Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 69324 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Euis Nining
"Mimba atau Azadirachla indica A. Juss (Meliaceae) merupakan tanaman yang memiliki aktivitas biologis insektisida. Metabolit sekunder utama yang mempunyai aktivitas insektisida, terutama terdapat dalam biji adalah senyawa azadirachtin. Salah satu upaya untuk mengembangkan tanaman mimba sebagai pestisida alami adalah melalui kultur jaringan yang salah satunya dengan kultur kalus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya kandungan azadirachtin dalam kalus dibandingkan dengan tanaman mimba. Tahapan penelitian meliputi pembuatan kultur kalus, ekstraksi azadirachtin dari kalus dan tanaman mimba, identifikasi azadirachtin dan uji bioaktivitas insektisida.
Untuk mendapatkan kalus, telah dicoba menanam berbagai eksplan (daun, tangkai daun, batang) pada media Murashige and Skoog (MS) yang mengandung kombinasi zat pengatur tumbuh bensil amino purin (BAP) dan asam indol butirat (IBA) dengan konsentrasi sukrosa 2 % dan serangkaian media yang mengandung kombinasi BAP dan asam indol asetat (IAA) dengan konsentrasi sukrosa 3% dan 5%. Ekstraksi azadirachtin dilakukan terhadap contoh daun dan biji mimba serta 18 contoh kalus mimba dari berbagai eksplan yang ditanam pada beberapa media. Ekstraksi azadirachtin dari daun dan biji dilakukan dengan pelarut etanol, setelah terlebih dahulu diekstraksi dengan n-heksana, sedangkan dari kalus dilakukan langsung dengan pelarut etanol. Untuk ekstrak etanol yang mengandung azadirachtin kemudian dipartisi dengan pelarut petroleum benzena-metanol, dipartisi dengan etilasetat-air dan difiltrasi melalui kolom silikagel. Identifikasi azadirachtin dilakukan menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) terhadap seluruh ekstrak fraksi etanol dan 5 ekstrak fraksi etilasetat. Pengujian bioaktivitas insektisida dilakukan terhadap seluruh ekstrak fraksi etanol dengan menggunakan larva ulat grayak (Spodoftera litura) instar tiga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa media A, yaitu media MS yang mengandung kombinasi zat pengatur tumbuh BAP 1,0 dan IBA 4,0 mglL dengan konsentrasi sukrosa 2 % merupakan media terbaik untuk pertumbuhan kalus eksplan mimba. Ekspian daun yang ditanam pada media A memberikan pertumbuhan kalus terbaik daripada tangkai daun dan batang. Pengujian azadirachtin dengan metode KLT menunjukkan, bahwa fraksi etanol dan etilasetat dari biji, fraksi etilasetat dari daun dan 3 contoh kalus mimba mengandung azadirachtin. Hasil pengujian azadirachtin dengan metode KCKT menunjukkan, bahwa fraksi etanol dan etilasetat dari biji, fraksi etanol dan etilasetat dari daun dan fraksi etanol dan etilasetat dari 3 contoh kalus mengandung azadirachtin. Kandungan azadirachtin dalam biji lebih besar daripada daun dan kalus. Kalus yang mengandung azadirachtin adalah kalus-kalus yang berasal dari eksplan yang ditanam dan atau disubkultur pada media A. Hasil pengujian bioaktivitas insektisida menunjukkan bahwa aktivitas ekstrak etanol dari biji lebih besar daripada daun dan kalus."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syaharani Martiza Hakim
"Latar belakang: Pasien percaya bahwa herbal memiliki efek samping yang minimal, berbeda dengan obat acarbose yang memiliki efek samping pada sistem pencernaan. Sebagai negara yang kaya akan tanaman herbal, tanaman Mimba dapat menjadi salah satu alternatif pengendalian glikemik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji kandungan fitokimia, aktivitas antioksidan dan aktivitas penghambatan α-glukosidase ekstrak Azadirachta indica A. Juss menggunakan 3 pelarut sebagai pembanding yaitu etanol, etil asetat, dan n-heksana. Metode: Penelitian menggunakan 4 kelompok sampel yaitu ekstrak etanol daun mimba, ekstrak etil asetat daun mimba, ekstrak heksana daun mimba, dan akarbosa sebagai kontrol positif. Hasil: Ekstrak etanol, etil asetat dan n-heksana Azadirachta indica A. Juss mengandung fitokimia flavonoid, alkaloid dan steroid. Nilai IC50 aktivitas antioksidan Azadirachta indica A. Juss untuk ekstrak etanol sebesar 78,818 ppm, ekstrak etil asetat 121,069 ppm, dan n-heksana 354,475 ppm. Nilai IC50 penghambatan enzim α-glukosidase untuk ekstrak etanol sebesar 14,429 ppm, ekstrak etil asetat 89,778 ppm, ekstrak n-heksan 152, 263 ppm. Kesimpulan: Ekstrak etanol mempunyai daya hambat paling tinggi dibandingkan ekstrak etil asetat dan n-heksana. Kandungan flavonoid, alkaloid, dan steroid pada ekstrak Azadirachta indica A. Juss berpotensi menjadi alternatif pengendalian glikemik dengan mekanisme inhibitor α-glukosidase.

Introduction: Patients believe that herbs have minimal side effects, unlike the drug acarbose which has side effects on the digestive system. As a country rich in herbal plants, neem plant can be an alternative for glycemic control. Therefore, this study aims to test the phytochemical content, antioxidant activity and α-glucosidase inhibitory activity of Azadirachta indica A. Juss extract using 3 solvents as a comparison, ethanol, ethyl acetate, and n-hexane. Methods: The research used 4 groups of samples, namely neem leaves ethanol extract, neem leaves ethyl acetate extract, neem leaves hexane extract, and acarbose as a positive control. Results:The ethanol, ethyl acetate and n-hexane extracts of Azadirachta indica A. Juss contained flavonoid, alkaloid and steroid phytochemicals. The IC50 values of antioxidant activity from Azadirachta indica A. Juss for ethanol extract was 78,818 ppm, ethyl acetate extract 121,069 ppm, and n-hexane 354,475 ppm. The IC50 value of α-glucosidase enzyme inhibition for ethanol extract was 14,429 ppm, ethyl acetate extract 89,778 ppm, n-hexane extract 152, 263 ppm. Conclusion: Ethanol extract had the highest inhibitory ability compared to ethyl acetate and n-hexane extracts. The flavonoid, alkaloid, and steroid content in Azadirachta indica A. Juss extract makes it potential for alternative glycemic control with α-glucosidase inhibitor mechanism.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annysa Ellycornia Silvyana
"Jerawat adalah penyakit kulit yang muncul ketika timbunan lemak berlebih menyumbat pori-pori kulit, menyebabkan tumbuhnya bakteri penyebab jerawat dan merangsang peradangan. Azadirachta indica merupakan tanaman obat yang dapat digunakan sebagai antibakteri. Berdasarkan beberapa penelitian daun mimba telah diketahui memiliki aktivitas antibakteri, antijamur, antihipertensi, antijamur, antihiperglikemik, antioksidan dan aktivitas biologis lainnya. Pada penelitian sebelumnya telah diketahui ekstrak etanol daun mimba menunjukkan aktivitas terhadap P. acne. Belum ada penelitian yang melakukan dari ekstraksi hingga isolasi dan karakterisasi senyawa kimia. Penelitian ini bertujuan untuk identifikasi ekstrak, fraksi dan isolat paling aktif dari daun mimba serta mengidentifikasi elusidasi senyawa aktif tersebut. Ekstraksi dilakukan secara bertingkat (n-heksan, etil asetat, metanol) dan dilanjutkan uji aktivitas bakteri P.acne. Ekstrak teraktif yang di dapat dilakukan fraksinasi dengan kromatografi kolom dan di uji aktivitas bakteri P.acne, fraksi teraktif yang didapat dilanjut pemurnian isolat dengan kromatografi kolom dan rekristaliasi, serta uji aktivitas bakteri P.acne, S.aureus dan S.epidermidis. Isolat teraktif yang didapat diidentifikasi menggunakan spektrometri FTIR, GCMS, 1H-NMR, 13C-NMR dan DEPT. Hasil ekstraksi bertingkat menunjukan bahwa ekstrak n-heksan (ENH) yang telah diuji anti-P.acne memiliki aktivitas pada konsentrasi 5% dapat menghambat pertumbuhan P.acne, dilanjutkan dengan ekstrak etil asetat (EEA) pada konsentrasi 10% dapat menghambat pertumbuhan P.acne. Kedua ekstrak tersebut kemudian difraksinasi dengan metode kromatografi kolom, menghasilkan 8 fraksi dari ENH, didapatkan fraksi teraktif adalah fraksi G dan 6 fraksi dari EEA, didapatkan fraksi teraktif adalah fraksi L. Selanjutnya dilakukan isolasi terhadap fraksi G didapat 1 isolat teraktif dan fraksi L didapat 1 isolat teraktif. Hasil identifikasi senyawa disimpulkan isolat 1 yang didapat dari ekstrak n-heksan adalah Ergosta-5,22-diene-2,3,14-triol dengan nilai penghambatan 50 ppm pada bakteri P.acne dan S.aureus, dan isolat 3 yang didapat dari ekstrak etil asetat adalah Stigmasterol dengan nilai penghambatan 100 ppm pada bakteri P.acne dan S.aureus.

Acne is a skin surface disease that appears when excessive fat deposits clogged the skin pores, causing growth of acne-causing bacteria and stimulates inflammation. Azadirachta indica is a medicinal plant which empirically used as antibacterial. Based on several studies, neem leaves have been known to have antibacterial, antifungal, antihypertensive, antifungal, antihyperglycemic, antioxidant and other biological activities. In previous studies, it was known that the ethanolic extract of neem leaves showed activity against P. acne. No research has been conducted from extraction to isolation and characterization of chemical compounds. A.indica leaves has been reported to exhibit activity against P. acne but are limited to ethanol extract. This study aims to identify the most active extracts, fractions and isolates from neem leaves and to identify these active compounds. Extraction was carried out in stages (n-hexane, ethyl acetate, methanol) and the activity of P.acne was tested. The most active extracts were fractionated using column chromatography and tested for P.acne bacteria activity, the most active fractions obtained were further purified by column chromatography and recrystallization, as well as activity tests for P.acne, S.aureus and S.epidermidis bacteria. The most active isolates obtained were identified using FTIR, GCMS, 1H-NMR, 13C-NMR, and DEPT spectrometry. The results of the stratified extraction showed that the n-hexane extract (ENH) had the antibacterial activity of P.acne at a concentration of 5% which could inhibit the growth of P.acne, followed by ethyl acetate extract (EEA) at a concentration of 10% which inhibited the growth of P.acne. The two extracts were then fractionated by column chromatography method, producing 8 fractions of ENH, obtained the most active fraction was fraction G and 6 fractions from EEA, obtained the most active fraction was fraction L. Then isolated the fraction G obtained 1 active isolate and fraction L obtained 1 active isolate. The results of the identification of compounds concluded that isolate 1 obtained from the n-hexane extract was Ergosta-5,22-diene-2,3,14-triol with an inhibitory value of 50 ppm on P.acne and S.aureus bacteria, and isolate 3 obtained from the ethyl acetate extract was Stigmasterol with an inhibitory value of 100 ppm on P.acn and S.aureus bacteria."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efek ekstrak etanol daun tanaman keladi tikus (typhonium flagelliforme lodd.) pada invasi sel kanker lidah manusia (SP-C1). Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboraotris murni terhadap sel kanker lidah manusia (SP-C1) yang diberi perlakuan dengan ekstrak etanol daun keladi tikus. Biakan sel SP-C1 diinkubasikan dengan ekstrak etanol daun tanaman keladi tikus dalam berbagai konsentrasi 90, 25, 50, 75, 100, 125 ug/ml) selama 24 jam, sebagai kontrol negatif digunakan biakan sel SP-C1 dalam Rosswell Park Memorial Institute 1640 (RPMI-1640). Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui aktivitas invasi sel SP-C1 setelah diberi perlakuan ekstrak etanol daun tanaman keladi tikus menggunakan alat Boyden chamber. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan penurunan jumlah biakan sel SP-C1 secara signifikan terlihat pada perlakuan dengan ekstrak etanol daun keladi tkus konsentrasi 125 ug/ml dibandingkan kontrol maupun kelompok perlakuan. Disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun keladi tikus mempunyai pengaruh signifikan dalam menghambat invasi sel SP-C1."
610 MUM 10:2(2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fahriyah Raihan Maharani
"Di Indonesia, kanker serviks termasuk penyakit kanker dengan jumlah penderita terbesar kedua setelah kanker payudara. Tata laksana kanker serviks masih bersifat nonselektif dan menimbulkan efek samping berat, sehingga perkembangan pengobatan dan pencegahan kanker terus berlanjut, termasuk pemanfaatan tanaman obat seperti miana (Plectranthus scutellarioides). Miana telah dimanfaatkan sebagai jamu tradisional di Indonesia karena memiliki banyak manfaat kesehatan dan mudah dijangkau. Daun miana juga memiliki kandungan senyawa yang bersifat antikanker dan dapat menurunkan risiko infeksi HPV. Dengan demikian, penulis bermaksud meneliti efek sitotoksik ekstrak etil asetat daun miana terhadap sel kanker serviks HeLa. Ekstrak etil asetat daun miana atau doksorubisin (sebagai kontrol positif) diberikan dalam konsentrasi 0 ppm, 1,625 ppm, 6,25 ppm, 12,5 ppm, 25 ppm, 50 ppm, 100 ppm, dan 200 ppm pada sel HeLa. uji MTT dilakukan untuk memperoleh nilai absorbansi dan nilai IC50-nya. Perbandingan antarkelompok perlakuan dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara kelompok ekstrak dengan doksorubisin. Ditemukan bahwa nilai IC50 kelompok ekstrak adalah 26,16 ppm, dan nilai p = 0,047 pada uji kemaknaan antara kelompok ekstrak dengan doksorubisin. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa ekstrak etil asetat daun miana memiliki IC50 yang tergolong memiliki sitotoksisitas moderat dan memiliki perbedaan inhibisi sel HeLa yang signifikan dibandingkan dengan kontrol positif doksorubisin.

In Indonesia, cervical cancer is the second most common cancer. Cervical cancer treatment options have limitations including their nonselective properties and serious side effects. Scientific developments regarding cancer treatment and prevention continue to be carried out, such as the use of medicinal plants like miana (Plectranthus scutellarioides). Miana has been used as Indonesian traditional medicine for its health benefits and abundance in tropical areas. Miana leaves has anticancer properties and can reduce HPV infection risk. This research aims to study the cytotoxic effect of ethyl acetate extract of miana leaves on cervical cancer HeLa cells. Ethyl acetate extract of miana leaves or doxorubicin (as positive control) was given in 0 ppm, 1.625 ppm, 6.25 ppm, 12.5 ppm, 25 ppm, 50 ppm, 100 ppm, and 200 ppm into HeLa cells. MTT test was done to obtain the IC50 value. Comparison between treatment groups was done to determine the difference between the extract and doxorubicin group. IC50 value of the extract group was 26,16 ppm and the significance test between the extract and doxorubicin group showed the p value of 0,047. In conclusion, the extract had moderate cytotoxicity and had a significant difference in its inhibition against HeLa cells compared to doxorubicin."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ho, Indra Holiyono
"Kanker serviks merupakan penyakit akibat infeksi Human Papilloma Virus dengan prevalensi tinggi dan survival rate yang rendah pada wanita. Keterbatasan terapi konvensional, biaya yang tinggi, dan berbagai efek sampingnya mendorong upaya eksplorasi bahan alami sebagai alternatif pengobatan kanker serviks. Iler (Plectranthus scutellarioides) adalah tanaman yang melimpah di Indonesia dan telah diteliti mengandung kadar flavonoid yang tinggi. Salah satu flavonoid, quercetin, diketahui mampu membunuh sel HeLa. Tingginya flavonoid iler dan sitotoksisitas quercetin berpotensi menghasilkan agen antikanker yang kuat. Penelitian ini bertujuan menguji efek sitotoksik campuran ekstrak etanol daun iler dan quercetin terhadap sel HeLa. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental in vitro dengan mengekstrak daun iler menggunakan pelarut etanol. Tujuh serial konsentrasi ekstrak (1.625, 3.125 ppm, 6.25 ppm, 12,5 ppm, 25 ppm, 50 ppm, 100 ppm) dicampur dengan 12.5 ppm quercetin, lalu diinkubasi bersama sel HeLa selama 24 jam. Sebagai kontrol positif, dilakukan perlakuan yang sama menggunakan doksorubisin dengan tiga kali pengulangan untuk setiap konsentrasi. Inhibisi sel diuji dengan metode MTT melalui pengukuran absorbansi pada ELISA reader 595 nm. Data tersebut dianalisis untuk menentukan nilai IC50 dan membandingkan inhibisi sel antara kelompok ekstrak, kontrol negatif, dan doksorubisin. Nilai IC50 Campuran ekstrak etanol daun iler dan quercetin terhadap sel HeLa adalah 26.57 µg/mL. Terdapat perbedaan persentase inhibisi yang bermakna antara kelompok ekstrak dan doksorubisin pada konsentrasi 25 ppm (p=0.005). Campuran ekstrak etanol daun iler dan quercetin memiliki sitotoksisitas moderat terhadap sel HeLa dengan IC50 sebesar 26.57 µg/mL, meskipun lebih lemah dibandingkan doksorubisin.

Cervical cancer is a disease caused by Human Papilloma Virus infection with high prevalence and poor survival rate in women. The facts of limited conventional therapies, its expensive cost, and various side effects encourage the exploration of natural sources as alternative treatments of cervical cancer. Iler (Plectranthus scutellarioides) is an abundant plant in Indonesian and has been studied for its high flavonoid content. One of the flavonoids, quercetin, has been known to have an ability in killing HeLa cells. The facts of high flavonoid content in iler and cytotoxicity of quercetin, are potentiate in generating potent anticancer agents. This study aims to assess the cytotoxic effect of mixture of iler leaf ethanolic extract and quercetin on HeLa cells. This experimental study was conducted in vitro through ethanolic extraction of iler leaf. Seven serial concentrations of extract (1.625, 3.125 ppm, 6.25 ppm, 12,5 ppm, 25 ppm, 50 ppm, 100 ppm) were mixed with 12.5 ppm of quercetin and then incubated with HeLa cells for 24 hours. As a positive control, the same treatment was done using doxorubicin with three reduplications for each concentration. Cell inhibition was evaluated using MTT method through measuring the absorbance on ELISA reader 595 nm. The data were analyzed to calculate the IC50 value and comparing the cell inhibition between extract group, negative control, and positive control. The IC50 value of mixture of iler leaf ethanolic extract and quercetin on HeLa cell is 26.57 µg/mL. There is a significant difference of inhibition percentage between extract group and doxorubicin in 25 ppm concentration (p=0.005). The mixture of iler leaf ethanolic extract and quercetin has a moderate cytotoxicity on HeLa cells with IC50 value of 26.57 µg/mL, despite a weaker activity than doxorubicin."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Phoniex Angellia
"Latar Belakang: Kanker serviks menjadi salah satu kanker penyebab mortalitas tertinggi bagi perempuan. Terapi konvensional kanker serviks memiliki biaya yang tinggi, kesulitan akses terhadap fasilitas, dan berbagai efek samping sehingga mendorong pencarian bahan alternatif terapi kanker serviks. Iler (Plectranthus scutellarioides) merupakan tanaman obat tradisional yang mudah ditemukan dan dikenal oleh masyarakat Indonesia. Iler memiliki kandungan senyawa anti-kanker yang tinggi dan telah teruji menurunkan risiko infeksi Human Papilloma Virus. Penelitian ini ingin menguji efek sitotoksik ekstrak etanol daun iler terhadap sel kanker serviks HeLa.
Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat eksperimental in-vitro. Daun iler diekstrak dengan maserasi etanol, lalu diencerkan menjadi tujuh serial konsentrasi (3.125ppm, 6.25ppm, 12.5ppm, 25ppm, 50 pm, 100ppm, 200ppm). Perlakuan terhadap kultur sel HeLa terbagi menjadi satu kelompok kontrol negatif, tujuh kelompok konsentrasi ekstrak, dan tujuh kelompok kontrol positif doksorubisin dengan konsentrasi serial yang sama. Dilakukan tiga pengulangan untuk setiap kelompok. Uji MTT terhadap hasil perlakuan memperoleh nilai absorbansi yang menggambarkan inhibisi sel HeLa. Persentase inhibisi digunakan untuk mencari IC50 serta dibandingkan antar kelompok perlakuan untuk menilai perbedaan inhibisi yang bermakna antara kelompok ekstrak dan doksorubisin.
Hasil: Nilai IC50 pemberian ekstrak etanol daun iler terhadap sel HeLa adalah 182,578μg/ml. Terdapat perbedaan inhibisi yang signifikan antara kelompok konsentrasi ekstrak 100 ppm dengan doksorubisin 100 ppm (p=0.003).
Kesimpulan: Ekstrak etanol daun iler memiliki sitotoksisitas moderat terhadap sel HeLa dengan IC50 sebesar 182,578μg/ml dan perbedaan inhibisi yang bermakna terhadap kontrol positif.

Introduction: Cervical cancer has become one of the leading death causes for women. Conventional cervical cancer therapies are expensive, difficult to obtain, with numerous side effects, prompting the search of an alternative medicine. Iler (Plectranthus scutellarioides) is a traditional medicinal plant that is well-known among Indonesian people. Iler contains a high concentration of anti-cancer compounds and has been studied for its ability to reduce Human Papillomavirus infection risk. This study aims to determine the cytotoxic effect of ethanolic extract of iler leaf on the HeLa cervical cancer cell line.
Methods: In this in-vitro experimental study, iler leaf was extracted using ethanolic maceration and then diluted into seven serial concentrations (3.125ppm, 6.25ppm, 12.5ppm, 25ppm, 50 pm, 100ppm, 200ppm). The treatments given to HeLa cells were divided into one negative control group, seven extract concentration groups, and seven doxorubicin positive control groups. Three samples were used for each group. The MTT assay revealed the absorbance value that indicated HeLa cell inhibition. The inhibition percentage was used to calculate the IC50 value and compared between the extract and doxorubicin intervention groups to see if there was any significance in the difference in HeLa cell inhibition.
Results: The IC50 value of the ethanolic extract of iler leaf on HeLa cells is 182,578μg/ml. There is a significant inhibition difference between extract group and doxorubicin group in 100 ppm concentration (p=0.003).
Conclusion: Ethanolic extract has a moderate cytotoxicity for HeLa cells with IC50 value of 182,578μg/ml, despite a significant difference compared with the positive control.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Cytotoxicity tests on ethanol extract of aglalia elliptica blume leaves and its fractions on cervical cencer cell line (HeLa) were carried out. Dried powder of Aglaia elliptica leaves was extracted using ethanol and then fractionated by n-hrxane, ethyl acetate and buthanol extraxt solvents. The cytotoxicity tets using MTT method (prolipheration inhibition tests on HeLa cell lines were conducted for ethanol extract, n-hexana ethyl acetate and buthanol fractions. The results showed that the ethanol extraxt of aglaia elliptica and its fractions have inhibition effect againts HeLa Cell line with IC50 of 282.44 ppm,177.64 ppm, 16.03 ppm,211.77 ppm, 181.33 ppm. 181.33 for ethanol extracts ,n-hexane(Heal extract , ethyl acceate, buthanol,and water fractions respecively."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rozana
"Efavirenz merupakan obat anti HIV yang sukar larut dalam air dengan bioavailabilitas lebih kecil dari 45%. Kelarutan dan bioavailabilitas obat merupakan faktor penting yang mempengaruhi efektivitas terapetik. Saat ini nanoformulasi  menggunakan sistem penghantar berbasis nanopolimer banyak dikembangkan untuk meningkatkan kelarutan dan bioavailabilitas obat, salah satunya adalah kitosan yang merupakan polimer alami bersifat biokompatibel, biodegradabel dan non toksik.  Pada penelitian ini nanopartikel kitosan  sebagai sistem penghantar efavirenz dimodifikasi dengan fraksi etil asetat ekstrak daun mimba (Azadirachta indica) untuk meningkatkan sifat hidrofobik dan kapasitas pemuatan,  selanjutnya proses pemuatan efavirenz dilakukan dengan metode gelasi ionik  menggunakan tripolifosfat sebagai agen pengikat silang dengan bantuan tween 80 untuk mencegah penggumpalan. Berdasarkan optimasi proses sintesis, kondisi optimal diperoleh pada sintesis  nanopartikel yang menggunakan kitosan, ekstrak daun mimba, tween 80 dan tripolifosfat sebagai agen pengikat silang, dengan konsentrasi tween 80 0,321 mg/mL dispersan, rasio konsentrasi kitosan dan tripolifosfat 1:1, rasio konsentrasi kitosan dan efavirenz 1:1,5 yang mempunyai ukuran partikel dibawah 100 nm. Nanopartikel yang dihasilkan mempunyai efisiensi dan pemuatan sebesar 93,40% dan kapasitas pemuatan sebesar 39,92%, persen berat perolehan 91,06% dan nilai potensial zeta sebesar -42,1 mv. Hasil uji pelepasan efavirenz dalam media larutan dapar fosfat menunjukkan pelepasan maksimum pada pH 7,8 sebesar 63,93% hingga 48 jam, sedangkan dalam media larutan natrium dodesil sulfat 1% pelepasan efavirenz mencapai 90,74% hingga 24 jam. Studi spektra infra merah menunjukkan interaksi antara ekstrak daun mimba dan kitosan adalah interaksi kimia, sedangkan interaksi antara kitosan dan efavirenz adalah interaksi fisik.

Efavirenz is an anti-HIV drug with low solubility and variable bioavailability less than 45%. Solubility and bioavailability of the drug are important factors that influence therapeutic effectiveness. Nanoformulation using a nanopolymer-based delivery system is widely developed to improve the solubility and bioavailability of drugs, one of the extensively used is chitosan which is a natural polymer that is biocompatible, biodegradable and non toxic. In this study, chitosan nanoparticles as the delivery system of efavirenz were modified with the ethyl acetate fraction of mimba leaf extract (Azadirachta indica) to improve hydrophobic properties and loading capacity, then the process of loading efavirenz was carried out by ionic gelation using tripolyphosphate as a crosslinking agent and tween 80 to prevent aggregation. Based on the optimization of nanoparticle synthesis, the most satisfactory composition was obtained by nanoparticle using chitosan, neem leaf extract, tween 80 and tripolyphosphate, with tween 80 concentration 0.321 mg/mL dispersant, chitosan and tripolyphosphate concentration ratios 1: 1, chitosan and efavirenz concentration ratios 1: 1.5, because the drug nanoparticles size range was obtained as required for the nanoparticle drugs. The resulting nanoparticles have efficiency and loading capacity of 93.40% and 39,92%, practical yield percentage was 91.06%, zeta potential value was -42.1. Drug release test was carried out in vitro using paddle type dissolution test equipment in buffer phosphate solution media showed maximum drug release at pH 7.8 of 63.93% up to 48 hours, while in the medium a solution of 1% sodium dodecyl sulfate drug release reached 90.74% up to 24 hours. Thereafter, there was no further significant release seen. The FTIR spectral studies showed the interaction between mimba leaf extract and chitosan was chemical interaction, while interaction between efavirenz and chitosan was physical interaction."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T54272
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>