Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144959 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
JIP 41 (2013) (1)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Pricillia Azhani
"Pelaksanaan pengembangan ekowisata mangrove tidak sesuai dengan konsep ekowisata yaitu konservasi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Rumusan masalah penelitian ini adalah belum adanya pelaksanaan pengembangan ekowisata karena pengelolaan Hutan Mangrove Wonorejo (HMW) yang belum maksimal terutama akibat dari pemahaman pengelola Ekowisata Mangrove Wonorejo (EMW) yang belum diaplikasikan dalam pengelolaan ekowisata untuk pemberdayaan masyarakat.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis vegetasi mangrove di HMW, menganalisis pemahaman pengelola EMW, menganalisis pemberdayaan masyarakat, dan menganalisis pelaksanaan pengembangan ekowisata di EWM. Hasil penelitian menunjukan kategori pohon INP tertinggi pada jenis Avicennia marina (251,22%), hal ini menunjukkan bahwa Avicennia marina adalah jenis mangrove yang paling dominan. Pemahaman pengelola EMW mengenai pengelolaan mangrove (96%), konsep ekowisata (86,67%), dan pelaksanaan ekowisata (83,33%). Masyarakat belum memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan melaksanakan keputusan untuk mencapai tujuan kesejahteraan masyarakat, dan evaluasi pelaksanaan pengembangan ekowisata di EMW dilakukan melalui prinsip-prinsip ekowisata hanya tercapai satu indikator (11,11%) dan delapan indikator tidak tercapai.

Implementation of mangrove ecotourism development which is not suitable with ecotourism concept namely conservation and improvement of people's well-being. The research problems is the lack management of Mangrove forest Wonorejo it caused by manager?s understanding Mangrove Wonorejo Ecotourism (EMW) which has not been applied in the management of the EMW activities for community development.
The purpose of this study is to analyze mangrove vegetation in Wonorejo mangrove forest, to analyze understanding EMW manager, analyze community empowerment, and analyze the implementation of ecotourism development in EWM. The results showed the highest IVI species in tree category is Avicennia marina (251.22%), indicating that Avicennia marina is the most dominant mangrove species. EMW managers understanding about mangrove management (96%), the concept of ecotourism (86.67%), and the implementation of eco-tourism (83.33%). People did not have the ability to make decisions and applied that decisions to achieve the goal of public well-being and evaluation of the ecotourism implementation development using the principles of ecotourism only 1 indicators (11.11%) were achieved, while 8 other indicators have not been achieved.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Kamakaula, Yohanes
"Salah satu kekayaan sumberdaya hayati Indonesia adalah hutan mangrove. Provinsi Papua memiliki 77,1% dari seluruh luasan hutan mangove di Indonesia. Kota Sorong dan Kabupaten Sorong adalah dua wilayah yang terdapat di provinsi tersebut, yang memiliki hutan mangrove seluas 10.354 km2. Kawasan hutan mangrove di wilayah ini semula dimanfaatkan oleh masyarakat setempat secara subsistem. Selaras dengan perkembangan penduduk dan pembangunan serta perubahan corak ekonomi masyarakat, maka kawasan ini mendapat tekanan yang cenderung semakin meningkat, dengan meningkatnya permintaan terhadap hasil-hasil kawasan hutan mangrove baik berupa kayu maupun non kayu. Namun pengambilan hasil hutan mangrove tersebut menunjukkan tendensi lebih cepat daripada kemampuan regenerasinya. Kondisi ini dalam j angka waktu tertentu, akan menimbulkan dampak negatif yang semakin meluas bagi kawasan ekosistem hutan mangrove setempat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi masyarakat setempat dengan- kawasan hutan mangrove, ketergantungan ekonomi masyarakat setempat dan faktor sosial ekonomi masyarakat sebagai pemicu terhadap pemanfaatan kawasan hutan mangrove. Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai informasi ilmiah dan sebagai bahan pertimbangan pemerintah daerah dalam membuat kebijakan perencanaan pengelolaan lingkungan.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara dengan responder sebanyak 60 KK. Penelitian dilaksanakan sejak bulan September-Desember 2003 di Kelurahan Remu Selatan, Kota Sorong dan tiga kampung di Kabupaten Sorong yakni; Kampung Konda, Wersar dan Seyolo. Analisis data yang digunakan adalah tabulasi, uji Chi Square dan koefisien kontingensi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi masyarakat tentang kawasan hutan mangrove 43,33 % menyatakan agak rusak dimana kerusakan tersebut 65,% disebabkan oleh manusia. Hasil tangkapan masyarakat terutama ikan dan kepiting mengalami penurunan. Masyarakat setempat/lokal masih menghormati lingkungan alam karena kehidupannya tergantung pada alam sekitarnya/kawasan hutan mangrove. Interaksi masyarakat lokal dengan kawasan hutan mangrove 50,% tergolong dalam kategori sedang. Faktor sosial ekonomi seperti jumlah tenaga kerja keluarga, pendapatan keluarga, pendidikan formal, dan pasar memiliki nilai hitung lebih tinggi daripada nilai tabel X2. Sedang fait-tor jumlah anggota keluarga dan keari.fan tradisional nilai hitungnya lebih rendah daripada nilai tabel X2.
Kesimpulan hasil penelitian adalah; (1) Interaksi masyarakat di Kota Sorong dan Kabupaten Sorong terhadap kawasan hutan mangrove tergolong sedang; (2) Perekonomian masyarakat lokal masih tergantung pada kawasan hutan mangrove yang ada di sekitar tempat tinggalnya; (3) Ketergantungan perekonomian masyarakat lokal yang hidup di sekitar kawasan hutan mangrove terbagi menjadi tiga yakni; (a) ketergantungan terbatas (Kota Sorong); (b) ketergantungan penuh (Kabupaten Sorong); dan (c) tidak mempunyai ketergantungan (Kepulauan Raja Ampat) dan (4) Jumlah tenaga kerja keluarga, pendapatan keluarga, pendidikan formal, dan pasar memiliki dependensi terhadap interaksi masyarakat dengan hutan mangrove. Sedang jumlah anggota keluarga dan kearifan tradisional tidak memiliki dependensi terhadap Interaksi masyarakat dengan kawasan hutan mangrove.

Interaction of People with Mangrove Forest Areas (Case Study in Sorong Town and Sorong Regency of Papua Province)One of the richness of Indonesia's biological resources are the mangrove forests. Papua Province has 77.1% of all mangrove forest in Indonesia. Sorong Town and Sorong Regency are two areas existing in the said province, having mangrove forests as large as 10,354 km2. Mangrove forests in this area initially were used by the local people for their subsistence. In line with the progress of population and development as well as changes on the economic pattern of the people, this area is incurred with pressure and then tend to increase caused , by the increased on demands for the mangrove forest products such as wood or non-wooden products. Nevertheless the taking of the said mangrove forest products showed a faster tendency beyond the regenerating capability of mangrove. This condition at certain periods of time, will result in the widening the negative impacts to the local mangrove forest ecosystem.
This research aims at a study of the interaction of the local people with the mangrove the forest area. Studied the economic dependency of the local people on the mangrove forests and the social economic factors of the people, as triggerred by the use of mangrove forest areas. The benefits expected from this research is scientific information and as the substance of consideration for the local government in making policies for regional planning and environmental management.
This research is descriptive and uses the case study approach. The data collecting techniques used questionnaires and interviews to 60 KK (head a families).respondents. This research was carried are since the month of September to December 2003 at kelurahan/sub-district of Remu Selatan, the town of Sorong and three villages in the Sorong Regency being: Konda, Wersar and Seyolo. The data analysis studied used tabulations, Chi- square test and contingency coeficient.
The research results show that 44.33 percent of the respondents had perception on mangrove forests, being sufficiently damaged; where of 65.00 percent the said damage was said to be the result of human being using carelessly of the surroundings. The results of people's catch ( especially fish and prawns) is decrease. The local people still respect the natural environment because their lives depend on the natural surrounding mangrove forest area. The interaction of the local people with the mangrove forest area 50.00 percent is categories on medium. The social economic factor such as the number of family workforce, family income, formal education and market, have been calculated valued as higher than the value of table X2. As for the factor on the number of the family members and traditional wisdom, this study calculated the value give by the respondent is lower than the value in the table X2.
The conclusions as a result of the study are; (1) Interaction of the people in town of Sorong and Sorong Regency towards the mangrove forest has to be categorized as medium; (2) Economic the local people depend on the mangrove forest area existing around their homes; (3) The economic dependency of the local people living around the mangrove forests is divided into three categories being; (a) limited dependency (town of Sorong); (b) full dependency (Sorong Regency); and (c) not at all dependent (Raja Ampat/Four Kings Islands); (4) The number of a family workforce, family income, formal education and market influence the interaction of people with their mangrove forests. As for the number of family members and traditional wisdom there seems to be no influence on the interaction of people with mangrove forest areas.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11927
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prudensius, Maring
"Bentuk-bentuk praktik pemanfaatan lahan kawasan hutan yang dilakukan oleh masyarakat Sumber Agung merupakan keputusan yang dilakukan di tengah pangaruh berbagai faktor yang melingkupinya. Masyarakat Sumber Agung tinggal di pinggir kawasan hutan dan memanfaatkan lahan kawasan hutan. Praktik pemanfaatan lahan hutan yang dilakukan meliputi kegiatan berladang, tumpangsari, kebun monokultur dan kebun campuran. Dalam kenyataan, bentuk-bentuk praktik pemanfaatan lahan kawasan hutan tersebut telah menimbulkan kerusakan hutan karena banyak aspek yang telah memberikan pengaruh terhadap pilihan bentuk-bentuk praktik pemanfaatan lahan kawasan hutan tersebut.
Kajian ini menjelaskan hubungan interaktif antara bentuk-bentuk praktek pemanfaatan lahan kawasan hutan yang dilakukan oleh masyarakat lokal dengan kebutuhan ekonomi rumah tangga, pasar, pengetahuan lokal dan penerapan kebijakan pembangunan. Bentuk-bentuk praktik pemanfaatan lahan kawasan hutan merupakan keputusan yang dilakukan di tengah situasi dan kondisi sosial yang melingkupinya. Untuk menjelaskan proses pengambilan keputusan yang dilakukan dan mengungkap pertimbangan yang mendasarinya maka kajian ini mengacu kepaga kerangka teori pengambilan keputusan. Penelitian lapangan dilakukan sejak bulan Oktober 1998 - Oktober 1999. Penelitian dilakukan di kampung Sumber Agung, sebuah kampung berbatasan dengan kawasan hutan yang dihuni masyarakat yang sumber penghidupannya berasal dari pemanfaatan sumberdaya dan kawasan hutan gunung Betung.
Kajian ini mengungkapkan bahwa bentuk-bentuk praktik pemanfaatan lahan hutan yang dilakukan oleh masyarakat Sumber Agung merupakan keputusan dalam menghadapi berbagai faktor yang saling berkaitan terutama upaya pemenuhan kebutuhan ekonomi rumah tangga, ketersediaan pasar dan kepastian harga, pengalaman dan pengetahuan masyarakat lokal dan penerapan kebijakan pembangunan. Pada setiap praktik pemanfaatan lahan hutan yang dilakukan, pemenuhan kebutuhan ekonomi rumah tangga selalu menjadi pertimbangan masyarakat. Hal ini tercermin dari berbagai pilihan tanaman pada semua bentuk praktik pemanfaatan lahan yang selalu dipertimbangan untuk dapat memenuhi kebutuban pangan dan uang tunai dalam jangka pendek dan sebagai investasi jangka panjang. Pertimbangan ekonomi dalam pilihan tanaman tahunan selalu diintegrasikan dengan ketersediaan pasar dan harga jual. Pengetahuan teknis budidaya tanaman dan kemampuan memahami kesesuaian agroklimat dengan pilihan tanaman selalu dikembangkan dalam proses belajar dari pengalaman di lingkungan sekitarnya. Tidak konsistennya penerapan kebijakan pembangunan, di satu sisi telah memberikan peluang kepada masyarakat untuk mengembangkan praktik pemanfaatan lahan hutan. Tetapi di sisi lain telah menimbulkan suasana yang tidak nyaman bagi masyarakat dan telah mengabaikan kemampuan dan pengalaman masyarakat dalam pengelolaan lahan kawasan hutan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T4694
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azmi Al Bahij
"Kawasan Segara Anakan merupakan habitat mangrove yang masih lengkap berdasarkan formasi vegetasinya. Keberadaan mangrove mempunyai manfaat bagi masyarakat pesisir. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai Januari 2011. Penelitian ini untuk melihat perubahan secara kuantitatif dan spasial, prediksi trend perubahan luasan hutan mangrove, dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove di Kawasan Segara Anakan, Kelurahan Kotawaru, Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu analisis Overlay dan diskriptif kuantitatif dengan pendekatan survei. Analisis statistik yang digunakan adalah Regresi Linear Sederhana dan Berganda.
Hasil penelitian menunjukkan terjadi penyusutan luasan hutan mangrove, tahun 1991 (5.900 ha), tahun 2001 (5.200 ha), tahun 2005 (3.900 ha), dan tahun 2010 (3.600 ha). Berdasarkan persamaan linear sederhana, di prediksi luasan hutan di Kawasan Segara Anakan akan menjadi 0 ha pada tahun 2033. Berdasarkan persamaan linear berganda menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara pendidikan, pendapatan, dan pengetahuan masyarakat terhadap partisipasi dalam pelestarian hutan mangrove di Kelurahan Kotawaru, Cilacap, Jawa Tengah.

Segara Anakan Region is the habitat of mangrove which is still complete based on vegetation formation. The existence of mangrove has some advantages for the coastal inhabitants. The research has been accomplished in December 2010 - January 2011. The objectives of the research are to find out the quantitative and spatial changes, and the prediction in the change of mangrove area, and is to see the community's participation in conserving the mangrove in Segara Anakan Region, Kotawaru, Cilacap, Central Java, Indonesia. The method used in the research are analysis of overlay, descriptive with Surveys approach. The statistic analysis used is Simple and Multiple Regression Linear.
The research indicated that the mangrove area has decreased, in year 1991 (5.900 ha), 2001 (5.200 ha), 2005 (3.900 ha), and 2010 (3.600 ha). Based on the Simple Linear Equation, the mangrove will be predicted to become 0 ha in 2033. Based on the statistic analyses indicates that there is a positive relation between education, income, community?s knowledge to the community?s participation in conserving mangrove in Kotawaru, Cilacap, Central Java, Indonesia.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T30423
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Sumekar
"Hutan mangrove didefinisikan sebagai tipe hutan dengan kekhasannya, pada umumnya tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai dan hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis dan/atau subtropis. Lingkungan tempat tumbuh vegetasi mangrove dipengaruhi oleh pasang surut air laut, salinitas, topografi dan sifat fisika kimia tanah.
Pada tahun 80 an kawasan mangrove di Kabupaten Bangkalan mengalami alihfungsi yang berlebihan. Kegiatan alih fungsi tersebut pada akhirnya mengakibatkan dampak yang cukup serius terhadap siklus kehidupan laut dan berpengaruh pula pada ekosistem darat. Dampak yang sangat terasa adalah terjadinya abrasi, hilangnya beberapa jenis biota pantai dan adanya intrusi air laut serta berkurangnya penghasilan nelayan tradisional.
Untuk menanggulangi kerusakan dan punahnya kawasan mangrove di Kato. Bangkalan, khususnya di pantai Desa Tengket dan Kool, maka Pemerintah Daerah telah melakukan program reboisasi dan rehabilitasi. Pelaksanaan penghijauan yang di mulai sejak tahun 1987, dan dalam kurun waktu 10 tahun keberhasilan di Desa Tengket cukup tinggi, artinya vegetasi jenis R.mucronata dan A.marina dapat tumbuh dengan subur. Sebaliknya di Desa Kool untuk jenis R.mucronata tumbuh kerdil, sedangkan A.marina tidak tumbuh.
Perbedaan keberhasilan ini di duga disebabkan oleh perbedaan kualitas substrat pendukung pertumbuhan vegetasi di kedua desa tersebut. Jika dugaan ini benar, maka hal ini merupakan masalah penelitian yang menarik untuk di teliti.
Dengan mengacu pada hasil penelitian Hardjowigeno (1989) dan Aksornkoae (1993), yang disebut dengan substrat pendukung adalah (1) Kualitas sifat fisik kimia tanah, tekstur dan warna tanah, kandungan C organik tanah dan mineral-mineral lain yang diperlukan untuk pertumbuhan (N, Ca, P, K, Mg dan S); (2) Salinitas dan pH tanah; (3) Lama penggenangan yang dipengaruhi pasang surut air laut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetasi mangrove dengan sistem zonasi yang ada. Untuk selanjutnya penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi penentu kebijakan pada instansi terkait dalam pengambilan keputusan untuk kelancaran dan keberhasilan program penghijauan kawasan hutan mangrove, dengan menekan kegagalan serendah mungkin.
Di kawasan penelitian Desa Tengket diperoteh hasil bahwa: tekstur tanahnya halus dengan warna tanah abu-abu kehitaman. Kandungan bahan C organik, Nitrogen dan bahan mineral Ca, K, P, Mg, dan S yang dibutuhkan vegetasi untuk pertumbuhan tergolong pada kategori sedang sampai tinggi (3 - 5%), sehingga mendukung pertumbuhan kedua jenis vegetasi yang ada.
Salinitas tanah di bawah tegakan R.mucronata dan A.marina adalah 2,1 %o pada saat pasang surut dengan pH 5,1, dan 9,2%o pada saat pasang naik, pHnya mencapai 6,1. Salinitas dan pH yang ada, mendukung pertumbuhan kedua jenis vegetasi tersebut di atas.
Sebaliknya kondisi kawasan penelitian Desa Kool dari hasil uji laboratorium menghasilkan bahwa: tekstur tanahnya adalah kasar dengan kandungan kalsium cukup tinggi, dan warna tanahnya adalah cokiat kemerahan. Kandungan bahan C organik, Nitrogen kurang dari 1%, dan bahan mineral K, P, Mg, dan S berkisar antara rendah sampai sangat rendah (0,2 - <0,1%). Salinitasnya mencapai 1- 1,1%o pada saat pasang surut, dan 7,2 °Ion pada saat pasang naik. Pada kawasan ini, baik tekstur, sifat fisik kimia tanah, salinitas dan pH tidak mendukung pertumbuhan vegetasi R.mucronata dan A.marina.
Topografi tanah juga berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetasi mangrove. Pada pantai Desa Kool yang mempunyai kemiringan sejajar permukaan taut terjadi kecenderungan pada saat pasang naik, airnya dapat jauh mencapai daratan, dengan kecepatan surutnya cukup tinggi. Kondisi tersebut menyebabkan lama penggenangan atau frekuensi genangannya juga berlangsung cepat. Kemiringan pantai Desa Tengket berkisar ? 1°, sehingga proses penggenangan air laut pada saat pasang naik terjadi cukup lama.
Dengan kondisi substrat pendukung yang telah disebutkan di atas, maka kerapatan vegetasi yang tumbuh di kawasan pantai Desa Tengket mencapai 3228 tegakanJha. Sebaliknye vegetasi yang tumbuh di kawasan penelitian Desa Kool berkisar 911 tegakan/ha.
E. Daftar Kepustakaan : 45 ( 1928 - 1999).

Influence of the Substrate Support to the Mangrove Vegetation Growth (A Case Study : Coastal Forest in Tengket and Kool Villages, Bangkalan District, Madura- East Java)Forest of the mangrove categorized as a typical forest with its uniqueness, generally grows at the coastal or at the estuary, and only able to grow in the tropical and or sub-tropical climate area. The place of the mangrove forest vegetation influenced by tidal, salinity, topography and physical and chemical properties of the soil it self.
As it could be found at other places in Indonesia, mangrove area in Bangkalan district has been extreemly changed. At last, that activity leads to a serious impact to the ecosystem of marinaI and terrestrial. Abrasion, loss of several coastal biotic species, seawater intrusion and finally revenue decrease of the traditional fishermen are impact of the mangrove deforesting area.
To avoid deterioration loss of that mangrove area, Regional Government organize Reboisation programme and Rehabilitation of the mangrove area surrounding northern coastal of Tengket and Kool villages. Rehabilitation programme has been performed for 10 years, starting in 1987, resulting difference yield from that two above villages.
Vegetations of R mucronafa and A marina grows well in Tengket village, while in Kool village, vegetation of R mucronata grows bad even A marina can not be grew at all.
This difference might be caused by the quality different of the substrate support of the vegetation on that two villages. Should this suggestion correct, it would be interesting resesarch to be realized.
Rfer to the result of Hardjowigeno (1989) and Aksornkoeae (1993) research the meaning of the supporting substrate is (1) Quality of the soil, chemicaly and phisically, textures and the colour, C organic content, and other minerals required for vegetation, i,e, N, Ca, P, K, Mg and S; (2) Salinity and pH of the soil; (3) Duration time of inundation caused by tidal.
The purpose of this research is to find such factors influencing the growth of mangrove vegetation with existing zonation. Furthermore this research result can be used as an input to the policy maker in the related institution to take a decision for the successfull of the reboisation programme of mangrove forest area by minimizing failness.
Research are of Tengket village resulting that its soil textures was smooth ,colouring greys to blackish. C Organic contents, Nitrogen and other ninerals such as Ca, K, P, Mg and S required for vegetation categorized as enough up to high (3 - 5%), so supporting both vegetation.
Soil salinity and its pH influence vegetation grow living on top off it. Rhizophora mucronata grows well at salinity between 2,1%o at pH 6,1 while salinity soil for Avicennia marina higher than 9,2 %o at pH 6,5 (inundation) and 5,5 (dry). Rhizophora mucronata grows well at high salinity, while Avicennia marina grows at fluctuated salinity.
But research are of Kool village resulting that its soil textures was sandy with high calsium content, soil colouring is brown to radish. C Organic contents, Nitrogen for less than 1% and other ninerals such as K, P, Mg and S required for vegetation categorized as between low up to very low (0,2 - < 0,1%). Soil salinity in Kool village 1-1,1%o and pH 7,6 (dry condition) and salinity reach 7,2%o and pH 8,8 if inundation take place. Support substrate in Kool village not support R.mucronata and A.marlna to grow well.
Based on the laboratory analysis, conclusion could be taken thar Rhizophora mucronata species used in the reboisation programme at Tengket village coastal are agreewith kind of soils and its textures and other conditionrequired for growing. Hence Rhizophora mucronata vegetation can be grow well, and become 15 - 20 meters high within 10 years. For the Kool village control area, reboisation with Rhizophora mucronata could not grow well, since texture and its kind of soil on that area were corally with thin layer mud. With the same reboisation duration, the vegetation only reach 1 - 1,5 meter high. Due to the kind of soil in Kool village only Rhizophora stylosa vegetation could be grew well.
Based on condition of the supporting substrate as described above, density of the vegetation growth on the shore of Tengket village reaching 3228 vegetation / ha. On the contrary, vegetation growths on the shore of Kool village reach about 911 vegetation/ha.
E. Bibliography: 45 (1928 - 1999)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T8199
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartining Saddewi Budi
"Mangrove forest is coastal vegetation which influenced by sea water and river flow tide. Beside as a habitat for various sea biota and natural food resources for various fish, mangrove forest also has important function to protect coastline ecosystem.
A Two kind of research have been done; first, silvofishery aspect and status and conservation mangrove forest in Muara Gembong Bekasi West Java
The first research for studying variously silvofishery ecology aspect. Result of research shows litter production around 3,0-4,8 ton/ha/year; velocity litter decomposition 55 - 77 %; temperature 30,2 - 30,9 °C; salinity 21,7 - 27,5; brightness 0,48 - 99,5 m; pH 7,9 - 8.1; oxygen 4,5 - 5,4 mgll; BOD 1.9 - 2,9 mg/l; COD 139,1 - 272,6 mgll; Nitrat-N 0,140 - 0.274 mgll: Ortho-P040 0,034 -0.062 mgll. Fitoplankton analysis got result there was 4 family 17 spesies and for zooplankton had 2 family with 6 spesies.
The second research have been done for knowing about the total mangrove plant which grew there and for giving ecology characteristics. The
research shows that in research area had 14 species from 9 family. Vegetation in this area is dominated by Rhizophora, Avicenia, Exoecria, Sonneratia, Bruguiera, Achantus, Acrostichum, Aegiceros, Wedelia, Nypa.
The conclusion of two researches shows mangrove forest in Muara Gembong Bekasi West Java is unique estuarine ecosystem type with mangrove and in this area had a good potential to be developed as brackiswater area through silvofishery. According to potential area and considering need projection, management of mangrove forest area have to be developed with government support. Because we face a problem with brackwiswater farmer who always try to enlarge their brackiswater area through cut down the mangrove plant"
2001
T1114
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>