Ditemukan 33986 dokumen yang sesuai dengan query
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Budi Sudarsono
Jakarta: BATAN, 2011
621.31 BUD p
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
600 JSTI 14:2 (2012)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Pembangkit Listrik Tenaga Surya Termal (PLTST), meskipun bila dibandingkan denganpembangkit termal jenis lainnya termasuk pembangkit berskala kecil, namun PLTST tidak memerlukan bahan bakar. Dengan teknologi konversi melalui kolektor surya, panas energi surya yang terkumpul mampu mencapai temperatiir 160°C pada tekanan udara luar 1 atm. Untuk selanjutnya energi surya tersebut dikonversikan menjadi energi listrik. Proses konversmya sendiri mengikuti siklus tertutiip Rankine, sehingga PLTST menjadi ramah lingkungan, karena tak ada gas buang atau emisi yang dihasilkan. Dengan demikian PLTST dapat diterapkan di setiap tempat di permukaan bumi ini. Akan tetapi pengoperasiannya sangat tergantung pada cuaca dan ikiim sehingga diperlukan sumber panas atau teknologi lain yang harus diterapkan secara terpadu."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
03 Uto s-4
UI - Laporan Penelitian Universitas Indonesia Library
Faizal Zul Ardhi
"Penggunaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui sudah mulai mengkhawatirkan. Pemerintah mulai menghimbau masyarakat untuk menggunakan sumber energi yang dapat diperbaharui, salah satunya yaitu energi matahari. Seiring waktu semakin banyak orang yang menggunakan alat yang dapat mengkonversi energi yang berasal dari matahari menjadi energi listrik yang dinamakan panel surya. Namun ketersedian energi matahari terbatas hanya pada siang hari, maka dibutuhkan suatu alat yang dapat menyimpan energi pada baterai. Oleh sebab itu di rancang sebuah alat yang dapat mengisi energi listrik ke dalam baterai yang bersumber dari energi matahari agar energi listrik tersebut dapat dimanfaatkan pada malam hari. Dalam perancangannya, digunakan mikrokontroler ATmega16 yang memiliki PWM ( Pulse Width Modulation ) untuk digunakan sebagai sinyal pengisian energi listrik ke dalam baterai. Alat ini di rancang pula untuk dapat mengatur dari sumber energi listrik baterai atau energi listrik yang dihasilkan oleh panel surya yang akan digunakan oleh beban.
The use of natural resources that can not be updated already started worrying. Government began to urge people to use renewable energy sources, one of which is solar energy. Over time more and more people are using tools that can convert energy from the sun into electrical energy called solar panels. However, limited availability of solar energy during the day, it takes a device that can store energy in batteries. Therefore, in designing a device that can charge electric energy into the battery that comes from solar energy to electrical energy can be utilized at night. In its design, use atmega16 microcontroller which has a PWM (Pulse Width Modulation) for use as a charging signal of electrical energy into the battery. This tool is designed also to be able to adjust from the battery source of electrical energy or electrical energy generated by solar panels that will be used by the load. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S996
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Wenty Eka Septia
"Skripsi ini mempelajari dampak lingkungan dari penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang diyakini tidak menghasilkan emisi selama memproduksi listrik. Metode Life Cycle Assessment (LCA) digunakan untuk menghitung dampak lingkungan dari sistem PLTS off grid menggunakan back-up (menggunakan baterai) dan sistem on-grid tanpa baterai. Emisi yang dipancarkan oleh PLTS dibandingkan dengan tiga pembangkit listrik bertenaga konvensional batubara, diesel, dan gas. Hasil penelitian menyebutkan baterai memberikan kontribusi terbesar terhadap potensi dampak lingkungan. Energy Pay Back time (EPBT) sistem PLTS adalah 1,64 tahun. Rekomendasi untuk perbaikan profil lingkungan dari sistem PLTS juga dibahas.
In this study the environmental impacts of photovoltaic solar energy systems which is believed has zero emission while generating electricity are investigated. Using Life Cycle Assessment (LCA) the environmental impacts of Solar Off Grid with back-up systems (using battery) are compared to On-Grid system without battery. Emissions emitted by Photovoltaic systems are also compared with three conventional supply options namely coal, fuel dan LNG gas power supply. Study results show that batteries give the biggest contribution to potential environmental impact. Energy Pay Back Time (EPBT) of photovoltaic system is 1.64 years. Recommendation for improvement of the environmental profile of photovoltaicsystems are also investigated."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1993
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S36961
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Donal Daniel
Jakarta: Pusat Riset Teknologi Kelautan, 2004
621.38 DON w
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
"Angin adalah wujud energi yang paling tua, cian pada saat yang sama, angin merupakan wujud energi yang paling baru. Angin selalu ada dan terjadi di manapun, meskipun tak kasatmata. Awal pemanfaatann~ pada rakit atau perahu yang menggunakan layar segi empat yang masih sederhana. Begitu orang menyadari akan manfaat kekuatan angin, maka mereka dengan cepat mengambil manfaat dari sumber energi gratis ini dengan membuat berbagai jenis kapallayar sesuai dengan keperluannya, dari kapal dagang Phoenicia, kapal layar Romawi untuk perang, kapal barang Yunani, dari kapal layar Scandinavia yang panjang sampai perahu atau kapal layar modern untuk kesenangan di jaman sekarang. Selama ribuan tahun orang menempuh perjalanan melalui laut tanpa menimbulkan baik polusi udara maupun polusi perairan. Kincir angin di negeri Belanda yang terkenal itu menggunakan energi angin bukan untuk perjalanan atau pelayaran di laut tetapi untuk irigasi dan untuk maksud penggilingan tepung. Sebagaimana alat yang dapat berputar, kincir angin mampu untuk menyesuaikan dirt dengan perkembangan teknologi modern. Manusia memerlukan tenaga listrik untuk menerangi rumah dan menggunakannya untuk peralatan listrik dan elektronik. Kincir angin dapat juga menghasilkan tenaga listrik bila dihubungkan dengan generator listrik. Biaya produksi dengan sistem tenaga angin dewasa ini masih cukup tinggi dan harus diusahakan untuk menekan biaya produksinya agar lebih rendah. Suatu sistem listrik tenaga angin masih harus dikembangkan lagi agar dapat bersaing dengan sistem tenaga listrik komersial. Pembangkitan listrik tenaga angin untuk pribadi, bagi yang mampu, akan sangat menguntungkan karena hampir tidak memerlukan pemeliharaan, sedang sumber energi angin tersedia gratis. Tetapi jumlah orang yang mampu persentasenya kecil dibanding dengan populasi seluruh penduduk di tingkungannya. Yang diperlukan adalah sistem listrik tenaga angin yang lebih besar dan dapat dihubunglcon ke jaringan tistrik komersial lokal. Di beberapa tempat seperti California di Amerika dan di Eropa telah dilakukan meskipun be{um berskala besar dan tidak secara komersial penuh. Tulisan ini dibuat dengan maksud untuk lebth memperhatikan pengjunaan tenaga angin, khususnya untuk pembangkit tenaga listrik. Apakah hal tersebut mungkin dan layak untuk dikembangkan di Indonesia?"
537 JIEK 1:1 (2008)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Amien Rahardjo
[Date of publication not identified]
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian Universitas Indonesia Library