Galois field (256) in order to increase resistance to known-plaintext attack and brute-force attack. The subsequent procedures included practical examination and theoretical evaluation.
The results of the practical examination are as follow: the average time complexity is reduced, which increases the compression time; the average percentage of the compression ratio is 2,35 higher; the resulted key space is 8,6  1012 greater; the sensitivity level is 2  10−10 lower; and the histogram is almost flat. The result of theoretical evaluation by National Institute of Standards and Technology (NIST) indicates that the function of random number generator really produces random numbers, shown by 𝑃. 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 = 0,43277 ≥ 0,01. Based on the results of the practical examination and theoretical evaluation, it can be concluded that the algorithm of MCS-SBR video encryption is highly resistant to known-plaintext attack and brute-force attack.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
D1446
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fetty Amelia
"Metode Mel Frequency Cepstral Coefficient (MFCC) adalah metode yang paling populer dan memiliki kinerja yang baik sebagai metode feature extraction (pengekstraksi ciri) hingga saat ini. Namun berdasarkan hasil simulasi, diketahui bahwa speaker recognition system yang menggunakan MFCC sebagai metode feature extraction memiliki akurasi yang rendah ketika diterapkan pada sinyal suara yang mengandung noise.
Dalam penelitian ini, penulis mengusulkan metode Discrete Wavelet Transform - Mel Frequency Cepstral Coefficient (DWT-MFCC) untuk mengatasi masalah tersebut. Hasil simulasi menunjukkan bahwa metode DWT-MFCC memiliki akurasi lebih tinggi dibandingkan dengan metode MFCC konvensional apabila diterapkan sebagai metode feature extraction dalam sistem speaker recognition dengan tingkat SNR dari 15 hingga 40 dB.

The Mel-frequency Cepstral Coefficients (MFCC) method is the most popular method and has good performance as a feature extraction to date. But based on the simulation results, it is known that the speaker recognition system that uses MFCC as a feature extraction has low accuracy when applied to voice containing noise.
In this study, we propose the Discrete Wavelet Transform - Mel Frequency Cepstral Coefficient (DWT-MFCC) method to overcome this problem. The simulation results show that the DWT-MFCC method has higher accuracy compare with conventinal MFCC method when applied as feature extraction in the speaker recognition system with SNR from 15 to 40 dB.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53154
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>