Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19048 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Soehario Padmodiwirio, 1921-2014
Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2002
899.232 SOE l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Gerald P.
Depok: Universitas Indonesia, 2005
S29110
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jamila Zuraida
"Sebuah kota pada umumnya memiliki nilai bersejarah, baik dari asal-usul kota tersebut atau sejarah perkembangannya. Sejarah ini tersimpan dalam suatu wadah arsitektur dimana wujud bangunannya juga sebagai saksi sejarah tersebut. Namun pada perkembangannya kini sebuah kota besar semarak dengan kemajuan pembangunannya, sehingga banyak bangunan tua bersejarah terancam punah atau bentuk dan fungsinya diganti hingga menjadi bangunan baru dengan pertimbangan kebutuhan ekonomis, sehingga nilai sejarahnya terancam hilang. Sedangkan pemerintahan kota telah tegas melarang perubahan ini dengan pertimbangan pemeliharaan nilai sejarah yang terkandung dalam bangunan tua tersebut, sehingga banyak terjadi pertentangan antara pertimbangan nilai sejarah & budaya dengan kepentingan ekonomi komersil. Pada masyarakat umum terdapat anggapan bangunan tua bersejarah tidak lagi berguna untuk ruang berkegiatan manusia terutama di era persaingan ekonomi sekarang ini, sehingga banyak yang tidak lagi memperdulikan cerita dibalik wujud arsitektur masa lalu tersebut. Permasalahan yang ada adalah saat ini hal tersebut menjadi suatu pertentangan yang akan terus terjadi, sebaiknya diciptakanlah sebuah keserasian antara nilai sejarah/budaya dengan nilai komersil ekonomis sehingga diantara keduanya dapat saling mendukung.
Dalam skripsi ini akan dibahas apakah dengan pemanfaatan kembali arsitektur dengan mengadakan perubahan fungsi yang lebih menekankan nilai komersilnya namun tetap mempertahankan wujud historis arsitekturnya dapat menjadi solusi dan bagaimana dampaknya terhadap bentuk arsitektur atau pada aspek non-arsitekturnya. Sebagai batasan skripsi ini akan membahas mengenai belanja sebagai salah satu bentuk kegiatan komersil menjadi pilihan dalam pemanfaatan kembali arsitektur masa lalu karena dipercaya dapat mendatangkan keuntungan besar bagi pemiliknya. Dengan adanya timbal balik dari segi ekonomi maka diharapkan pemilik atau masyarakat sekitar dapat ikut menjaga dan menyelamatkan wujud arsitektur masa lalu tersebut namun tetap dalam norma-norma yang telah ditetapkan dan kesesuaian bentuk dengan aturan arsitektur yang berlaku. Karena tentunya wadah untuk kegiatan belanja ini memiliki persyaratan desain yang telah menjadi tipologi bangunannya. Pertimbangan persyaratan ini penting untuk menilai kecocokkan bangunan masa lalu tersebut untuk menjadi sebuah wadah komersil kegiatan belanja. Sebuah wujud arsitektur masa lalu dapat tetap memberikan kontribusi keuntungan bagi masyarakat dengan tindakan pemanfaatan kembali yang mengikuti perkembangan zaman. Kedua kasus yang diangkat yaitu pada gedung museum Bank Indonesia dan gedung Ex-Imigrasi membuktikan bahwa BCB dapat menjadi tempat belanja tanpa mengurangi tujuan dari proses pelestarian.

In general, a city has a historical value that comes from its origin and/or its development record. The city?s historical values are preserved within an architectural means whereby the shape of the building could be the witness of a city?s historical period. However, these days a city?s growth means building development in which many old buildings are replaced by the new ones to fulfill the economics needs. As a result, their historical values are threatened. The government has forbid these changes to take place in order to maintain the historical values remain within those old buildings. Accordingly, a conflict happens between maintaining the historical and cultural values with commercial economic needs. In society, there is this idea that old buildings are not useful for human activities anymore especially in today?s economic competitive era. Therefore, many people do not care about the story behind those old buildings. This kind of problem would always happen and hence a harmonization should be created between a historical or cultural value with commercial economic needs so each of them could support the other.
This thesis would discuss whether adaptive use of heritage buildings by modifying its function to be more commercial but still maintain its historical values could solve the problem mentioned previously and how the impacts on the shape of the architecture or on the non-architectural aspects. This thesis would be limited to discuss shopping as one of commercial activities related to adaptive use of heritage buildings because it is believed that shopping could bring significant benefit for the owner. With this adjustment, it is expected that the society would preserve and maintain the shape of heritage buildings within norms that have been determined and the shape should be suitable with the architectural rules. This is because there are design requirements for shopping activities that have been the building?s typology. It is essential to consider those requirements in order to verify whether those heritage buildings are suitable for this type of commercial activities, which in this case is shopping. The heritage building still could bring benefits for society by adaptive use that appropriate with the era?s development. There are two cases discussed in this thesis. These are museum Bank Indonesia and old Immigration buildings. These cases demonstrated that heritage buildings could be the shopping area without reducing their conservation process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48411
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hadimulya Asmara
Depok: Universitas Indonesia, 2001
S31153
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Simamora, W.S.
"ABSTRAK
Untuk menilai fungsi korteks adrenal serta status sumbu adrenal-hipotalamus-hipofisis, yang lazim dilakukan ialah penetapan kadar kortisol total dalam serum atau kortisol dan metabolitnya dalam sampel urin 24 jam. Dalam darah, sebagian besar kortisol terikat dengan protein plasma, hanya sebagian kecil yang bebas. Penetapan kadar kortisol bebas dalam serum merupakan cara yang lebih tepat, karena aktivitas biologik terdapat pada fraksi ini. Akan tetapi, penetapan kortisol bebas dalam serum memerlukan waktu yang lebih lama sehingga tidak cocok untuk pemeriksaan rutin. Untuk mengatasi kendala tersebut, beberapa peneliti menggunakan air liur sebagai bahan penelitian. Dilaporkan bahwa perubahan kadar kortisol dalam darah, selalu berkaitan dengan kortisol air liur. Pengamatan Hiramatsu menunjukkan, bahwa antara kortisol total dan kortisol bebas dalam serum, demikian juga antara kortisol bebas dalam serum dan kortisol air liur terdapat korelasi yang baik.
Kortisol di dalam darah mudah berubah. Banyak faktor, seperti suhu dingin, radiasi oleh sinar X, kerja fisik, infeksi oleh kuman, hipoglikemia, takut, nyeri dan faktor psikologik yang lain dapat meningkatkan kadar kortisol darah. Kortisol total dalam darah, juga dipengaruhi oleh kadar protein pengikat yang juga berubah oleh pengaruh beberapa obat, termasuk estrogen dan pil KB. Kortisol bebas kurang dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.
Pemakaian air liur sebagai bahan untuk penetapan kadar kortisol lebih mudah dilaksanakan. Pengumpulan air liur lebih sederhana, noninvasif dan mudah diulang tanpa menimbulkan stres psikologis pada subjek yang diteliti. Konsentrasi kortisol air liur dapat diukur secara langsung, menggunakan "solid phase radioimmunoassay".
Tujuan penelitian ini ialah menentukan kadar kortisol dalam serum dan air liur dan kemudian membandingkannya dan melihat apakah antara keduanya terdapat korelasi linier. Apabila antara keduanya terdapat korelasi yang baik maka, air liur dapat digunakan sebagai bahan untuk penetapan.kadar kortisol.
Subjek yang digunakan pada penelitian ini adalah 36 mahasiswa PSIK-FKUI. Umur antara 20 - 37 tahun. Darah dan air liur dikumpulkan sekitar pukul 11 dan 14 WIB. Pengambilan darah dilakukan kira-kira 5 menit setelah air liur dikumpulkan. Air liur dan serum (yang dipisahkan dari -darah) disimpan pada suhu --20°C.Penetapan kadar .kortisol pada kedua sampel dilakukan dengan cara "solid.phase-RTA" menggunakan Kit RIA buatan DPC (Diagnostic Products Corporation). Prosedur dilakukan menurut petunjuk yang terdapat pada manual dalam 'Kit, kecuali sedikit modifikasi. Karena kadar kortisol dalam air liur sangat sedikit, perlu menggunakan kalibrator 0,25 dan 0,5 ug/dL. Kalibrator ini dapat diperoleh dari pengenceran kalibrator 1 ug/dL.
Kadar rata-rata kortisol -'dalam -serum-_dan air liur yang dikumpulkan pada pukul 11 WIB adalah, .berturut-turut 10,32 + 4,44 ug/dL dan 0,35 + 0,13 ug/dL dengan koefisien korelasi r = 0,32. Dalam serum dan air liur yang dikumpulkan pukul 14 WIB diperoleh, berturut-turut 7,79 + 3,16 ug/ dL dan 0,38 + 0,14 ug/dL dengan koefisien korelasi r=0,27. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa, antara kadar kortisol serum dan air liur tidak terdapat -korelasi. Namun, penelitian ini memperlihatkan bahwa kadar kortisol dalam air liur dapat diukur dengan "solid phase-RIA".
Masih diperlukan penelitian yang lebih lanjut untuk mengurangi faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi hasil penelitian.

ABSTRACT
To Correlate Serum And Salivary Cortisol ConcentrationIn order to assess the adrenal cortex function and the status of the adreno-hipotalamo-pituitary axis, determination of total cortisol concentration in serum: or cortisol and its metabolite in the 24 hours urine sample is usually performed. Cortisol in blood is largely bound -.to plasma protein and only a small amount is in unbound fraction. Since this fraction has the biological activity, the determination of the unbound cortisol would be a preferable tool for the assessment. However, the determination of free cortisol in serum is time-consuming, and it is unsuitable for routine laboratory work. To overcome this problem, some authors used saliva as the working sample. It was reported that the variation of cortisol in blood is constantly related to salivary cortisol. Hiramatsu observed that there is an excellent correlation between total and unbound cortisol in serum and, accordingly between unbound cortisol in serum and cortisol in saliva.
The cortisol in blood is easily changed. Many factors, such as exposure to cold or X-radiation, physical exercise, bacterial infection, hypoglycaemia, fear, pain and the other psychological stresses could increase blood cortisol level. The total cortisol in blood is also influenced by the concentration of binding protein, which is altered by some drugs, including estrogens and oral contraceptive. The free blood cortisol is less affected by such factors.
Using saliva as working sample for cortisol determination is more easy to-:,perform. Collection of saliva is simple, noninvasive and it can be repeated easily without psychological stress to the subject. The salivary cortisol concentration can be measured directly by the solid phase radioimmunoassay.
The aim of this work is to determine serum and salivary cortisol concentrations and to investigate if there is a linear correlation between the results. If the correlation-is excellence;- the saliva can be used as a working sample for cortisol measurement.
The subjects for our work were 36 students of PSIK-FK-UI. Aged 20 - 37 years. Blood and saliva were provided by the subjects at about 11 AM and 14 PM. Blood sample were drawn at about 5 minutes after salivary collection. The saliva and sera (separated from the blood sample) were stored at -200C. The cortisol concentration in both samples were measured by the solid phase-RIA method, using RIA Kit obtained from DPC (Diagnostic Products Corporation). The procedure was accomplished as directed by a manual supplied in the Kit, with some modification. Since the salivary cortisol concentration is very low, it is necessary to use 0,25 and 0,5 ug/dL calibrators. These calibrators can be sup-plied by dilution of 1 ug/dL calibrator.
The mean cortisol concentration in serum and saliva collected at 11 AM, we found 10,32 + 0,44 ug/dL and 0,35 + 0,13 ug/dL, respectively- and:its correlation coefficient r = 0,32. In serum and saliva, collected at 14 PM, we found 7,79 + 3,16 ug/dL and 0,38 + 0,14 ug/dL, respectively, and its correlation coefficient r = 0,27. In this work we found that there is no correlation between serum and salivary cortisol concentration. Nevertheless; it was shown in this work that the solid phase-radioimmunoassay method can be used to determine of salivary cortisol concentration.
Further investigation is still needed to minimize the factors that might be affecting our result.
"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Hario Kecik
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2002
899.2213 HAR l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hartopandri
"Kehamilan tidak diinginkan masih merupakan masalah di Indonesia. Kehamilan tidak diinginkan ini dapat mengakibatkan tindakan aborsi, dan kelahiran yang tidak diinginkan. Dari berbagai penelitian terdahulu, terdapat banyak faktor yang berhubungan dengan kehamilan tidak diinginkan, salah satunya adalah rendahnya pengetahuan ibu tentang masa subur wanita.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang masa subur wanita dengan kehamilan tidak diinginkan, serta faktor yang berkontribusi terhadap hubungan tersebut. Untuk mencapai tujuan ini desain yang digunakan adalah cross-sectional, dengan menggunakan data sekunder Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 1997. Sampel adalah semua ibu yang beusia 15 - 49 tahun, berstatus kawin, sedang hamil, dan tidak sedang menggunakan alat/cara kontrasepsi.
Hasil penelitian ini adalah 12,1 % kehamilan tidak diinginkan, 77,5 % tidak tahu kapan datangnya siklus masa subur wanita, 66,2 % tinggal didaerah pedesaan, 42 % bekerja, 58,7 % berpendidikan SD kebawah, 21,1 % mempunyai anak lebih dari 3 orang, 73,2 % menikah pertama kali pada usia kurang 20 tahun, 70,8 % tidak pernah terpapar dengan petugas KB, dan 61,2 % tidak pernah terpapar dengan bidan. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang sikus masa subur wanita dengan kehamilan yang tidak diinginkan (p=4,050). Hubungan pengetahuan ibu tentang siklus masa subur wanita dengan kehamilan tidak diinginkan tetap bermakna setelah dikontrol dengan variabel lain (p= 0,007; OR = 0,505; 95%CI= 0,308 - 0,828).

Correlation between Mother's Knowledge about Time of Ovulation Cycle with Unwanted Pregnancy (Data Analysis of SDKI, 1997)Unwanted pregnancy, which have problem in Indonesia. This is could be actions abortion, and unwanted birth, that have negative impact to women's health. Before the research's, could be some risk factor's with correlation unwanted pregnancy, one related factor to this issue is mother's knowledge about women's time of ovulation cycle.
The objective research is to find out the relationship between mothers knowledge about women's time of ovulation cycle with unwanted pregnancy, and another factors with contribution to this correlation. This research using design cross-sectional study, with using secondary data of Demography and Health Indonesia Survey at 1997. The sample are women 15-49 years old, married, pregnant, and not using contraceptive.
The results this research showed there is 12, 1 % unwanted pregnancy, 77,5 % don't know where the period of women's time of ovulation cycle came, 66,2 % living in rural area, 42 % working, 58,7 % educated below primary school, 21,1 % have more than 3 children, 73,2 % get age of first time married below 20 year old, 70,8 % not exposed to Family Planning officer, and 61,2 % not exposed to midwife. Bivariate analysis showed there is a significant relationship between mother's knowledge about women fertility cycle with unwanted pregnancy (p= 0,05). Multivariate analysis this relationship is so significant (p= 0,038; OR= 0,62; 95%CI 0,39 -0,97), after controlled by another variable, this relationship is still significant (p = 0,007; OR = 0,505; 95%CI = 0,308 - 0,828).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T2716
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rianti Wulandari
1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>