Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173552 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
cover
Evi Sultriana Zachri
"Tanaman cengkeh (Eugenia aromatica O.K.) termasuk dalam familia Myrtaceae, tersebar luas di Indonesia, Malaysia, Pulau Madagaskar, dan Tanzania. Daun tanaman mi mengandung minyak atsiri yang banyak dipakai untuk bahan baku isolasi eugenol dan pembuatan vanilin. Penggunaan eugenol dalam bidang farmasi yaitu sebagai obat analgesik gigi, dan campuran eugenol dengan seng oksida digunakan untuk menghilangkan karang gigi. Di samping itu eugenol juga dipakai sebagai pengharum sabun, parfum dan pengawet niakanan. Penelitian mi bertujuan untuk membandingkan eugenol dari minyak A (eugenol A) dan minyak B (eugenol B) dengan sediaan eugenol yang ada dalam perdagangan yaitu eugenol C, D, E, F, dan G. Minyak A diperoleh dari penyulingan daun cengkeh gugur, dan minyak B diperoleh dari dalain perdagangan. Isolasi minyak A dari simplisia daun cengkeh gugur menggunakan penyulingan air, dan basil yang diperoleh 3,06 % WE Isolasi eugenol dari minyak A mempunyai rendemen sekitar 73,85% v/v, dan eugenol dari minyak B sebesar 63,30% v/v. Uji sifat fisika bobot jenis dari minyak A, minyak B, eugenol A dan eugenol B berada di bawah standar mutunya. Uji indeks bias minyak A, minyak B, eugenol C, D, E, dan F memenubi standan, sedangkan eugenol A, B, dan G tidak memenuhi standar. Adapun uji kelarutan hanya minyak B dan eugenol G yang tidak memenuhi standar mutu perdagangan. Analisis kromato grain eugenol A menunjukkan jumlah puncak yang lebih banyak daripada eugenol B, hampir sama dengan eugenol C, D, G, dan lebih sedikit dari eugenol E dan F. Sedangkan jumlah puncak eugenol B lebih sedikit daripada sediaan eugenol C, D, E, F, dan G. PAR eugenol A dan B lebih tinggi dibandingkan dengan PAR eugenol pada minyaknya. Sedangkan PAR eugenol A, B, G hampir sama, dan lebih tinggi dibandingkan dengan PAR eugenol C, D, E, dan F.

Clove (Eugenia aromatica O.K) is one of the plant that belongs to the family Myrtaceae, spreads over Indonesia, Malaysia, Madagaskar island, and Tanzania. The leaf containes volatile oil used as basic substance for isolation of eugenol and synthesis of vanilin. Application of eugenol in pharmacy is for tooth analgesic, its mixture with zinc oxyde is used to make coral tartar disappear. It is also used as corrigentia odoris of soap, parfume and food preservative. Purpose of this research is to compare eugenol A (from volatile oil A) and eugenol B (from volatile oil B) with eugenol C, D, E. F, and G from the market using gas chromatography with FFAP coloumn. Volatile oil A was produced by destillation of clove's fallen leaf, and volatile oil B was collected from the market (Bengkulu). The result showed that volatile oil A produced by destilation contained 3,06% v/w, isolation of eugenol A from volatile oil A contained 73,85% v/v, and eugenol B from volatile oil B contained 63,30% v/v. The result of specific gravity test indicated that all of the samples are still below standart, refractive index test showed that only volatile oil A and B, eugenol C, D, E, and F are qualify, and solubility in alcohol 70 % test showed that volatile oil B and eugenol G are not qualify. Analysis of chromatogram eugenol A showed large number of total peak than eugenol B, almost same to eugenol C, D, G, less than eugenol E and F. Total of peak eugenol B are less than eugcnol C, D, E, F, and G. PAR eugenol A and B are higher- than their PAR in their oil. PAR eugenol A, B, G almost same, and higher than PAR eugenol C, D, E, and F."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Ramadiyanti
"Pragelatinisasi pati singkong suksinat (PPSS) merupakan hasil modifikasi pati secara fisika dan kimia yang dibuat dengan mereaksikan pragelatinisasi pati singkong (PPS) dengan anhidrida suksinat. Tujuan penelitian ini adalah mencari pH optimum pembuatan PPSS yang dilakukan pada variasi pH 6-9 dan pH 10-12. Pada pH 6-9 terjadi reaksi substitusi antara gugus hidroksil pati dengan anhidrida suksinat, sedangkan pada pH 10-12 terjadi reaksi cross-linking antara gugus hidroksil pati dengan anhidrida suksinat sehingga diperoleh karakteristik yang lebih baik dari pregel pati singkong suksinat (PPSS) sebagai bahan eksipien dalam sediaan farmasi. Karakterisasi yang dilakukan adalah karakterisasi kimia, fisika dan fungsional. Perbandingan karakteristik dilakukan terhadap PPS, PPSS pH 8 dan PPSS pH 10. Berdasarkan sifat fungsional, baik PPSS pH 8 dan PPSS pH 10 memiliki indeks kompresibilitas, sudut istirahat, kekuatan mengembang, kekuatan gel lebih baik daripada PPS. Penelitian ini memperlihatkan bahwa PPSS pH 8 maupun pH 10 dapat digunakan sebagai eksipien dalam sediaan farmasi.

Pregelatinized cassava starch succinate (PCSS) is a modified of starch physically and chemically which made by reacting pregelatinized cassava starch (PCS) and succinic anhydride. The aim of this research is to find the optimum pH of making PCSS using variation of pH 6-9 and pH 10-12. On pH 6-9 there was a substitution reaction between starch hydroxyl groups with succinic anhydride, and on pH 10-12 was a cross-linking reaction between starch hydroxyl groups with succinic anhydride so a better characteristic of PCSS was gained as an excipient pharmaceutical dosage form. Chemical, physical and functionally characterizations of PCS, PCSS pH 8 and PCSS pH 10 had been done. Based on the functional characteristic, either PCSS pH 8 or PCSS pH 10 have a better compressibility index, angle repose, swelling and gelling strength compared to PCS. This research showed that PCSS pH 8 and PCSS pH 10 can be used as excipient in the pharmaceutical dosage form."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2008
S33035
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ifthah Nur Sya`baniah
"ABSTRAK
Kitosan merupakan polimer alam yang bersifat kationik. Sifat kationik tersebut membuat kitosan dapat berinteraksi dengan senyawa anionik membentuk ikatan taut silang. Dalam penelitian ini, natrium tripolifosfat digunakan sebagai agen penaut silang. Tujuan penelitian ini adalah membuat dan mengkarakterisasi kitosan-tripolifosfat sebagai eksipien dalam sediaan farmasi. Larutan kitosan 3% dan larutan natrium tripolifosfat 0,145% dicampur dengan perbandingan 5:1. Eksipien hasil taut-silang dikarakterisasi secara fisik, kimia dan fungsional, meliputi bentuk dan morfologi, distribusi ukuran partikel, susut pengeringan, pola diffraksi sinar-X, sifat termal, higroskopisitas, derajat keasaman (pH), sisa pemijaran, derajat substitusi, analisis gugus fungsi, viskositas dan rheologi, kompresibilitas, laju alir dan sudut reposa, kekuatan gel, uji sineresis, indeks mengembang, sifat elongasi, tensile strength, dan Young?s modulus. Hasil karakterisasi kitosan-tripolifosfat menunjukkan adanya peningkatan fungsionalitas kitosan sehingga kitosan-tripolifosfat dapat dijadikan sebagai eksipien dalam sediaan farmasi.

ABSTRACT
Chitosan is a cationic natural polymer. Cationic nature makes chitosan can interact with anionic compounds to form crosslink bond. In this study, sodium tripolyphosphate used as crosslink agent. This study aims to create and characterize chitosan-tripolyphosphate as a pharmaceutical excipient. 3% chitosan solution and 0,145% sodium tripolyphosphate mixed with ratio of 5:1. Excipient results were characterized physically, chemically and functionally, including the shape and morphology, particle size distribution, moisture content, X-ray diffraction patterns, thermal properties, hygroscopicity, the degree of acidity (pH), total ash, the degree of substitution, functional group analysis, flow rate and angle of repose, compressibility, viscosity and rheological, swelling index, gel strength, syneresis test, elongation properties, tensile strength and Young?s modulus. Characterization of chitosan-tripolyphosphate results showed an increase in functionality so that the chitosan-tripolyphosphate can be used as excipient in pharmaceutical dosage forms. "
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S938
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Titi Harum Sari Jufrizal
"Pembudidayaan umbi ganyong dilakukan sebagai salah satu upaya dalam mengurangi bahan baku impor pati yang banyak digunakan sebagai eksipien sediaan farmasi. Pati dari umbi ganyong ini perlu dimodifikasi lebih lanjut agar pemanfaatannya dalam bidang farmasi menjadi lebih luas. Salah satu modifikasi yang dapat dilakukan adalah dengan metode pencampuran. Pada penelitian ini, telah dilakukan pencampuran pati ganyong menggunakan larutan asam stearat 4% dan 9% dalam etanol 96% dengan suhu 50ºC selama 24 jam. Selanjutnya, pati ganyong tercampur stearat diuji karakteristik fisika seperti densitas bulk, higroskopisitas; kimia seperti derajat substitusi, IR dan fungsional seperti indeks kompresibilitas, kekuatan gel.
Hasil yang didapat memperlihatkan indeks kompresibilitas PGTS 4% masih dalam rentang persyaratan yaitu 19,94% dan derajat substitusinya 0,0273, lebih rendah dari PGTS 9% (0,0324). Akibat dari pencampuran tersebut terjadi perubahan seperti higroskopisitas berkurang dan kompresibilitasnya meningkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pati ganyong tercampur stearat dapat diaplikasikan sebagai eksipien sediaan farmasi.
Plantation of Queensland arrowroot (Canna edulis Kerr.) has being done as one of the effort to reduce starch raw material import, which always use as the pharmacy excipient . Starch from the tuber of Queensland arrowroot is need to modificated, so the use in pharmacy can be much more. One of the modification which can be done is compounding method. A study about compounding arrowroot starch with 4% and 9% stearic acid solution in 96% ethanol on temperature 50ºC during 24 hours have been done and resulting a modified strach called stearic arrowroot starch (SAS). The stearic arrowroot starch was characterized physically e.g. bulk density, higroscopicity; chemically e.g. degree of substitution, IR and functionally e.g. compressibility, gel strength.
The result shows that compressibility of SAS 4%, is 19.94% and the degree of substitution is 0.0273, lower than SAS 9% (0.0324). The compounding make some different, and the characterization of starch become better, e.g. decrease the hygroscopicity, made the compressibility in stearic arrowroot starch become increasing. The research shows that the SAS can be application as the pharmacy excipient.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S32989
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Dewati
"Pati ganyong berasal dari rimpang tanaman ganyong ( Canna edulis. Ker.) yang dapat digunakan sebagai eksipien dalam sediaan farmasi. Namun, pati ganyong masih memiliki sifat yang kurang menguntungkan. Pada penelitian ini telah dilakukan pencampuran pati ganyong dengan asam oleat untuk mendapatkan eksipien dengan karakteristik pati ganyong yang lebih baik. Proses pencampuran diawali dengan melarutkan asam oleat 4% dan 9% dalam etanol 96% kemudian dicampur dengan pati ganyong. Hasil pencampuran dimasukkan dalam oven dengan suhu 50°C selama 6 jam, menghasilkan pati yang disebut pati ganyong oleat (PGO). Selanjutnya pati ganyong yang dicampur asam oleat diuji karakteristik fisika (densitas bulk, higroskopisitas), karakteristik kimia (derajat substitusi), karakteristik fungsional (viskositas dan kekuatan gel).
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan viskositas dan higroskopisitas namun terjadi penurunan kekuatan gel. PGO 9% memiliki derajat substitusi yang lebih baik dari PGO 4%. Hasil penelitian menunjukkan pati ganyong yang dicampur asam oleat dapat digunakan sebagai eksipien dalam sediaan farmasi seperti untuk pengental dan disintegran.
Queensland arrowroot starch is obtained from Queensland arrowroot rhizomes, it could be used as a pharmaceutical excipient. However, Queensland arrowroot starch as an excipient still has unbeneficial properties. The study about Queensland arrowroot mixing with oleic acid had been done to reach better characteristic of this excipient. This proccess was started from oleic acid 4% and 9% dissolved in ethanol 96% then mixed with Queensland arrowroot and heated at the temperature of 50°C dur ing 6 hours, resulting a modified starch called oleic arrowroot starch (OAS). The oleic arrowroot starch were characterized physically (bulk density, hygroscophicity), chemically (degree of substitution) and functionally (compressibility, gel strength).
The results showed that the viscocity and hygroscopicity were increased but the gel strength was decreased. OAS 4% and OAS 9% have better degree of substitution than SO 4% .The study showed that OAS can be applied as the pharmacy excipient such as thickening agent and desintregrant.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
14-21-022035342
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Swarday, Harry Mollan
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2005
S32526
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dito Pramono
"Buah alpukat (Persea gratissima Gaertn) merupakan buah yang biasa dikonsumsi di Indonesia. Namun pemanfaatannya masih terbatas pada daging buahnya. Oleh karena itu dilakukan penelitian terhadap amilum dari biji alpukat sehingga dapat digunakan sebagai bahan pembantu dalam sediaan farmasi. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu pembuatan amilum dari biji alpukat dan karakterisasi amilum yang meliputi karakterisasi fisik, kimia dan fungsional. Karakteristik amilum biji alpukat dibandingkan dengan karakteristik amilum yang tercantum dalam The Handbook of Pharmaceutical Excipients.
Hasil penelitian untuk karakteristik fisik menunjukkan bahwa amilum biji alpukat memiliki susut pengeringan 10,72 ± 0,16%; dan sisa pemijaran 0,16 ± 0,02%. Sedangkan untuk karakteristik kimia menunjukkan bahwa amilum biji alpukat mengandung 27,28 ± 0,47% amilosa; 6,1 ± 0,44% lemak; 0,21 ± 0,03% serat kasar; pH 4,19 ± 0,02; kadar SO2 kurang dari 0,008%; dan tidak mengandung zat pengoksidasi.
Hasil penelitian untuk karakteristik fungsional menunjukkan bahwa amilum biji alpukat tergelatinasi pada suhu 79,5oC, sedangkan viskositas maksimum amilum biji alpukat tidak dapat ditentukan. Karakteristik amilum biji alpukat memenuhi persyaratan yang tercantum di dalam The Handbook of Pharmaceutical Excipients.
Avocado (Persea gratissima Gaertn) is a fruit that usually consumed in Indonesia. But the function still limited only daily consumption. Therefore, starch from avocado seed was analyzed as excipients in pharmaceutical forms. This research was divided in two stages, starch production from avocado seed and starch characterization including physical, chemical, and functional characterization. Avocado seed starch characteristics were compared to starch characteristics in The Handbook of Pharmaceutical Excipients.
The result of physical characteristic showed that avocado seed starch has 10.72 ± 0.16 % loss on drying and 0.16 ± 0.02 % residue on ignition. Meanwhile for the chemical characteristic showed that avocado seed starch contains 27.28 ± 0.47 % amilose; 6.1 ± 0.44 % lipid; 0.21 ± 0.03 % crude fiber; pH 4.19 ± 0.02; sulphur dioxide percentage less than 0.008 %; and not contain oxidizing substances.
The result for functional characteristic showed that avocado seed starch were gelatinized at temperature 79.5oC, meanwhile the maximum viscosity cannot be difined. The characteristics of avocado seed starch can fulfill the requirements in The Handbook of Pharmaceutical Excipients.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32891
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>