Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133445 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Anis Zukri
"Persaingan di antara industri jasa pelayanan kalibrasi saat ini semakin meningkat. Hal ini salah satu disebabkan adanya kebijakan pemerintah di bidang penerapan Sistem Standarisasi dan Pengawasan SNI, sehingga memberikan peluang kepada pihak lain di luar instansi pemerintah untuk lebih terlibat dalam penerapan Sistem Standarisasi tersebut. Pihak lain di luar instansi pemerintah misalnya Perusahaan-perusahaan milik pemerintah (BUMN) ataupun perusahaan swasta murni baik perusahaan dalam negeri ataupun luar negeri. Persaingan antar perusahaan-¬perusahaan tersebut ikut memperebutkan pasar yang sudah ada, sehingga produsen/pemberi jasa kalibrasi akan bersaing baik dalam harga maupun kualitas yang harus di berikan kepada pelanggan.
Di samping itu, makin meningkatnya pengetahuan dan tuntutan pembeli menyebabkan posisi pertawaran pembeli menjadi lebih kuat dibanding produsen. Hal ini menuntut produsen untuk terus berusaha mencari cara agar pembeli tetap masih bisa dipengaruhi. Salah satu cara untuk mempengaruhi pembeli dapat dilakukan dengan menerapkan strategi mute, yaitu membuat mutu produkljasa yang sesuai dengan harapan pembeli atau bahkan melebihi harapan pembeli, sehingga pembeli menjadi loyal dan tidak berpaling ke produsen lain.
Untuk dapat menghasilkan mutu produk/jasa yang memiliki daya saing, diperlukan suatu sistem untuk memenangkan persaingan. Perusahaan dituntut untuk memberikan kualitas pelayanan yang baik dan kepuasan kepada pembeli/pelanggan. Salah satu cara Balai Kalibrasi Dit. PPMB dalam memberikan pelayanan yang baik adalah dengan Sistem Manajemen Mutu yang saat ini banyak diadopsi adalah ISO 17025. Hal ini yang mendorong penulis untuk mengadakan penelitian mengetahui kualitas jasa pelayanan kalibrasi Balai Kalibrasi Dit. PPMB yang mengacu pada model SERVQUL-nya Zeithaml, Parasuraman dan Berry meliputi dimensi : reliability, assurance, tangible, emphaty serta responsiveness.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh kualitas pelayanan kalibrasi terhadap keunggulan daya saing. Penelitian dilakukan di Balai Kalibrasi Dit. PPMB Departemen Perdagangan Jakarta. Penelitan dilakukan dengan cara metode survey lapangan. Survey lapangan dilakukan untuk mengetahui persepsi pelanggan, yaitu dengan memberikan pertanyaan terstruktur (kuesioner) yang berkaitan dengan penilaian responden atas diterapkannya sistem pelayanan kalibrasi oleh Balai Kalibrasi Dit. PPMB yang berhubungan dengan penilaian terhadap kualitas pelayanan kalibrasi dan keunggulan daya saing.
Untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara kualitas pelayanan kalibrasi, keunggulan daya saing, dilakukan penelitian yang bersifat ekplanatif yaitu dengan menguji sainpai seberapa jauh pengaruh hubungan di antara variabel variabel tersebut. Pengujian pengaruh variabel kualitas pelayanan kalibrasi terhadap keunggulan daya saing digunakan analisis korelasi yang langsung diolah dengan Program Statistical Package for Social Science (SPSS 12.0) yang sudah terintegrasi pada komputer sehingga diperoleh koefisien korelasi dan pengujian signifikansi statistik.
Dari hasil pengolahan data secara statistik melalui proses komputasi mengenai pengaruh kualitas pelayanan kalibrasi terhadap keunggulan daya saing menghasilkan koefisien korelasi (R) sebesar 0,920 menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara kualitas pelayanan kalibrasi dengan keunggulan daya saing. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan kalibrasi berpengaruh secara signifikan terhadap terhadap keunggulan daya saing.

The competition among calibration service industries currently has increased. One of the reasons why it happens is the existence of the government policy in the implementation of SNI (Industrial National Standard) Standardization and Control System which makes it possible for other parties outside the government institutions to be more involved in the Standardization. System implementation. The examples of other parties outside the government institutions are state-owned companies (BUMN) or private companies, both domestic and international companies. The competition among companies has resulted in the struggle to penetrate the existing market; as a result, the producer/provider of calibration service will compete both in price and in quality which they offer to the customers.
In addition, the increasing buyer's knowledge and demand has caused their bargaining position to become stronger than the producer's. Consequently the producers have to do their best to find a way in order that the buyer can still be influenced. One way to influence buyer can be conducted by applying the quality strategy, that is to make the quality of the product/service match with or even exceeds the buyer's expectation; as a result the buyer becomes loyal and not switch to other producers.
To be able to produce competitive product/service quality, a system is required to win the competition. Companies are required to give good service quality and satisfaction to customers. One way that the Calibration Center - Directorate of Commodity Quality Supervision and Control can give good service is with Quality Management System, such as ISO 17025, which is currently adopted by many companies. It is for this reason that the writer conducts a research to discover the service quality of the Calibration Center - Directorate of Commodity Quality Supervision and Control, with reference to SERVQUL model of Zeithaml, Parasuraman and Berry, which covers the dimensions of reliability, assurance, tangible, empathy and responsiveness.
The objective of this research is to explain the effects of the quality of calibration service on the competitive advantage. The research is conducted at the Calibration Center - Directorate of Commodity Quality Supervision and Control, the Ministry of Trade, Jakarta. The research is conducted by means of field survey method. The field survey is conducted to find out the customer's perception, by giving structured questions (questionnaire) related to the respondent's evaluation on the implementation of the calibration service system by the Calibration Center - Directorate of Commodity Quality Supervision and Control, which is connected with the evaluation on the quality of calibration service and the competitive advantage.
To find out about the cause and effect relation between the quality of calibration service and the competitive advantage, a research is conducted which is explanative in larure. i.e. by testing the extent of the effect of the correlation between the variables. The testing of the effect of the variable of calibration service quality on the competitive advantage is conducted by means of the direct correlation analysis which is processed with the Program of Statistical Package for Social Science (SPSS 12.0) integrated with the computer so that the correlation coefficient is obtained and the statistical significance testing can be conducted.
From the result of the statistical data processing through the computation process on the effect of the quality of calibration service on the competitive advantage, the correlation coefficient (R) is obtained equal to 0.920 indicating the existence of strong correlation between the quality of calibration service and the competitive advantage. It shows that the quality of calibration service has a significant effect on the competitive advantage.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T21539
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Marga Anggraeni
"RINGKASAN EKSEKUTIF
Lebih dari 15 tahun PT Krakatau Steel telah menikmati fasilitas monopoli yang diberikan pemerintah baik dibidang pengadaan bahan baku maupun dibidang pemasaran. Pada awalnya fasilitas ini diberikan dengan alasan karena PTKS merupakan industri baja pertama dimana bahan bakunya yang berupa pellet dan Bijih besi hams diimpor dari luar negeri, sehingga diperlukan perlindungan dengan harapan daiam waktu tertentu sudah dapat menikmati keuntungan dan pada saat itu proteksi sedikit demi sedikit mulai dilepas.
Dalam kenyataannya PTKS masih terus mendapatkan proteksi sehingga tahun 1988 dengan alasan PTKS masih merupakan satu-satunya produsen baja didalam negeri karena adanya hambatan (Barrier to Entry) berupa investasi yang tinggi bagi pendatang bam untuk masuk daiam bisnis ini. Proteksi yang terus menerus ini membuat PTKS terlena dengan segala fasilitasnya, sehingga tidak lagi memperhatikan kemampuan untuk bersaing dipasar, karena tanpa hams memperhatikan kebutuhan dan keinginan pasar, konsumen dapat dipastikan akan membeli dari PTKS. Pada saat itu PTKS lebih banyak berorientasi pada produksi dan tidak memperhatikan aspek pemasarannya.
Adanya pembahan lingkungan usaha yang dipicu oleh Globalisasi dan Liberalisasi telah memaksa PTKS merubah pola bisnisnya untuk melepaskan ketergantungannya pa
meningkatkan daya saing industri hilir. Dengan keluarnya kebijaksanaan deregulasi telah menyebabkan meningkatnya jumlah produk impor yang masuk kepasar dalam negeri dan hal ini merupakan pukulan bagi PTKS karena tidak peraah terbayangkan oleh PTKS sebelumnya akan kehifangan pangsa pasar didalam negeri yang selama ini merupakan tempat pelemparan hasil produk dari PTKS. Disamping itu telah menjadikan pasar baja sebagai "Buyer Market" dan bukan lagi sebagai "Seller Market" seperti pada masa monopoli dulu.
Untuk dapat meningkat pangsa pasarnya atau minimal mempertahankannya, PTKS harus merubah strategi pemasarannya yang tadinya berorientasi pada produk keorientasi pemasaran. Perubahan ini harus diiringi oleh pengetahuan tentang kebutuhan dan keinginan dari konsumen, karena tanpa mengetahui "needs and wants" dari konsumen tidak mungkin untuk dapat memenangkan persaingan (pesaing disini adalah produk impor). Agar PTKS dapat memenangkan persaingan dikandang sendiri terutama melawan produk impor, maka diperlukan suatu strategi pemasaran yang jitu, yang dapat meningkatkan daya saingnya dimata konsumen. Melalui survey / penelitian Kepuasan pelanggan yang dilakukan minimal sekali dalam 1 tahun maka PTKS akan dapat mengetahui :
- Hasil kerja/performance PTKS dimata konsumennya selama ini.
- Apa yang telah dilakukan kompetitor terhadap konsumen sehmgga PTKS kalah bersaing, dengan kata lain konsumen lebih memilih membeli dari pesaing dari pada PTKS.
- Keinginan dan kebutuhan konsumen sehingga PTKS akan memberikan pelayanan yang dapat meningkatkan kepuasan tersendiri bagi konsumen.
11
- Mengetahui dengan pasti faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli, sehingga untuk memenangkan persaingan PTKS membedakan cara memberikan pelayanannya pada tiap segmen.
- Keunggulan serta kelemahan PTKS dalam melayani konsumennya, dan segera memperbaikinya untuk dapat memenangkan persaingan.
Dengan demikian hasil penelitian kepuasan pelanggan akan dapat memberikan gambaran tentang kekuatan serta kelemahan perusahaan, sehingga dengan adanya perubahan Hngkungan usaha yang disatu sisi dapat merupakan ancaman dan di sisi lain merupakan peluang, akan memudahkan perusahaan untuk menyusun strategi agar dapat memenangkan persaingan.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Bagus Parama Suastawa
"ABSTRAK
Semakin bergairahnya sektor telekomunikasi belakangan ini setelah cukup
terpuruk akibat adanya badai krisis membangkitkan pula industri-industri yang
menunjang sektor telekomunikasi tersebut.
Setelah keterpurukan akibat krisis tersebut lambat laun namun pasti sector telekomunikasi menunjukkan perkembangannya terutama untuk sektor telekomunikasi telepon selular. Hal ini ditandai dengan munculnya operator-operator selular baru yang ikut meramaikan persaingan di bisnis ini.
Kegairahan tersebut diikuti pula oleh industri-industri pendukungnya salah satunya adalah industri tower telekomunikasi. Hal ini disebabkan karena operator-operator tersebut dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang prima kepada para pelanggannya terutama dalam hal kualitas dan kapasitas jaringan, serta jangkauan layanan. Selain tuntutan dari pelanggan, para operator juga dituntut oleh pemerintah sebagai pemberi ijin operasi untuk dapat mencapai jangkauan nasional dalam jangka waktu tertentu. Dan jika hal itu tidak terpenuhi dian cam akan dicabut ijin operasinya.
Kegairahan tersebut dirasakan pula Oleh PT Bukaka Teknik Utama khususnya Unit Bisnis Towemya. Dengan melihat pasar tower yang semakin berkembang untuk beberapa tahun kedepan maka BUKAKA merasa perlu mengetahui kekurangan dan kelebihan yang ada selama ini untuk kemudian dapat menentukan strategi untuk dapat memenangkan persaingan.
Dengan alasan seperti tersebut diatas maka dirasa perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan BUKAKA selama ini dibandingkan dengan para pesaingnya, dalam hal ini diambil sebagai pembanding adalah PT Karunia Berea Indonesia (KBI) dan PT Kokoh Semesta (KOKOH). Pemilihan KBI dan KOKOH sebagai pembanding karena selama ini kedua perusahaan tersebutlah yang dianggap mempunyai kapasitas dan kapabilitas yang sama.
Dan dari hasil penelitian tersebut diharapkan dapat diketahui posisi relatif BUKAKA terhadap kedua perusahaan tersebut serta diharapkan pula dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan BUKAKA dibanding dengan pesaing untuk kemudian dapat diambil suatu langkah strategis untuk dapat memenangkan persaingan.
Metode yang digunakan dalam karya akhir ini adalah penelitian kepuasan pelanggan untuk produk Tower Telekomunikasi yang dihasilkan oleh PT Bukaka Teknik Utama dan melakukan pembahasan yang didasarkan pada teori-teori yang terkait dengan Customer Satisfaction. Penelitian ini dilakukan dengan survei langsung pada konsumen BUKAKA melalui wawancara/interview yang menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Daftar pertanyaan yang diajukan mencakup semua kriteria penilaian kineija suatu perusahaan, seperti halnya pelayanan, harga dan pembayaran, kualitas dan spesifikasi produk, delivery/pengiriman dan pelayanan purna jual.
Penelitian ini dibatasi pada produk tower telekomunikasi saja karena dari 3 produk utama yang dihasilkan Unit Bisnis Tower BUKAKA (tower transmisi/listrik, tower broadcast) temyata kedua jenis produk tersebut mempunyai segmentasi pasar atau pengguna dan pesaing yang sangat berbeda, sehingga sulit untuk dibandingkan. Untuk itu hanya dibatasi pada tower telekomunikasi yang cenderung mempunyai pasar dan pesaing yang relatif lebih banyak, maka dalam penyebaran kuesioner dibatasi pada konsumen yang melakukan pembelian tower telekomunikasi saja.
Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwasannya pesamg utama
BUKAKA adalah KBI dan KOKOH, dimana sebesar 20% dari responden melakukan
pembelian juga ke KBI dan 15% dari responden melakukan pembelian juga ke
KOKOH.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulakan mengenai penilaian konsumen
terhadap hasil kinerja BUKAKA dibandingkan dengan KBI dan KOKOH. Secara
umum dapat dikatakan bahwa kinerja BUKAKA memang masih dibawah kinerja KBI
namun dengan KOKOH, BUKAKA masih lebih unggul.
Beberapa hal yang perlu dicatat dari hasil penelitian ini sebagai kekuatan adalah
kemudahan menghubungi marketing dan mendapat informasi mengenai produk,
penetapan harga yang cukup bersaing dengan harga kompetitor sekelas, dan pelayanan
puma jual terutama dukungan teknisnya. Dan sebagai kelemahan adalah ketidak tepatan
dalam waktu pengiriman barang, jangka waktu (lead time) pengiriman yang masih
lama, kualitas produk yang masih kurang konsisten, kualitas galvanize,
ketersediaan!kelengkapan produk
Hasil penelitian ini juga memberikan beberapa implikasi pemasaran bagi
manajemen BUKAKA. Posisi BUKAKA dalam bersaing dipasar domestik masih cukup
kuat, karena didalam negeri BUKAKA masih merupakan yang terbesar ditunjang
dengan tidak adanya barang subtitusi dan adanya hambatan untuk masuk sebagai
pendatang baru dalam industri ini. Posisi bisnis BUKAKA ada pada posisi "Support an
Aggressive Strategy", untuk itu strategi pemasaran yang sesuai adalah dengan menjual
produk yang ada pada pasar barn ( ekspansi pasar).
"
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Agung Handayani
"ABSTRAK
Persaingan dalam industri otomotif menjadi semakin ketat, hal ini terlihat dari
usaha yang dilakukan oleh para ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merck) dan lmportir
Umum (lU) dalam mengembangkan produk lokal yang sudah ada di pasar juga dalam
meluncurkan mobil-mobil baru baik yang dirakit di Indonesia maupun diimpor Iangsung
dari luar negeri.
Persaingan industri otomotif yang ketat ini juga sangat dipengaruhi oleh kebijakan
pemerintah yang sangat fundamental yaitu yang berkaitan dengan dikeluarkannya
keputusan penurunan tarif bea masuk (BM) dan Pajak Barang Mewah (PPnBM) bagi
impor mobil dalam kondisi (Completly Built Up (CBU) dan Completely Knock Down
(CKD). Selain itu juga dilakukan perubahan kebijakan mengenai tata niaga impor
kendaraan bermotor dimana impor otomotif CBU diserahkan ke Importir Umum (lU)
tidak lagi kepada Importir Produsen (IP) atau ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek).
Kebijakan pemerintah lainnya juga termasuk penurunan tarif bea masuk mengenai
penurunan tarif bea masuk untuk komponen kendaraan bermotor.
Kebijakan lain yang membuat persaingan dalam industri otomotif menjadi
semakin kuat adalah dengan diberlakukannya Undang-undang Perlindungan konsumen
No. 8 tahun 1999 sejak 20 April 2000, yang mengatur hak dan kewajiban konsumen dan
produsen. Kebijakan ini menuntut dunia usaha, termasuk pelaku bisnis otomotif untuk
dapat menyajikan kualitas produk dan pelayanan yang profesional kepada konsumen.
PT Toyota-Astra Motor sebagai salah satu perusahaan otomotif hasil kerjasama
PT Astra-International Tbk. dan Toyota-Motor Corporation (TMC), yang memiliki
lingkup usaba bukan hanya rnemproduksi mobil-mobil merek Toyota di Indonesia,
melainkan sebagai pemegang lisensi, ímportir, perakit dan distributor kendaraan
bermotor bermerek Toyota, juga sebagai pembuat mesin dan pengekspor komponen dan
kendaraan Toyota. Komitmen yang tinggi untuk memberikan kualitas pelayanan yang
terbaik kepada pelanggan tertuang dalam Toyota Quality Service (TQS) sebagai konsep
Toyota yang diterapkan selama ini untuk memberikan kualitas produk, kualitas jaringan
pemasaran, kualitas layanan purna jual yang terbaik dan selalu berorientasi kepada
kepuasan pelanggan.
Sebagai usaha dalam mempertahankan pelanggannya, maka pengetahuan
mengenai kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan Toyota merupakan suatu hal yang
sangat penting karena kepuasan pelanggan pada akhimya akan membawa pada loyalitas
terhadap merek brand (Brand Loyalty) yang memberikan keuntungan jangka panjang
pada perusahaan.
Dari hasil penelitian ini kemudian dapat disimpulkan bahwa:
Pertama, terdapat 3 alasan utama pelanggan memilih Toyota sebagai kendaraaan barunya
yaitu performa/penampilan produk, mutu dan ketahanan produk, dan kemudahan
mendapatkan suku cadang.
Kedua, terdapat 23 elemen kepuasan pelanggan yang díberikan oleb Toyota pada saat
kepemilikan kendaraan baru yang dikelompokan menjadi 5 kategoni kepuasan
pelanggan yaitu ruang pamer (showroom), proses pembelian, proses penyerahan
kendaraan, aktivitas tindak lanjut dan tentang Toyota baru Anda.
Ketiga, dari 23 elemen kepuasan pelanggan tersebut masalah ketepatan janji wiraniaga
tentang proses penyerahan kendaraan, ketepatan penyerahan kendaraan, dan
kemudahan dalam proses pembelian merupakan hal yang sangat penting bagi
pelanggan.
Keempat, terdapat tiga nilai rata-rata kepuasan tertinggi adalah kepuasan terhadap produk
itu sendiri yang meliputi kepuasan terhadap peralatan mekanik, kondisi bagian
luar kendaraan dan bagian dalam kendaraan.
Kelima, tiga nilai rata-rata terendah menunjukkan ketidakpuasan pelanggan terhadap
ketepatan janji wiraniaga tentang proses penyerahan kendaraan, ketepatan
penyerahan kendaraan, dan kemudahan dalam proses pembelian.
Keenam, 71 % pelanggan kendaraan baru Toyota merasa cukup puas karena
ditindaklanjuti oleh wiraniaga Toyota 1 minggu setelah kendaraan diserahkan
kepada pelanggan.
Ketujuh, 56.5 % pelanggan pasti merekomendasikan kendaraan Toyota kepada teman
teman, sahabat, kerabat dan keluarga pelanggan.
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T2915
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niftira Jalanti Hanif
"Kualitas yang buruk ternyata menimbulkan biaya yang besar. Berdasarkan kenyataan tersebut, perusahaan mulai merasakan pentingnya untuk mengevaluasi quality cost. Sebagian besar perusahaan mengelompokkan quality cost ke dalam empat kategori besar, yaitu: internal failure cost, external failure cost, prevention cost dan appraisal cost. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan quality cost merupakan hal yang sulit, karena sistim akuntansi yang ada belum memungkinkan untuk menelusuri quality cost secara langsung. Oleh karena itu hams dilakukan estimasi dan perlu dukungan dari semua pihak di dalam perusahaan. Pada PT. Waskita Karya Cabang IV, penghitungan dan pengevaluasian quality cost akan lebih bermanfaat bila dilakukan per proyek, karena setiap proyek memiliki karakteristik khusus. Penulis menyarankan agar disusun anggaran quality cost sebelum proyek dimulai, dan membuat quality cost report secara periodik, agar dapat meningkatkan perencanaan dan pengendalian terhadap biaya yang harus dikeluarkan, untuk memperoleh kualitas yang di inginkan. Dengan pengendalian quality cost yang baik, perusahaan dapat menekan biaya yang harus dikeluarkan dan mengendalikan kualitas basil pekerjaannya, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing perusahaan. Satu hal yang hams diingat adalah bahwa quality cost bukanlah merupakan langkah strategis untuk mengatasi masalah kualitas. Quality cost hanya merupakan alat manajemen untuk melakukan pengukuran dan penganalisaan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S18890
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veithzal Rivai Zainal
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008
658.312 5 PER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Veithzal Rivai Zainal
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005
658.312 RIV p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ronny Antonius Rusli
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S18989
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>