Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33046 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Universitas Indonesia, 2005
S31370
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Akhmad Sarbini
"Wilayah daratan Indonesia cukup Iuas, sekitar l88,2 juta Ha dengan lebih dari 65 % penduduk pedesaannya hidup dari _selctor pertanian, merupakan modal sangat besar dalam memproduksi berbagai komoditas pertanian. Kacang tanah merupakan tanaman polong-polongan terpenting ke dua setelah kedelai. Luas lahan penanamannya menempati urutan ke empat setelah padi, jagung dan kedelai. Jenis kacang polong-polongan yang sejenis adalah kacang bogor yang sama-sama mengalami pemasokan buah di dalam tanah. Melaluhi ekstraksi sokhlet dengan pelarut n-heksana, diperoleh minyak biji kacang tanah dengan kadar 44,72 % dan minyak biji kacang bogor dengan kadar 8,07 %. Dari analisa sifat fisiko-kimia minyak biji kacang tanah dan minyak biji kacang bogor yang telah dimumikan, diperoleh hasil secara berturut-turut: berat jenis (0,9070 dan 0,9122), indeks bias (1,46'75 dan 1,4690), titik leleh (0,5-1,5 dan l,5#3 °C), bilangan asam (1,13 dan 1,64 mg KOH/g sampel), bilangan penyabunan (186,64 dan 192,90 mg KOH/g sampel), bilangan iod (93,l1 dan 88,26 g iod/100 g sampel), bilangan peroksida (6,30 dan 2,34 mmol Ozfkg sampel) dan materi tidak tersabunkan~(0,17 dan 0,43 %), Hasil uji komposisi asam lemak penyusun trigliserida melalui kromatografi gas, menunjukkan adanya perbedaan yaitu jumlah komposisi asam lemak tidak jenuh minyak biji kacang tanah 96,71 % dengan komponen terbesar asam linoleat (89,5 %) sedzmgkan minyak biji kacang bogor 59,83 % dengan kornposisi terbesar asam linoleat (3'7,9 %), dan pada kornposisi asam lemak jenuh terdapat perbedaan cukup besar pada asampalmitat, yaitu pada'n1inyak biji kacang tanah 2,06 % sedangkan minyak biji kacang bogor 21,5 %.

Indonesia has a vast land area, about 188.2 million Ha with more than 65% rural population live from agriculture, a very large capital in the production of various agricultural commodities. Barthnut is the second most important crop legumes alter soyabean. The area used to plant the eamut is in the fourth position eiter rice, com and soyabeans. One of crop legumes is bogornut, it is ripening in the ground. Through solvent extraction with n-hexane sokhlet, obtained with levels of earthnut kernel's oil 44.72%, and levels of bogornut kernel's oil 8.07%. From the analysis of physico-chemical properties of earthnut kernel?s oil and bogornut kernel's oil which was purified, resulted such as: specific gravity (0.9070 and 0.9122), refractive index ( 1.4675 and L4690) , melting point (0.5 to 1.5 and 1.5 to 3 °C), acid number (1.13 and 1.64 mg KOH I g sample), saponitication number (186.64 and 192.90 mg KOH / g sample), iodine number (93.11 and 88.26 g iod/100 g sample), peroxide number (6.30 and 2.34 mmol O;/kg sample) and the unsaponified materials (0.17 and 0.43 %). Test results compiler triglyceride fatty acids composition through gas chromatography, shows the diiferences in the amount of unsaturated fatty acid composition of earthnut kernel?s oil 96.71% with the largest composition of linoleic acid (89.5%) while bogomut kerneI?s oil 59.83% with the largest composition of linoleic acid (37.9%), and the saturated fatty acid composition there are substantial differences in palmitic acid, namely earthnut kernel?s oil 2,06 % whereas bogornut kernel's oil 21 .5%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T33389
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"The aim of this research is to determine character for drought tolerance character
prediction of peanut national variety on germination phase using PEG 6000 solution.
Preliminary test using drought tolerance genotipes (US 605 and US 693), susceptible
genotipe (PI 409) conducted to evaluate appropriate concentration of PEG solution as
drought treatment. PEG 10% is appropriate for drought treatment. Experiment using factorial random complete design with eight national varieties,
Badak, Gajah, Jerapah, Kelinci, Komodo, Macan, Panther, Singa, and PEG solution.
Minimum water uptake for germination is obtained from proportion between seedling weight to seed weight with seed weight. Root length, number of lateral root and seedling dry weight (without cotyledon) are counted on seventh day after germination. Seed germinated using UKDdp method. ANOVA two way for water uptake variable, ANOVA one way for root length and number of lateral root and seedling dry weight (without cotyledon) is used to analyze data, continue with DMRT and Pearson product moment
correlation between minimum water uptake for germination and root length, seedling
dry weight (without cotyledon). And Spearman correlation is used between minimum
water uptakes for germination with number of lateral root"
630 JMSTUT 5:1 (2004)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Nisyawati
"Sejumlah masa embrio somatis dapat diperoleh dari daun imatur kacang tanah (Arachis hypogaea L.) yang dikulturkan dalam medium dasar Murashige & Skooh 1962 padat, cair dan cari dengan penyangga kertas saring, serta dengan penambahan 2,4-Dichlorophenoxy acetic acid sebanyak 20 mg/l. Meskipun dalam ketiga macam medium tersebut dapat dibentuk embrio somatis, namun penampakan morfologi embrio somatic yang dibentuk maupun pertumbuhannya tidak sama.
Di dalam medium padat eksplan tidak menglami pencoklatan dan embrio somatic yang dibentuk tampak jelas bentuknya yaitu terdiri dari suatu badan yang mudah terlepas satu sama lain, dengan dua buah tonjolan yang menyerupai kotiledon Di dalam medium cair eksplan mengalami pencoklatan, karena adanya pencokelatan maka pertumbuhan embrio somatic tersebut terganggu. Embrio somatic tidak berwarna dan dikelilingi oleh jaringan yang mengalami pencokelatan dan pertumbuhan embrio somatic cenderung menurun. Untuk eksplan yang di kulturkan ke dalam medium cair dengan penyangga kertas saring, tidak mengalami pencokelatan. Embrio somatis dibentuk dengan penampakan warna yang lebih hijau dibandingkan dengan embrio somatis yang dibentuk dalam kultur padat, tetapi bentuknya lebih kecil daa rapat sehingga agak sulit dalam penghitungan jumlah embrio somatis yang dibentuk di dalam medium tersebut. Subkultur ke dalam medium yang baru tidak merubah morfologi embrio somatic tersebut.
Hasil penghitungan jumlah rata-rata embrio somatis yang dibentuk di dalam medium kultur cair yang berpenyangga kertas saring, ternyata menghasilkan jumlah yang paling banyak (103 embrio somatic) dibandingkan dengan di dalam medium kultur padat (82 embrio somatis) dan cair lainnya (76 embrio somatis). Hal ini membuktikan bahwa bentuk medium mempengaruhi pertumbuhan eksplan membentuk embrio somatic. Meskipun di dalam medium kultur cair berpenyangga kertas saying menunjukan pembentukan embrio somatis yang paling banyak, tetapi potensi pembentukan embrio somatic yang normal seperti pada medium kultur padat tidak dapat diperoleh."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nisyawati
"Tunas berganda dapat dibentuk pada nodus kotiledon dari kecambah kacang tanah (Arachis hypogaea L.) varietas Lokal, Kelinci dan Pelanduk pada medium B5 dengan penambahan [(2-isopentenyl) adenosine] (2,iP), Kinetin dan 6-benzylaminopurine (BAP) sebanyak 50 mg/1. Frekuensi pembentukan tunas berganda bervariasi diantara varietas dan zat pengatur tumbuh yang dipergunakan. Namun demikian hanya varietas lokal yang pembentukan tunas bergandanya sangat efektif pada medium B5 dengan penambahan BAP sebanyak 50 mg/1. Perbanyakan tunas tampaknya telah diinduksi oleh adanya diferensiasi dari pemula tunas aksilar yang tersembunyi. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa daerah nodus kotiledon kacang tanah memiliki potensi morfogenetik yang dapat diaktifkan dengan penggunaan BAP secara in vitro.

Multiple shoot were formed on cotyledonary nodes of seedlings in peanut (Arachis hypogaea L.) Local, Kelinci and Pelanduk varieties on B5 medium supplemented with [(2-isopentenyl) adenosine] (2,iP), Kinetin and 6-benzylaminopurine (BAP) at 50 mgl1. The frequency of multiple shoots formation varied among the varieties and plant growth hormones tested. However, only mutiple shoots of Lokal variety seedlings were formed effectively on the B5 medium supplemented with 50 mg/1 of BAP. Multiplication of buds was induced by the differentiation of auxiliary buds from initially emerged buds. This results indicate that cotyledonary node region of peanut has high morphogenetic potential which could be activated by in vitro BAP application.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>