Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 41194 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Anindya Apsaradharani
"Laporan ini bertujuan untuk menganalisa praktik manajemen rantai pasokan perusahaan Wal- Mart sebagai pengecer terbesar di dunia. Perusahaan ini telah menjadi identik dengan konsep manajemen rantai pasokan yang efisien. Untuk operasi logistik, Wal-Mart terkenal untuk mengoperasikan sistem cross-docking untuk memungkinkan perusahaan untuk menghemat biaya dan lebih efisien. Selain itu strategi yang diterapkan adalah membentuk aliansi, sistem vendor-managed inventory (VMI), dan menggunakan beberapa teknologi untuk mengoptimalkan proses rantai pemasok.

This report aims to analyse the supply chain management practices of Wal-Mart, the world's largest retailer. The company has become synonymous with the concept of efficient supply chain management. Wal-Mart is well-known for operating a cross-docking system to allow companies to save costs and be more efficient for logistics operations. In addition, Wal- Mart's strategies also include forming alliances with suppliers, vendor-managed inventory (VMI) system, and adopting technologies to optimise its supply chain processes."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Helvy Tiana Rosa
Bandung: Bitread Publishing, 2017
808.81 HEL l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nunung Rieta
Bantul: Nyala, 2020
808.81 NUN i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: [publisher not identified], 1991
899.212 PUI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ghefira Nur Fatimah Widyasari
"Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian global, termasuk di Indonesia. Evaluasi kesehatan dini, menggunakan heart rate variability (HRV) melalui pengukuran root mean square of successive RR interval differences (RMSSD) dan percentage of successive RR intervals that differ by more than 50 𝑚𝑠 (pNN50), menjadi penting untuk merefleksikan respons relaksasi, stres, kualitas tidur, dan aktivitas fisik. Evaluasi ini sebaiknya dilakukan saat seseorang masih dalam kondisi sehat. Sejalan dengan itu, penelitian ini bertujuan mengevaluasi kesehatan pasien dengan irama jantung normal melalui metode clustering pada variabel RMSSD, pNN50, dan usia, yang diambil dari rekaman elektrokardiogram milik online database Physionet. Setiap cluster yang terbentuk dapat memberikan informasi unik, memungkinkan penentuan risiko penyakit kardiovaskular serta penanganan yang tepat. Namun, karena pola data yang digunakan tidak jelas, mengandung outlier, dan berdimensi rendah, maka dilakukan perbandingan antara metode Hierarchical clustering dan Gaussian Mixture Models (GMM) clustering yang mampu mengatasi hal tersebut. Mengingat GMM clustering yang sangat sensitif terhadap inisialisasi awal, penelitian ini menggunakan dua pendekatan inisialisasi, yaitu acak dan K-Means. Penentuan metode terbaik dilakukan dengan mempertimbangkan metrik evaluasi (efektivitas) dan waktu komputasi metode (efisiensi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa GMM clustering dengan inisialisasi K-Means adalah metode terbaik dengan membentuk tiga cluster. Meskipun alat EKG menilai pasien dalam kondisi sehat, namun analisis clustering dapat mengungkapkan informasi penting, terutama bagi pasien yang teridentifikasi memiliki tingkat HRV yang relatif rendah.

Cardiovascular diseases are a leading cause of global mortality, including in Indonesia. Early health evaluation, utilizing heart rate variability (HRV) through root mean square of successive RR interval differences (RMSSD) and percentage of successive RR intervals that differ by more than 50 𝑚𝑠 (pNN50) measurements, is crucial to reflect responses to relaxation, stress, sleep quality, and physical activity. This evaluation is ideally conducted while an individual is still in a healthy condition. In line with that, this research aims to evaluate the health of patients with a normal sinus rhythm through clustering methods on variables like RMSSD, pNN50, and age, extracted from electrocardiogram recordings from the online Physionet database. Each cluster can provide unique information, enabling the identification of cardiovascular disease risks and appropriate interventions. However, due to unclear data patterns, the presence of outliers, and is low-dimensiona, a comparison is made between Hierarchical clustering and GMM methods, capable of addressing these issues. Given GMM clustering's sensitivity to initializations, this study employs two approaches, random and K-Means. The determination of the best method is based on considerations of evaluation metrics (effectiveness) and computational time (efficiency). Research results indicate that GMM clustering with K-Means initialization is the most effective and efficient method, forming three clusters. Despite ECG assessments indicating healthy conditions, clustering analysis can reveal crucial information, especially for patients identified with relatively low HRV levels."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fandi Ahmad
"Latar Belakang : Penyakit jantung katup khususnya katup mitral dengan etiologirematik sering berakhir dengan fibrilasi atrium FA. Stenosis mitral SM maupun regurgitasi mitral RM, ditambah dengan fibrosis atrium pada prosesrematik menyebabkan terjadinya remodeling struktural dan remodeling elektrisyang diduga berperan dalam timbulnya FA. Bedah reduksi atrium kiri pada pasienFA yang menjalani operasi katup mitral, merupakan prosedur yang relatifsederhana, tidak memakan waktu operasi yang lama, dan relatif murah yangdiduga memiliki pengaruh terhadap konversi irama.
Tujuan : Menilai pengaruh bedah reduksi atrium kiri terhadap konversi iramajangka pendek dan jangka panjang pada pasien fibrilasi atrium dengan penyakitkatup mitral rematik yang menjalani pembedahan.
Metode : Telah dilakukan studi kohort retrospektif pada pasien fibrilasi atriumdengan penyakit katup mitral rematik yang menjalani operasi katup mitral selamaperiode Mei 2012 sampai dengan Mei 2016 di RS Jantung dan Pembuluh DarahHarapan Kita. Tindakan bedah reduksi atrium kiri dalam hal ini menjadi variabelindependen yang diperkirakan memiliki pengaruh terhadap konversi irama padapasien fibrilasi atrium dengan penyakit katup mitral rematik. Variabel dependenpada penelitian ini adalah konversi irama, yang dinilai melalui pengamatan jangkapendek dan jangka panjang.
Hasil : Total sampel penelitian ini adalah 257 sampel, terdiri dari 131 orang yangmenjalani bedah reduksi dan 126 orang tanpa bedah reduksi. Pada kelompokbedah reduksi, didapatkan 42 subjek 32,1 yang mengalami konversi iramajangka pendek dan 37 subjek 28,2 yang mengalami konversi irama jangkapanjang. Dari hasil analisis multivariat, variabel yang bermakna terhadap konversiirama jangka pendek yaitu bedah reduksi atrium kiri dengan OR 0,56 IK 95 0,31 ndash; 0,98 dan nilai p=0,044 serta penggunaan penyekat beta dengan OR 0,56 IK 95 0,31 ndash; 0,99 dan nilai p=0,047. Sementara variabel yang bermaknaterhadap konversi irama jangka panjang yaitu bedah reduksi atrium kiri denganOR 0,51 IK 95 0,28 ndash; 0,94 dan nilai p=0,031, penggunaan penyekat betadengan OR 0,53 IK 95 0,28 ndash; 0,98 dan nilai p=0,042, dan indeks volumeatrium kiri prabedah le;146 ml/m2 dengan OR 0,47 IK 95 0,26 ndash; 0,87 dan nilaip=0,017.
Kesimpulan : Bedah reduksi atrium kiri memiliki pengaruh terhadap konversiirama jangka pendek maupun jangka panjang pada pasien fibrilasi atrium denganpenyakit katup mitral rematik yang menjalani pembedahan.

Background : Valvular heart disease, especially rheumatic mitral valve diseaseoften coexists with atrial fibrillation AF. Mitral stenosis MS and mitralregurgitation MR with atrial fibrosis because of rheumatic process, resulting instructural remodeling and electrical remodeling of left atrium which contribute foroccurence of AF. Left atrial reduction surgery with mitral valve correction issimple procedure, takes relatively short operation time, and quite inexpensive asan alternative treatment for AF in rheumatic mitral valve disease.
Objective : Assessing the effect of left atrial reduction for short term and longterm rhythm conversion of AF in rheumatic mitral valve disease.
Method : We conducted a retrospective cohort study in atrial fibrillation patientswith rheumatic mitral valve disease who underwent mitral valve surgery duringthe period of May 2012 until May 2016 in the National Cardiovascular Center Harapan Kita. Left atrial reduction surgery became an independent variable whichexpected to have an influence on the rhythm conversion. The dependent variablewas the conversion of rhythm which was assessed through the observation in ashort term and long term.
Result : There were 257 subjects in this study, consisting of 131 subjects in theleft atrial reduction group and 126 subjects in the non left atrial reduction group.In left atrial reduction group, there were 42 subjects 32,1 with sinus rhythm inshort term observation and 37 subjects 28,2 with sinus rhythm during longterm observation. From multivariat analysis, the significant variable for the shortterm rhythm conversion were left atrial reduction with OR 0,56 CI 95 0,31 ndash 0,98 and p 0,044 and also beta blocker therapy with OR 0,56 CI 95 0,31 ndash 0,99 and p 0,047. While the significant variable for rhythm conversion in longterm were left atrial reduction with OR 0,51 CI 95 0,28 ndash 0,94 and p 0,031,beta blocker therapy with OR 0,53 CI 95 0,28 ndash 0,98 and p 0,042, and alsopre operation left atrial volume index le 146 ml m2 with OR 0,47 CI 95 0,26 ndash 0,87 and p 0,017.
Conclusion : Left atrial reduction has an effect for short term and long termrhythm conversion of AF in rheumatic mitral valve disease.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T55635
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Rafani
"Penelitian ini bertujuan mempelajari pembentukan nanopartikel strontium hexaferrite yang disubstitusi secara parsial ion Mn dan Ti. Sintesis material dilakukan melalui proses mechanical alloying menghasilkan partikel material fasa tunggal dengan komposisi SrFe9Mn1.5Ti1.5O19. Pembentukan nanopartikel dilakukan dengan menggunakan destruksi ultrasonik partikel yang telah mendapat perlakuan etching. Dalam hal ini, partikel kristalin yang diperoleh dari tahapan pemaduan mekanik direndam dalam larutan yang mengandung etching agent HF 48% (Hydroflouric Acid). Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh etching terhadap efektivitas pembentukan nanopartikel selama proses destruksi ultrasonik, maka diberikan variasi perlakuan berupa etching agent konsentrasi berbeda yaitu 5%, 10%, 15%. Untuk setiap larutan waktu perendaman sampel ditetapkan selama 10, 20, dan 30 menit sebelum perlakuan destruksi ultrasonik diterapkan. Pengujian material menggunakan XRD (X-Ray Diffraction) untuk mengetahui pembentukan fasa dan distribusi ukuran kristalit, PSA (Particle Size Analyzer) untuk mengukur distribusi ukuran partikel, dan SEM (Scanning Electron Microscopy) untuk melihat morfologi partikel.
Hasil identifikasi XRD memastikan tidak terjadi perubahan fase setelah proses destruksi ultrasonik dan etching. Berdasarkan hasil evaluasi PSA diketahui bahwa ukuran partikel material setelah tahapan sintesis adalah 732 nm. Sedangkan, hasil ukuran rata-rata partikel setelah proses destruksi ultrasonik pada material tanpa perlakuan etching adalah 150 nm. Ukuran rata-rata partikel pasca perendaman dalam larutan HF berkonsentrasi 5 % selama 10, 20, dan 30 menit masing-masing adalah 138 nm, 214 nm, 385 nm. Untuk konsentrasi 10% adalah 142 nm, 235 nm, 302 nm, dan untuk 15% adalah 162 nm, 269 nm, 368 nm. Sedangkan, pada kristalit tidak terjadi perubahan ukuran secara signifikan hanya berada dalam rentang 22-28 nm pada semua partikel pasca perendaman dan destruksi. Dapat disimpulkan bahwa partikel dari material dengan perlakuan etching HF memiliki kecenderungan terjadinya peningkatan ukuran terhadap durasi waktu etching yang semakin lama dibandingkan dengan ukuran partikel pada material tanpa etching. Sedangkan pada kristalit, proses etching tidak terlalu memberikan pengaruh pada perubahan ukuran.

This research is aimed at studying the formation of substituted Mn and Ti strontium hexaferrite nanoparticles. Synthesis material was conducted by a mechanical alloying process which produced single phase material particles of SrFe9Mn1.5Ti1.5O19 composition. The formation of nanoparticles was done by means of ultrasonic destruction of particles which have been chemically treated. In this case, the crystalline particles obtained from mechanical alloying were immersed into a solution containing 48% HF etching agent (Hydrofluoric Acid). To what extent the influence of etching agent on the effectiveness of nanoparticle formation during the process of ultrasonic destruction, then three different solutions containing HF of respectively 5%, 10%, 15% were employed. For each solution the immersion time for particles was set for 10, 20, and 30 minutes before ultrasonic destruction started. As to the material characterization, the following tools were employed: XRD (X-Ray Diffraction) was used to determine the phase formation and distribution of crystallite sizes, PSA (Particle Size Analyzer) to measure the particle size distribution, and SEM (Scanning Electron Microscopy) to look at the morphology of the particles.
XRD results confirmed that there have no changed in materials phase after ultrasonic destruction and etching process. Based on results of PSA evaluation, the mean particle size of the material after the synthesis was 732 nm. The particles were refined to the mean size 150 nm after ultrasonic destruction process with no etching treatment given. However, the mean particle size after immersion in a solution containing HF of 5% for 10, 20, and 30 minutes respectively are 138 nm, 214 nm and 385 nm. While for those of 10% respectively are 142 nm, 235 nm, 302 nm, and for 15%, the mean particle size are respectively 162 nm, 269 nm and 368 nm. As to the crystallite sizes evaluation, results showed no significant changing in crystallite sizes. The mean crystallite sizes were in the range 22-28 nm obtained in all particles after immersion and destruction. It can be concluded that particles of material with longer HF etching treatment tend to increase the size when compared with that of no treatment. The etching process and ultrasonic destruction do not give ant significant effect to the crystallite sizes.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S59428
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hugeng
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>