Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15263 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Dina Fitriana Sholikhah
"Latar Belakang: Sel punca hematopoietik perlu dikultur guna memperbanyak sel untuk kepentingan transplantasi sumsum tulang. Diperlukan medium kultur dengan serum yang berasal dari manusia. Akan tetapi, belum ada penelitian mengenai subtitusi suplementasi medium kultur dengan kombinasi Platelet-rich Plasma (PRP) dan Human Serum Albumin (HSA).
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kombinasi PRP dan HSA sebagai suplementasi medium kultur terhadap proliferasi dan kepuncaan sel punca hematopoietik.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain eksperimental in vitro. Sampel yang digunakan adalah sel CD34+ yang diisolasi dari darah tali pusat. Sel dikultur dengan pengulangan dua kali menggunakan medium komplit serta penambahan suplementasi kontrol berupa serum darah tali pusat dan perlakuan berupa beberapa kombinasi PRP dan HSA. Pemeriksaan FACS dan perhitungan sel dilakukan pada hari ke-0 dan 7, morfologi diamati di hari ke-1, 3, 5, dan 7. Pewarnaan giemsa dilakukan di hari ke-7 untuk melihat perubahan morfologi sel.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan penurunan jumlah sel di hari ke-7 bila dibandingkan dengan jumlah sel pada hari ke-0. Hal ini terjadi pada seluruh kelompok dengan penurunan paling rendah terjadi pada suplementasi PRP 15% + HSA 5%, yaitu sebanyak 15%. Hasil flow cytometry menunjukkan penurunan persentase sel CD34+ pasca kultur 7 hari yang terjadi pada semua kelompok. Penurunan paling rendah terjadi pada suplementasi PRP 15% + HSA 3%, yaitu sebesar 69,5%. Hasil pewarnaan giemsa menunjukkan ditemukannya sel yang terwarna dan memiliki morfologi menyerupai metarubrisit.
Kesimpulan: Pada penelitian ini, kombinasi PRP dan HSA pada kultur sel punca hematopoietic tidak meningkatkan proliferasi dan ekspresi sel CD34+. Suplementasi PRP 15% + HSA 5% pada medium kultur sel menunjukkan efek paling baik terhadap jumlah sel dan ekspresi CD34+ dibandingkan kelompok lain. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme yang mendasarinya.
Background: Hematopoietic stem cells need to be cultured to multiply cells for bone marrow transplantation purposes. A culture medium with human-derived serum is required. However, there has been no study on the substitution of culture medium supplementation with Platelet-rich Plasma (PRP) and Human Serum Albumin (HAS) combination.
Objective: This study aims to observe the effect of PRP and HSA combination as a culture medium supplementation on the proliferation and stemness of hematopoietic stem cells.
Methods: This study uses an in vitro experimental design. The sample used was CD34+ cells isolated from umbilical cord blood. Cells were cultured with two repetitions using complete medium and the addition of control supplementation in the form of cord blood serum and treatment in the form of several combinations of PRP and HSA. FACS examination and cell count were carried out on days 0 and 7, morphology was observed on days 1, 3, 5, and 7. Giemsa staining was done on the 7th day to see the change of cell morphology.
Result: The results showed a decrease in the number of cells on day 7 compared to the number of cells on day 0. This occurred in all groups with the lowest decrease occurring at 15% PRP supplementation + 5% HSA, which was as much as 15%. The flow cytometry results showed a decrease in the percentage of CD34 + cells after 7 days of culture that occurred in all groups. The lowest decrease occurred at 15% PRP supplementation + 3% HSA, which was 69.5%. Giemsa staining results show the discovery of cells that are colored and have a metarubrisite-like morphology.
Conclusion: In this study, the combination of PRP and HSA in hematopoietic stem cell culture does not increase proliferation and expression of CD34+. PRP 15% + HSA 5% supplementation showed the best effect on cell count and CD34+ expression compared to other groups. Hence, further research is needed to find out the underlying mechanism."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fahmi
"Sekretom merupakan medium kultur sel punca (stem cells) yang berisikan molekul-molekul protein yang disekresikan oleh sel. Pengaplikasian sekretrom dalam dunia medis dapat menggantikan terapi sel punca karena jauh lebih aman dan memiliki fungsi penyembuhan yang hampir sama dengan terapi sel punca. Dalam suatu penyembuhan atau terapi menggunakan obat atau bahan aktif, faktor transfer obat menjadi salah satu parameter keberhasilan. Untuk mengoptimalkan transfer obat maka obat atau bahan aktif yang digunakan dapat dienkapsulasi dalam suatu vesikel, salah satunya adalah transfersom. Transfersom merupakan vesikel berbasis lipid yang tersusun atas fosfolipid dan surfaktan sebagai edge activator. Dengan menggunakan transfersom memungkinkan obat atau bahan aktif dihantarkan secara transdermal, tanpa melalui injeksi, operasi, maupun pemasangan implan. Pada penelitian ini, transfersom dibuat untuk enkapsulasi bovine serum albumin sebagai model protein sekretom. Bahan penyusun transfersom yang digunakan dalam penelitian ini adalah dipalmitoylphosphatidylcholine (DPPC) dan Tween 80 dengan perbandingan fosfolipid dengan surfaktan adalah 97,5:2,5 %w/w. Pada penelitian ini partikel transfersom dibentuk dengan melibatkan siklus freeze-thaw untuk mengetahui pengaruhnya terhadap karakteristik transfersom. Perlakuan siklus freeze-thaw tersebut terbukti dapat memengaruhi karakteristik transfersom. Dalam penelitian ini, siklus freeze-thaw dapat meningkatkan efisiensi enkapsulasi hingga 81,63 ± 0,004% dengan ukuran partikel sekitar 180,70 ± 0,87 nm. Selanjutnya, protein yang dilepaskan secara in-vitro selama 78 jam mencapai 52,80%, lebih banyak dibandingkan tanpa perlakuan freeze-thaw. Dengan demikian, perlakuan siklus freeze-thaw dapat digunakan untuk meningkatkan karakteristik partikel transfersom.

The secretome is a stem cell culture medium containing protein molecules that are secreted by the cells. In the medical field, secretome can substitute stem cell therapy because it is safer and almost has the same function as stem cell therapy. In a cure or therapy using drugs or active ingredients, the drug transfer factor is one of the parameters of success. To optimize drug transfer, the drugs or active compounds can be encapsulated into a vesicle, one of which is transfersome. Transfersome is a lipid based vesicle composed of phospholipid and surfactant as an edge activator. By using transfersome, drugs or active compounds can be transferred transdermally without any injection, operation, or implant placement. In this research, transfersome is made for encapsulating bovine serum albumin as a secretome protein model.  The building blocks for transfersomes used in this study were dipalmitoylphosphatidylcholine (DPPC) and Tween 80 with a 97.5:2.5 %w/w ratio of phospholipids to surfactants. In this research, transfersome is fabricated with involving the freeze-thaw cycles method to study its effect to transfersome characteristics. The freeze-thaw cycles that are involved in transfersome fabrication is proved affecting to transfersome characteristics. In this research, freeze-thaw cycles can increase particle encapsulation to 81.63 ± 0.004% with a particle size of 180.70 ± 0.87 nm. Furthermore, the protein released from transfersome particle for 78 hours reached 52.80%, more than without freeze-thaw cycles treatment. Hence, freeze-thaw cycles treatment can be used to improve transfersome particle characteristics."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Alfiansyah
"Dalam tubuh manusia, bahan implan tidak hanya berinteraksi dengan ion anorganik, tetapi juga berinteraksi dengan senyawa organik, terutama protein. Variasi konsentrasi 0 g/L – 0,4 g/L Bovine Serum Albumin (BSA) sebagai protein yang disimulasikan ditambahkan pada larutan Phosphate Buffered Saline (PBS) untuk mengamati perilaku korosi niobium (Nb) melalui pengujian elektrokimia dan karakterisasi permukaan. Berdasarkan analisis kurva polarisasi potensiodinamik, didapatkan nilai potensial korosi yaitu -0,84 V; -0,86 V; -0,87 V; -0,87 V dan rapat arus korosi 4,4 μA cm-2; 2,9 μA cm-2; 1,9 μA cm-2; 1,9 μA cm-2. Nilai potensial dan rapat arus korosi menurun seiring penambahan konsentrasi BSA, menyebabkan laju korosi yang menurun juga. Analisis hasil karakterisasi XRD menunjukkan bahwa fasa oksida dari Nb tidak muncul, karena lapisan oksida yang terbentuk sangat tipis. Pengamatan morfologi permukaan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) juga didapatkan jumlah kerusakan akibat serangan korosi semakin berkurang seiring penambahan konsentrasi BSA.

In the human body, the material of the implant is not only interact with the inorganic ions, but also interact with organic compounds, especially proteins. Variation of the concentration of 0 g/L to 0.4 g/L Bovine Serum Albumin (BSA) as a protein that is simulated is added in a solution of Phosphate Buffered Saline (PBS) to observe the corrosion behavior of niobium (Nb), through testing and electrochemical characterization of the surface. Based on the analysis of the curves of potentiodynamic polarization, obtained the value of the corrosion potential that is -0.84 V; -0.86 V; -0.87 V; -0.87 V and current density of corrosion of 4.4 µA cm-2; a 2.9 µA cm-2; the 1.9 µA cm-2; A 1.9 µA cm-2. The value of the potential and current density of corrosion decreases as the addition of the concentration of BSA, causing the corrosion rate decreased as well. Analysis of the results of XRD characterization shows that the phase of the oxide of Nb does not appear, because the oxide layer formed is very thin. The observation of surface morphology using Scanning Electron Microscope (SEM) also showed the amount of damage due to corrosion attack on the wane as the addition of the concentration of BSA."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beryl Alodia
"ABSTRACT
Penelitian ini menganalisis kemampuan Human Serum Albumin (HSA), Umbilical cord blood (UCB) serum dan Fetal Bovine Serum (FBS) dalam menjaga stabilitas ekspansi ex vivo kultur sel punca hematopoetik (SPH). Sel yang digunakan adalah sel mononuklear dan sel CD34+ dari darah tali pusat yang disimpan beku dalam lingkungan nitrogen. Medium basal kultur yang digunakan adalah RPMI 1640 Biowest dan Stemspan. Jumlah sel hidup dihitung menggunakan metode eksklusi tryphan blue dan fenotipe sel CD34+ dianalisis menggunakan flow cytometry. Pewarnaan Giemsa dilakukan pada sel-sel yang dipanen pada hari ketujuh kultur untuk menganalisis morfologi sel. Besar sampel dalam penelitian ini adalah tiga dan jumlah pengulangan adalah dua kali. Penelitian ini menunjukkan bahwa kultur dengan suplementasi HSA menghasilkan jumlah sel yang lebih rendah namun memiliki persentase CD34+ yang lebih tinggi dibandingkan UCB serum dan FBS. Pewarnaan Giemsa menunjukkan sel-sel darah yang terdiferensiasi paling sedikit ditemukan pada HSA. Hasil tersebut menunjukkan bahwa, medium dengan suplementasi HSA lebih unggul dari UCB serum dan FBS dalam mempertahankan kepuncaan sel punca hematopoetik.

ABSTRACT
This study analyzed the ability of serum Human Serum Albumin (HSA), Umbilical cord blood (UCB) and Fetal Bovine Serum (FBS) to maintain the stability of ex vivo expansion of hematopoietic stem cell (SPH) cultures. The cells used are mononuclear cells and CD34 + cells from cord blood which are frozen in a nitrogen environment. The basal culture medium used was RPMI 1640 Biowest and Stemspan. The number of living cells was calculated using the tryphan blue exclusion method and the CD34 + cell phenotype was analyzed using flow cytometry. Giemsa staining was carried out on cells harvested on the seventh day of culture to analyze cell morphology. The sample size in this study was three and the number of repetitions was twice. This study shows that culture with HSA supplementation results in lower cell counts but has a higher CD34 + percentage compared to serum UCB and FBS. Giemsa staining shows the least differentiated blood cells are found in HSA. These results indicate that, medium with HSA supplementation is superior to serum UCB and FBS in maintaining hematopoietic stem cell stem cells."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Fachri Wijaya
"

Doksorubisin merupakan obat kemoterapi yang efektif. Namun, dalam kerjanya, doksorubisin menghasilkan reactive oxygen species (ROS) yang bersifat hepatotoksik. Moringa oleifera merupakan tumbuhan yang memiliki potensi hepatoproteksi dengan kandungan senyawa fenolik dan flavonoidnya yang merupakan antioksidan dan antiinflamasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek hepatoproteksi ekstrak daun Moringa oleifera (MO) melalui kadar GGT, bilirubin, dan albumin serum. Ketiga parameter ini merupakan biomarker diagnostik dan keparahan kerusakan hati yang dapat dideteksi pada plasma darah. Penelitian ini menggunakan sampel plasma darah tikus tersimpan. Sebanyak 24 ekor tikus Sprague-Dawley jantan dirandomisasi ke dalam 4 kelompok. Kelompok pertama adalah kontrol (Normal) yang diinjeksi NaCl. Ketiga kelompok lainnya diberikan injeksi doksorubisin 4 mg/kgBB/minggu (Dox) atau doksorubisin 4 mg/kgBB/minggu dan MO-200 mg/kgBB/hari (Dox + MO 200) atau doksorubisin 4 mg/kgBB/minggu dan MO-400 mg/kgBB/hari (Dox + MO 400), selama 4 minggu. Pada akhir minggu keempat, tikus dimatikan, lalu darah diambil, disentrifugasi, dan plasma disimpan. Plasma darah tikus tersebut digunakan di penelitian ini untuk dilakukan analisis kadar GGT, bilirubin, dan albumin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok Dox mengalami kerusakan hati yang ditunjukkan oleh peningkatan kadar bilirubin serum secara signifikan. Kadar GGT serum meningkat dan kadar albumin menurun namun tidak signifikan. Kelompok Dox + MO 200 menunjukkan penurunan kadar bilirubin secara bermakna, dan Dox + MO 400 menunjukkan penurunan kadar GGT secara bermakna, sedangkan kadar albumin tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna pada keempat kelompok. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa ekstrak Moringa oleifera dosis 200 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB menunjukkan potensi dalam melindungi hati dari toksisitas doksorubisin.


Doxorubicin is an effective chemotherapy drug but can lead to hepatotoxicity due to the generation of ROS. Moringa oleifera, rich in flavonoid and phenolic compounds with antioxidant and anti-inflammatory properties, is a potential hepatoprotective agent. This study aimed to assess the hepatoprotective effects of Moringa oleifera leaf extract (MO) on doxorubicin through GGT, bilirubin, and albumin levels, which serve as diagnostic biomarkers for liver damage. This study utilized stored rat plasma samples. Twenty-four male Sprague-Dawley rats were randomly assigned to four groups. The first group (normal control) received NaCl injections. The other three groups were administered doxorubicin at 4 mg/kgBW/week (Dox) or doxorubicin at 4 mg/kgBW/week along with MO at 200 mg/kgBW/day (Dox+MO-200) or doxorubicin at 4 mg/kgBW/week along with MO at 400 mg/kgBW/day (Dox+MO-400) for four weeks. At the end of the fourth week, the rats were euthanized, blood was collected, centrifuged, and plasma was stored. The rat plasma samples were used for analyzing GGT, bilirubin, and albumin levels in this study. The results showed that the Dox group exhibited liver damage as indicated by a significant increase in serum bilirubin levels. Serum GGT levels increased, and albumin levels decreased, although not significantly. The Dox+MO-200 group showed a significant decrease in bilirubin levels, and the Dox+MO-400 group showed a significant decrease in GGT levels. No significant differences were observed in albumin levels among groups. From these results, it can be concluded that MO at doses of 200 mg/kgBW and 400 mg/kgBW demonstrated potential in mitigating doxorubicin-induced liver damage.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Rizka Anjani
"Xenoprotein yang terkandung dalam medium ekspansi standar yang digunakan untuk kultur sel punca hematopoietik (SPH) CD34+ berisiko menyebabkan graft-versus-host disease pada pasien penerima cangkok SPH CD34+. Diperlukan suplementasi medium ekspansi xeno-free untuk menurunkan risiko graft-versus-host disease pada pasien penerima cangkok. Suplementasi medium kultur ekspansi menggunakan platelet-rich plasma (PRP) dan human serum albumin (HSA) yang keduanya berasal dari manusia diharapkan dapat menggantikan suplementasi xenoprotein dalam kultur. Platelet-rich plasma diketahui mampu meningkatkan laju proliferasi sel punca, sementara human serum albumin mampu mempertahankan kepuncaan sel punca lebih baik dari fetal bovine serum. Kombinasi PRP dan HSA sebagai suplementasi medium ekspansi diharapkan mampu meningkatkan proliferasi dan mempertahankan kepuncaan SPH CD34+. Pengaruh kombinasi PRP dan HSA, rasio optimal persentase gradien suplementasi PRP dan HSA, serta durasi optimal kultur yang mampu mendukung proliferasi dan mempertahankan sifat kepuncaan SPH CD34+ perlu diketahui. Jumlah sel hidup dihitung menggunakan metode eksklusi trypan blue untuk melihat kemampuan medium uji dalam mendukung proliferasi. Fenotipe SPH CD34+ dianalisis menggunakan flow cytometry untuk mengetahui kemampuan medium uji dalam mempertahankan kepuncaan. Kombinasi suplementasi PRP dan HSA mampu meningkatkan proliferasi dan mempertahankan kepuncaan hingga hari ke-7. Persentase gradien PRP : HSA terbaik merupakan 3 : 2 berdasarkan kemampuannya dalam meningkatkan proliferasi dan mempertahankan sifat kepuncaan SPH CD34+. Kombinasi PRP dan HSA memiliki efek positif terhadap kultur SPH CD34+

Xenoprotein contained in CD34+ hematopoietic stem cell standard culture expansion medium has the risk of causing graft-versus-host disease (GVHD) in recipient of CD34+ HSC graft. Xeno-free supplementation in expansion medium is required to reduce the risk of GVHD in graft recipient. Supplementation of expansion medium using platelet-rich plasma (PRP) and human serum albumin (HSA), both originate from humans, hopefully has the ability to replace xenoprotein supplementation in culture. Platelet-rich plasma is known to increase the rate of stem cell proliferation, while human serum albumin is able to maintain stem cell’s stemness better than fetal bovine serum. The combination of PRP and HSA as expansion medium supplementation is expected to increase proliferation and maintain the stemness of CD34+ HSC. The effect of PRP and HAS combination, the optimal ratio of the percentage gradient of PRP and HSA supplementation, as well as the optimal duration of culture that can support proliferation and maintain CD34+ HSC stemness are to be studied. Live cells were counted using the trypan blue exclusion method to see the ability of the test medium to support proliferation. CD34+ HSC phenotype was analyzed using flow cytometry to determine the ability of test medium to maintain stemness. Combination of PRP and HSA supplementation are able to increase proliferation and maintain peaks until the 7th day. The best PRP : HSA gradient percentage is 3 : 2 based on its ability to increase proliferation and maintain SPH CD34+ stem properties. PRP and HSA combination has positive effects on CD34+ HSC culture."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Romi Akbar
"Latar Belakang: Pasien sakit kritis dengan sepsis biasanya menerima volume cairan yang sangat besar menyebabkan balans cairan positif yang sangat signifikan dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan kardiak output, tekanan darah sistemik, dan perfusi ke ginjal. Kondisi ini juga ternyata berkaitan dengan angka survival yang buruk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah rumatan dini norepinefrin dapat mengurangi pemberian cairan dan mencegah overload pada resusitasi pasien syok septik.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis acak tidak tersamar dengan subjek penelitian adalah pasien dewasa yang masuk di unit perawatan intensif dan instalasi rawat darurat dari Januari- November 2020 yang didiagnosa dengan syok septik. Terdapat dua kelompok perlakuan, kelompok norepinefrin dini dan kelompok resusitasi cairan 30 ml/kgBB. Dilakukan penilaian terhadap rasio albumin kreatinin urin, peningkatan nilai serum kreatinin, rasio PaO2/FiO2, dan tekanan intraabdominal pada saat diagnosa syok septik ditegakkan, 3 jam dan 24 jam setelah perlakuan diberikan. Data diolah dalam menggunakan perangkat SPSS.
Hasil: Berdasarkan analisis didapatkan perbedaan yang bermakna untuk semua variabel penelitian pada kelompok perlakuan resusitasi cairan dibandingkan dengan kelompok norepinefrin. Jumlah pemberian cairan pada kelompok norepinefrin dini rata-rata adalah 2198,63 ml, lebih sedikit dibandingkan pada kelompok resusitasi cairan 30 ml/kgBB dengan rata-rata 3999,30 ml, uji Chi Square p = 0,000. Dengan membandingkan hasil pengukuran terhadap nilai pengukuran awal pada kedua kelompok, overload cairan sangat berisiko terjadi pada kelompok resusitasi cairan 30 ml/kgBB. Didapatkan hubungan yang bermakna pada rasio albumin kreatinin urin, peningkatan nilai serum kreatinin, rendahnya rasio PaO2/FiO2 dan peningkatan tekanan intraabdominal dengan pemberian resusitasi cairan 30 ml/kgBB yang menunjukkan risiko terjadi overload cairan (OR 48,273 ; CI 95% = 16,708-139,472, OR = 73,381 ; CI 95% = 19,955-269,849, OR = 12,225 ; CI 95% = 5,290-28,252, dan OR = 32,667 ; CI 95% = 10,490-101,724).
Kesimpulan: Pemberian norepinefrin dini dapat mengurangi pemberian cairan dan mencegah overload pada resusitasi pasien syok septik

Background: Critically ill patients with sepsis usually receive a very large volume of fluids causing a very significant positive fluid balance in an effort to meet the needs of cardiac output, systemic blood pressure, and perfusion to the kidneys. This condition also turns out to be associated with poor survival rates. The aim of this study was to determine whether early maintenance of norepinephrine can reduce fluid administration and prevent overload in the resuscitation of patients with septic shock.
Methods: This study is a randomized, non-blind clinical trial with the subject of the study being an adult patient diagnosed with septic shock who were admitted to the intensive care unit and emergency care unit from January to November 2020 who were diagnosed with septic shock. There were two treatment groups, the early norepinephrine group and the 30 ml/kgBW fluid resuscitation group. An assessment of the urinary albumin to creatinine ratio, increased serum creatinine value, PaO2/FiO2 ratio, and intraabdominal pressure at the time of diagnosis of septic shock was established, 3 hours and 24 hours after the treatment was given. The data is processed using the SPSS device.
Results: Based on the analysis, it was found that there were significant differences for all study variables in the fluid resuscitation group compared to the norepinephrine group. The amount of fluid administration in the early norepinephrine group averaged 2198.63 ml, less than that in the 30 ml / kgBW fluid resuscitation group with an average of 3999.30 ml, Chi Square test p = 0.000. By comparing the measurement results against the initial measurement values in the two groups, fluid overload was very risky in the 30 ml / kgBW fluid resuscitation group. There is a significant relationship between the urinary albumin to creatinine ratio, the increase in the serum creatinine value, the low PaO2/FiO2 ratio and the increase in intraabdominal pressure with the provision of 30 ml/kgBW fluid resuscitation which indicated the risk of fluid overload (OR 48.273; 95% CI = 16.708-139.472, OR = 73,381; 95% CI = 19,955-269,849, OR = 12,225; 95% CI = 5,290-28,252, and OR = 32,667; 95% CI = 10,490-101,724).
Conclusion: Early norepinephrine administration can reduce fluid administration and prevent overload in the resuscitation of patients with septic shock.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>