Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163279 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Adi Wibowo
"Hujan sangat besar artinya bagi masyarakat Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat petani. Kegiatan pertanian sangat bergantung pada ketersediaan air. Ketersediaan air bagi usaha pertanian sederhana bersumber dad hujan. Lamanya musim hujan akan mempengaruhi ketersediaan air. Pada gilirannya kelangsungan usaha pertanian tergantung pada keberadaan hujan. Jumlah hujan tidak begitu penting, hujan rata-rata umumnya cukup banyak. Namun yang penting bagi mereka adalah kapan musim hujan tiba dan berapa lamanya musim hujan.
Sehubungan dengan itu, usaha-usaha untuk menentukan permulaan datangnya musim hujan dan permulaan datangnnya musim kemarau atau akhir dan musim hujan sangat berarti bagi usaha pertanian. Usaha untuk menentukan mulainya musim hujan dan musim kemarau di Pulau Jawa telah dilakukan oleh de Boer, Schmidt dan van der Vecht yang sedikit berbeda antara satu dengan yang lain.
Pulau Madura telah dilakukan penelitian, tetapi belum seutuhnya. Juga mengingat persyaratan yang dipilih Sandy untuk Pulau Bali yaitu daerahnya tidak luas, unsur-unsur pengendali iklim, seperti topografi sederhana, tutupan titik-titik pengamat hujan cukup merata, dan variasi jumlah hujan cukup lengkap, dari yang rendah hingga yang tinggi. Untuk itu dilakukan penelitian kapan awal, akhir dan berapa lamanya musim hujan di Pulau Madura. Masatahnya adalah; Kapan dan di mana awal musim hujan dan akhir musim hujan di Pulau Madura serta berapa lamanya musim hujan di Pulau Madura, dan bagaimana pola awal musim hujan, akhir musim hujan dan lamanya musim hujan di Pulau Madura?.
Hasil dari penelitian tentang musim hujan di Pulau Madura adalah : Awal musim hujan di Pulau Madura adalah sepuluh had pertama November (1 November), sepuluh had kedua November (2 November), sepuluh had ketiga November (3 November), sepuluh had pertama Desember (1 Desember) dan sepuluh had kedua Desemben (2 Desember). PoIa awal musim hujan di Pulau Madura adalah bagian barat Pulau Madura mendapatkan awal musim hujan lebih dulu dibandingkan dengan bagian yang Iebih ke timur dad Pulau Madura; Akhir musim hujan di Pulau Madura adalah sepuluh had pertama Mei (1 Mei), sepuluh had pertama Juni (1 Juni), dan sepuluh had pertama Juli (1 Juli). Pola akhir musim hujan di Pulau Madura adalah bagian barat Pulau Madura akhir musim hujannya Iebih lambat dari bagian yang lebih ke timur dad Pulau Madura; Lamanya musim hujan di Pulau Madura adalah kurang 150 had (15 dasarian), antara 150 had - 180 had (15 dasarian - 18 dasarian), dan lebih dan 180 had (18 dasarian). Pola lamanya musim hujan di Pulau Madura adalah bagian barat Pulau Madura Iebih lama musim hujannya di bandingkan bagian yang Iebih timur dari Pulau Madura; Pola dan awal, akhir, dan lamanya musim hujan di Pulau Madura mengikuti pola umum curah hujan di Indonesia yaitu tempat yang terletak di sebelah Barat musim hujannya datang lebih dulu dari pada tempat yang Ietaknya lebih ke Timur, pada pulau-pulau dengan rezim barat."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daiman
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S33839
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jaumil D. P. Putra
"
ABSTRAK
Pola curah hujan di Indonesia dapat dikatakan bahwa pantai barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan selalu lebih banyak dari pantai timur. Saat mulai hujan bergeser dari barat ke timur. Hujan merupakan sumber ketersediaan air bagi usaha pertanian sawah sederhana. Pada gilirannya kelangsungan usaha pertanian sawah tergantung pada keberadaan hujan. Jumlah hujan tidak begitu penting, hujan rata-rata umumnya sangat banyak. Namun yang penting bagi mereka adalah kapan musim hujan tiba dan berapa 1amanyamusim hujan. Usaha untuk menentukan mulainya musim hujan di Pulau Jawa telah dilakukan oleh de Boer.
Masalah yang dibahas dalam penelitian mi adalah Kapan permulaan datangnya musim hujan di Pantai Utara Jawa antara Rembang dan Tuban?, Apakah ada perbedaan waktu petani turun ke sawah clan bagaimana hubungannya dengan pola awal musim hujan antara Rembang dan Tuban?
Wilayah penelitian adalah Kabupaten Rembang di Propinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Tuban di Propinsi Jawa Timur. Kriteria permulaan datangnya musim hujan menggunakan kriteria de Boer, yaitu satu bulan dibagi tiga (1,2,3) masing-masing 10 han. Data yang digunakan adalah data curah hujan tahunan untuk mengetahui fluktuasi di bulan apa awal musim hujan dan data curah hujan harian untuk mengetahui di 10 hari keberapa awal musim hujan di bulan tersebut pada tiap stasiun pengamatan hujan dari tahun 1987 - 1996. Stasiun pengamat hujan yang digunakan adalah stasiun yang masih berfungsi dan datanya dicatat secara konsisten dari tahun 1987 - 1996 oleh Badan Meteorologi dan Geofisika Departemen Perhubungan Republik Indonesia. Wilayah awal musim hujan adalah tempattempat yang mempunyai awal musim hujan yang sama. Pola awal musim hujan adalah pola yang menggambarkan wilayah awal musim hujan. Awal musim tanam padi adalah pertama kali petani turun ke sawah untuk mengolah tanah pertanian. Wilayah awal musim tanam padi adaith tempat-tempat yang mempunyai awal musim tanam padi yang sama.Pola awal musim tanam padi adalah pola yang menggambarkan wilayah awal musim tanam padi. Petani yang dimaksud dalam penelitian mi adalah orang yang mata pencahariannya bercocok ta.nam/mengusahakan tanah (Poerwadarminta, 1976). Sawah tadah hujan adalah sebidang tanah yang secara periodik atau terus menerus ditumbuhi padi dan dicirikan dengan ketergantungannya pada ketersediaan air permukaan dari hadirnya hujan sebagai sarana pertumbuhan padi.
Untuk menjawab masalah dilakukan perhitungan dengan menggunakan kritenia de Boer dan survei lapang.Adapun dan pembahasan yang telah dilakukan diperoleh ningkasan: Jumlah curah hujan rata-rata per tahun dan tahun 1987 - 1996 di Kabupaten Rembang dan Kabupaten Tuban adalah berkisar antara 1200 - 2 ,000 mm. Jumlah curah hujan rata-rata pertahun tertinggi adalah pada tahun 1989 sebesar 1985 mm dan terendah pada tahun 1994 sebesar 1233 mm.
Awal musim hujan di Kabupaten Rembang dan Kabupaten Tuban adalah 6 - 15 November sebagai sepuluh hari pertama November, 16 - 25 November sebagai sepuluh hari kedua November, 26 November - 5 Desember sebagai sepuluh hari ketiga November, 6 - 15 Desember sebagai sepuluh hari pertama Desember dan 16 - 25 Desember sebagai sepuluh hari kedua Desemben. Pola awal musim hujan di Kabupaten Rembang dan Kabupaten Tuban adaiah di sebelah timur datangnya awal musim hujan makin lambat, sebaliknya di sebelah barat datangnya awal musim hujan makin cepat.
Pola awal musim hujan di Kabupaten Rembang dan Kabupaten Tuban mengikuti pola umum curah hujan di Indonesia, yaitu tempat yang terletak di sebelah barat musim hujannya datang lebih dulu dan pada tempat yang letaknya Iebih ke timur, pada pulaupulau dengan rezim barat.
Pola awal musim tanam padi di Kabupaten Rembang dan Kabupaten Tuban mengikuti pola awal musim hujan di wilayah penelitian yaitu sebelah barat wilayah penelitian awal musim tanam padinya lebih dulu dibandingkan sebelah tengah maupun timur wilayah penelitian. Dapat disimpulkan bahwa semakin ke arah barat maka awal musim hujan dan awal musim tanam padi semakin awal mulainya.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Cabai merupakan sayuran dari famili solanaceae yang memiliki bnyak kegunaan, antara lain sebagai bumbu masak dan bahan ramuan obat-obatan . Dalam bidang farmasi , bahan obat yang berasal dari cabai besar (Capsicum annum L), disebut Capsicum fructus, sedangkan bahan obat yang berasal dari cabai rawit (Capsicum fructescens) disebut Capsici frutescentis fructus (Pitojo 2003)...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
A.L.B. Kusbagio
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S28243
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laju Gandharum
"Hujan sangat penting artlnya bagi masyarakat Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat petanL Ketersediaan air bagi usaha pertanian tradisional bersumber dari air hujan. Sehingga kelangsungan usaha pertanian tesebut tergantung pada keberadaan hujan. Di Indonesia terutama wilayah Indonesia bagian Barat jumlah hujan rata-rata cukup banyak, tetapi yang sering menjadi pertanyaan bagi petani adalah "kapan musim hujan itu tiba?".
Sehubungan dengan hal di atas maka masalah yang di kemukakan adalah sebagai berikut 1) Bagaimana pola permulaan datangnya musim hujan clan awal tanam padi sawah tadah hujan di DAK Brantas? 2) Bagaimana hubungan antara datangnya musim hujan clan waktu tanam padi sawah tadah hujan di DAK Brantas?
Metode yang digunakan dalam menjawab pertanyaan di atas adaiah :
1) Menghitung awal musim hujan dengan cara de Boer untuk setiap stasiun dari tiga bulan basah (CH ^t 200 mm) pertama yang diperkirakan sebagai permulaan musim hujan. Yaltu dengan cara satu bulan pada bulan basah tersebut dibagi menjadi 3 (tiga) dasarian 10 hari pertama, 10 hari kedua clan 10 hari ketiga. Jika 10 tari pertama pada bulan basah tersebut curah hujannya telah mencapai minimal 50 mm, maka 10 hari pertama tersebut dinyatakan sebagai awal musim hujan. Data curah hujan yang digunakan adalah data curah hujan harlan dari tahun 1991 sampal tahun 1995 pada 47 stasiun yang tersebar di DAK Brantas bersumber dari Perum Jasa Tirta Malang dan BMG Jawa Timur. Setelah awal musim didapat maka dibuat peta pola awat musim hujannya.
2) Menentukan awal tanam padi dilakukan dengan survei lapang pada wilayah sampel sesuai pola awal musim hujannya di beberapa wilayah sawah tadah hujan di DAK Brantas, menggunakan GPS handheld sebagai alat penentu posisi global di bumi clan metode tanya jawab dengan petani. Sawah yang diteliti adalah jenis sawah tadah hujan. Dari survel didapat kapan awal tanam padi pada masing-masing wilayah sawah di DAK Brantas, kemudian dibuat peta pola awal tanam padinya.
3) mengkorelasikan antara permulaan musim hujan dengan permulaan tanam padi dengan cara menampalkan antara peta pola awal musim hujan dengan peta pola awal tanam padi di DAK Brantas.
Hasil penelitian tentang musim hujan clan waktu tanam padi di DAK Brantas ml sebagal berikut: Awal musim hujan di DAK Brantas pada tahun 1991 - 1995 dimulai pada 10 hari ketiga Oktober (0 III), 10 hari pertama November (N I), 10 harm kedua November (N II), dan 10 hari ketiga November (N III). Pola awal musim hujannya sebagai berikut; bagian Barat clan Selatan dari DAK Brantas datangnya musim hujan lebih awal dibandingkan dengan bagian Tengah, Utara dan Timur-nya.
Awal tanam padi pada jenis sawah tadah hujan di DAK Brantas di mulai pada 10 han pertama November (N I), 10 hari kedua November (N II) clan 10 had ketigà November (N III). Dan pola awal tanam padmnya adalah sebagai benikut ; wilayah sawah-sawah tadah hujan yang terletak di bagian Barat Daya dan Tengah DAK Brantas tanam padinya Iebih awal dibandingkan wilayah Timur Laut-nya.
Ditinjau dari sisi waktu maka ada hubungan yang kuat antara awal musim hujan dan awal tanam padi di DAK Brantas, dimana pada sawah tadah hujan jika musim hujan telah tiba maka para petani memuiai tanarn :padi, atau dapat dikatakan awal tanam padi mengikuti awal datangnnya musim hujan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S33824
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Brellian Pratama
"Penurunan produktivitas tanah akibat penggunaan pupuk kimia berlebih menjadi permasalahan umum yang terjadi pada tanah marginal. Pertanian cabai rawit (Capsicum frutescens L.) menjadi salah satu sektor pertanian yang sangat berpengaruh terhadap roda perekonomian di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengoptimalkan penggunaan pupuk kimia dalam mendukung pertumbuhan cabai rawit yang diinokulasikan fungi mikoriza arbuskular Funneliformis mosseae. Parameter pengujian meliputi kimia edafik tanah, agronomi tanaman, kejadian penyakit tanaman, kolonisasi mikoriza, biokimia tanah, sporulasi fungi mikoriza, hingga kelimpahan bakteri pelarut fosfat dan penambat nitrogen di tanah. Hasil menunjukkan adanya beda nyata dalam peningkatan biomassa tanaman cabai rawit yang diinokulasi dengan F. mosseae di berbagai dosis pupuk fosfat dan urea. Hasil analisis statistik DMRT menunjukkan kolonisasi fungi mikoriza F. mosseae berpengaruh dalam mendukung pertumbuhan tanaman cabai pada tanah defisiensi unsur hara nitrogen. Fungi Funneliformis mosseae mampu mereduksi kejadian penyakit cabai rawit di berbagai dosis pupuk fosfat dan urea. Aktivitas enzim fosfatase dan mikroba total di tanah meningkat pada tanaman cabai rawit yang diinokulasi F. mosseae. Asosiasi F. mosseae dengan tanaman cabai rawit memberikan pengaruh positif terhadap populasi mikroba penambat nitrogen dan pelarut fosfat di tanah. Pemberian fungi F. mosseae dapat menekan penggunaan pupuk fosfat sebesar 75% serta memberikan hasil terbaik pada dosis normal pupuk urea. Fungi F. mosseae dapat menekan penggunaan pupuk kimia dan mendukung pertanian cabai rawit yang berkelanjutan.

Excessive use of chemical fertilizers results in a decrease in soil fertility, a common problem in marginal soils. Chili (Capsicum frutescens L.) farming is one of Indonesia’s most important agricultural industries. The research aimed to optimize the use of chemical fertilizers to support the growth of chili inoculated with arbuscular mycorrhizal fungi Funneliformis mosseae. Soil edaphic chemistry, plant agronomy, plant disease incidence, mycorrhizal colonization, soil biochemistry, mycorrhizal fungi sporulation, and the colony of phosphate solubilizing and nitrogen-fixing bacteria in the soil also were included in the test parameters. The results revealed that the increase in plant biomass of chili inoculated with F. mosseae was significantly different regardless of the amount of phosphate and urea fertilizer applied. The mycorrhizal fungi colonization of F. mosseae was successful in supporting the growth of chili plants in nitrogen-deficient soils, according to the results of DMRT statistical analysis. At various phosphate and urea fertilizer dosages, the F. mosseae fungi reduced the incidence of chili disease. When chili plants were inoculated with F. mosseae, phosphatase enzyme activity and total microorganisms in the soil increased. The presence of F. mosseae in the soil increases the population of nitrogen-fixing and phosphate-solubilizing bacteria. Funneliformis mosseae fungi can reduce the use of phosphate fertilizers by up to 75% while producing the highest performance with standard urea fertilizer dosages. The F. mosseae fungi can help the farmers cultivate chilis more sustainably by reducing the consumption of chemical fertilizers.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>