Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155462 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Yessy Nur Handayani
"Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah (sistolik atau diastolik) di dalam arteri melebihi batas normal yaitu >140/90 mm Hg. Hipertensi merupakan faktor risiko primer penyakit jantung dan stroke. Jenis penyakit ini dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko yaitu perilaku dan gaya hidup. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko kejadian hipertensi pada pekerja migas on shore di perusahaan migas X Kalimantan Timur tahun 2008. Desain penelitian adalah studi cross sectional. Sebagai sampel adalah seluruh pekerja migas laki-laki berusia usia 35-55 tahun, yang eligible dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan (n=294).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi pada pekerja sebesar 18,9%. Variabel umur dan indeks massa tubuh (IMT) memiliki hubungan signifikan dengan hipertensi (p<0,05). Faktor yang paling dominan berhubungan dengan hipertensi adalah umur (OR=4,2;95%CI: 1,224?14,340). Tingginya prevalensi hipertensi pada pekerja migas memerlukan perhatian yang lebih serius dari pihak perusahaan (khususnya unit medik) melalui upaya kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan terutama tentang bagaimana berperilaku hidup sehat, seperti menerapkan pola makan seimbang, memantau berat badan dan melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin.

Hypertension among on Shore Oil Selected Workers in East Kalimantan, Indonesia. Hypertension is an increase of blood pressure (systolic or diastolic) in the arteries (>140/90 mm/Hg). Hypertension is a primary risk factor for heart disease and stroke. The purpose of this study was to identify risk factors of hypertension in the workers on-shore oil and gas company in East Kalimantan, 2008. Study design was a cross sectional study. The subject of this research was employees of on shore of oil and gas company (male) aged 35-55 years of age in East Kalimantan were eligible for inclusion and exclusion criteria (n=294).
The results showed that the prevalence of hypertension in the on-shore workers was 18.9%. Age and body mass index were associated with hypertension(p<0.05). The most dominant factor associated with hypertension was age (OR=4,2;95%CI: 1.224-14.340). The high prevalence of hypertension in the oil and gas company need more serious attention from the company (especially the medical unit) through the efforts of health promotion activities are carried out regularly and continuosly; how to change a life style such as body weight management including balancing diet, and check the blood pressure regularly."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Reza Soanganon
"Pada awalnya industri jasa layanan telekomunikasi di Indonesia merupakan industri yang highly regulated dan dimonopoli oleh badan usaha milik negara (BUMN). Setelah adanya perubahan terhadap Undang-Undang Telekomunikasi selain pelepasan monopoli di industri tersebut dampak lainnya adalah dilepaskannya penetapan harga dari Pemerintah. Penetapan biaya jasa layanan telekomunikasi yang selama ini diatur oleh Pemerintah akan diserahkan kepada mekanisme pasar. Akibat dari perubahan kebijakan tersebut dan didukung oleh perkembangan teknologi telekomunikasi seluler dengan masuknya teknologi GSM 1800, GSM 2G, 2,5G dan saat ini 3G maka, industri jasa layanan telekomunikasi di Indonesia mulai maju dengan pesat dengan munculnya pemain-pemain baru pada industri ini seperti PT. Excelkomindo, Mobile 8 dan Bakrie Telkom.
Melihat potensi pasar Indonesia dengan 220 juta penduduk, tarif harga yang tinggi dan masih rendahnya tingkat penggunaan jasa ini menarik perusahaan 'X' untuk memasuki pasar jasa layanan telekomunikasi seluler di Indonesia. Perusahaan 'X' dengan pengalamannya sebagai operator jasa layanan telekomunikasi seluler di beberapa negara Eropa dan Asia Pasifik masuk ke pasar jasa layanan telekomunikasi seluler Indonesia dengan memposisikan diri sebagai perusahaan yang inovatif dengan harga yang terjangkau untuk mendapatkan 1 (satu) juta pelanggan pada tahun pertama perusahaan tersebut beroperasi.
Karya akhir ini akan membahas faktor-faktor kesuksesan dan keunggulan yang dimiliki oleh perusahaan 'X'. Kemudian hal yang menarik adalah proses segmentasi, targeting dan positioning yang dilakukan oleh perusahaan 'X' dalam menganalisa pasar dan industri telekomunikasi di Indonesia. Adapun metode penelitian yang dipergunakan dalam penulisan karya akhir ini adalah riset kualitatif dengan melakukan pengumpulan data melalui in depth interview dengan general manager product perusahaan 'X' untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sulit dan mendapatkan pemahaman yang lebih jelas mengenai strategi dari perusahaan tersebut.

At first Indonesian telecommunication service industry was highly regulated and monopolized by stated own company. After the government changes its policy, the monopoly was released, and the price that has been set by the government was lifted. The price of that service was given to the market to be set. Due to the changes of the policy and the technology growth in cellular communication such as GSM 1800, GSM 2G, 2,5G and now 3G made the cellular telecommunication in Indonesia accelerates with the emerge of new player such as PT. Excelkomindo, Mobile 8 dan Bakrie Telkom.
Indonesian market has 220 million populations, higher price rate compare to the other Southeast Asian countries and low penetration rate was the reasons of 'X' company entering Indonesian market. With the experience as an international telecommunication operator in several European and Southeast Asia countries, 'X' company is entering the market and positioning it self as an innovation company that have a reasonable price in order to get 1 (one) million customer in the first year of its operations.
This dissertation analyzes the key success factors of how 'X' company entering Indonesian market. Then, the interesting part is the segmentation, targeting and positioning process that 'X' done in analyzing market and telecommunication industry in Indonesia. The method that use in this research is qualitative research through information gathering form in depth interview with 'X' company product general manager to get all the answers of the hard question and have clearer understanding about the company strategy."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26612
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Enny Mulyawati
"Ruang Lingkup dan Metodologi Penelitian:
Anemia pada pekerja wanita, masih merupakan masalah kesehatan yang dapat menurunkan produktivitas kerja. Penelitian ini merupakan studi intervensi yang bertujuan untuk membandingkan efek suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) dengan dan tanpa vitamin C terhadap kadar hemoglobin. Total sampel berjumlah 72 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan, wawancara, pemeriksaan laboratorium (Hemoglobin dan serum ferritin), penilaian pengetahuan tentang gizi dan anemia, penilaian pola makan, asupan makan siang di perusahaan (energi, protein, zat besi), dan pengumpulan data sekunder. Responden dibagi atas dua kelompok, kelompok I (kelompok perlakuan) yang diberikan TTD ditambah 100 mg vitamin C dan kelompok II (kelompok kontrol) yang diberikan hanya TTD . Intervensi yang dilakukan adalah: 1. Pemberian Obat cacing dosis tunggal, 2. Pemberian Tablet Tambah Darah /TTD (200 mg ferro sulfat dan 0.25 mg asam folat) dengan dan tanpa 100 mg vitamin C, satu kapsul perminggu dan satu kapsul selama 10 hari (waktu haid), dalam jangka waktu 16 minggu. Pengawasan dilakukan dengan ketat dan mencatat efek dari pemberian suplemen tersebut. Evaluasi hasil intervensi, dilakukan dengan cara membandingkan perubahan dari kadar hemoglobin, serum ferritin, dan indeks masa tubuh, sebelum dan sesudah intervensi.
Hasil dan Kesimpulan:
Dari 72 pekerja wanita ditemukan 56 orang (77.77%) menderita anemia. Faktor lain yang mempengaruhi anemia pada penelitian ini, adalah asupan makanan. Setelah intervensi selama 16 minggu, berhasil meningkatkan kadar hemoglobin, serum ferritin secara bermakna p < 0.05 pada kelompok I dan kelompok II. Untuk melihat efektivitas antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dianalisa efektivitasnya, memberikan hasil terjadi peningkatan kadar hemoglobin, serum ferritin, dan indeks masa tubuh lebih tinggi pada kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol, walaupun secara statistik tidak bermakna. Peningkatan kadar hemoglobin rata-rata bagi kelompok I sebesar 2.51 ± 1.54 g/dl, dan kelompok II rata-rata 2.19 ± 1.62 g/dl. Peningkatan kadar serum ferritin pada kelompok I rata-rata 36.03 ± 21.83 ug/l, sedangkan kelompok II 28.64 ± 34.46 ug/l.

The Scope and Methodology:
At present, Anemia on female workers is still a health problem that reduces their productivity at work. This research is an intervention study that aims in comparing the effect of FIT supplement with and without vitamin C toward hemoglobin level. The study collected from a total of 72 samples, by observation, interview, laboratory testing (hemoglobin and ferritin serum), anemia and nutrition level of knowledge, evaluation of eating pattern, on-site food consumption at lunch (energy, protein, iron), and secondary data collection. Respondents are divided into two groups, group I (treatment group) are given FIT and 100 mg vitamin C, and group II (control group) that are given only FIT. Performed interventions include: 1.Providing single dosage of anthelmintic. 2. Providing FIT (200 mg Ferro-sulfate and 0.25 mg folat acid) with and without 100 mg vitamin C, one capsule per week, and one capsule per day for 10 days during menstruation, within the period of 16 weeks. The procedure was strictly controlled and every effect was collected as research data Evaluations of intervention effect were performed by comparing the difference of hemoglobin level, ferritin serum and body mass index, before and after intervention.
Result and Conclusion:
56 out of 72 (77.77%) female workers have anemia. After 16 weeks of intervention, hemoglobin and serum ferritin level were successfully increased. By analyzing the collected data of the given FIT in the treatment group and the control group, we can see that the treatment group have higher level of hemoglobin, ferritin serum and body mass index, compared to the control group, even though statically the result is not significant. The increase of hemoglobin level on average for group I is about 2.51 ± 1.54 g/dl, and for group II the average of 2.19 ± 1.62 g/dl. The increase of serum ferritin level on average for group I is about 36.03 ± 21.83 ug/l, and for group II the average of 28.64 ± 34.46 ug/l.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T11309
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dilla Christina
"Obesitas telah menjadi suatu epidemi kesehatan masyarakat global selama hampir satu dekade yang mulai menjadi perhatian publik karena hubungannya dengan berbagai kondisi kesehatan kronis. Epidemi tersebut terjadi akibat dari perubahan yang sangat cepat akan gaya hidup dan perilaku di negara berkembang, antara lain adanya perubahan aktifitas fisik dan diet serta meningkatnya status social ekonomi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kejadian obesitas yang dilihat dari pengukuran indeks massa tubuh (IMT) yang dihubungkan dengan karakteristik individu (umur, pendidikan, status pegawai, dan pengetahuan gizi dan kesehatan) dan perilaku individu (kebiasaan olahraga, merokok, dan pola konsumsi) dengan penggunaan data sekunder pada pekerja onshore pria perusahaan migas X di Kalimantan Timur tahun 2008.
Analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi square dilakukan pada 378 responden pekerja pria di perusahaan migas kemudian dilakukan pendataan mengenai karakteristik dan perilaku responden. Dimana recall 24 jam dilakukan untuk melihat konsumsi makanan responden.
Sebanyak 49,5% responden mengalami obesitas (IMT _25 kg/m2) dengan kisaran umur 26-56 tahun. Sebagian besar responden (91,0%) berpendidikan tinggi (_SMA), proporsi pegawai staf (63,2%) lebih tinggi dibandingkan non staf dan sebagian besar responden memiliki pengetahuan tentang gizi dan kesehatan yang cukup baik (61,4%). Sebanyak 74,6% responden tidak rutin berolahraga dan 61,1% tidak merokok. Asupan lemak total dan lemak jenuh dalam penelitian ini tergolong tinggi dengan proporsi masing-masing 81,5% dan 87,0%. Sedangkan asupan serat dan vitamin E responden tergolong ?kurang? dengan proporsi 87,6% dan 96,8%. Bila dibandingkan dengan angka kecukupan gizi maka asupan energi total, karbohidrat dan protein, asupan lemak tidak jenuh tunggal, lemak tidak jenuh ganda, kolesterol dan vitamin C responden dikategorikan memiliki asupan yang cukup.
Karakteristik umur, tingkat pendidikan, status pegawai, asupan energi total, karbohidrat dan serat memiliki hubungan dengan kejadian obesitas. Kebiasaan olahraga, merokok, asupan protein, lemak total, asupan lemak jenuh, lemak tidak jenuh tunggal, lemak tidak jenuh ganda, kolesterol serta asupan vitamin C dan E tidak berhubungan dengan kejadian obesitas.
Perlunya pembatasan asupan lemak total dan asupan lemak jenuh untuk menghindari risiko kesehatan kronis, peningkatkan asupan serat minimal 20 gram perhari dari konsumsi sayur dan buah serta peningkatkan aktifitas fisik dengan berolahraga. Konsumsi energi dan makanan yang mengandung karbohidrat dalam keseharian sebaiknya mengikuti anjuran kecukupan gizi karena hubungannya dengan obesitas.

Obesity has become a global public health epidemic over the last decade. It become public attention because its association with various condition of chronic diseases. This epidemic happened because of the rapid changing in public life style and behaviour at developing countries, such as the change of physical activity pattern, diet and the increasing of social economic status.
The aim of this study is to know the relationship between obesity with the Body Mass Index (BMI) measurement attributed to individual characteristic (age, level of education, employee status, and knowledge about nutrition and health) and individual behaviour (exercise habit, smoking habit and diet pattern) with usage of secondary data at worker onshore oil company at East Kalimantan in 2008.
The total target sample size was 378 participants from men worker onshore oil company. Univariate and bivariate analysis by using chi square test done by 378 men worker in oil company to collect data about their characteristic and behaviour, where food recall 24 hours method done to see about food intake of the participant.
Among those 26-56 years old men, about 49,5% participant were obesity (BMI_25 kg/m2) and 91,0% participant in high level of education. The proportion of staff worker (63,2%) is higher than non staff worker and most of them (61,4%) has good enough knowledge about nutrition and health. About 74,6% participant didn?t exercise regularly and 61,1% didn't smoke. Total fat and saturated fat intake in this study quiet high with each proportion are 81,5% and 87,0% with less dietary fibre (87,6%) and vitamin E intake (96,8%). Compared with Recommended Dietary Allowance (RDA), total energy intake, carbohydrate, protein, monounsaturated fats, polyunsaturated fats, cholesterol and vitamin C intake in enough intake.
In this study, obesity was associated with age, level of education, employee status, total energy intake, carbohydrate and dietary fibre. There is no significant relationship between obesity compared with exercise habit, smoking, protein intake, total fat, saturated fats, monounsaturated fats, polyunsaturated fats, cholesterol and intake of vitamin C and E.
The limitation of total fat intake and saturated fats in diet need to prevent the risk factor of chronic diseases. Increasing dietary fibre minimum 20 grams each day from consumption of vegetables and fruits, increasing physical activities with regular exercise maximizes the chances of having a normal weight. Total energy intake especially from food that containing carbohydrate in daily diet need to follow the recommendation because of the relationship with obesity."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Budiarto Subroto
yogyakarta: ANDI, 2011
658.8 BUD p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Widiastuti
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1981
S16527
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryanti
"Tujuan: Mengetahui prevalensi katarak senilis dan faktor-faktor risiko yang berperan pada kejadian katarak di Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional cross-sectional, pada 2550 subyek dari 85- klaster. Semua subyek dilakukan kunjungan rumah untuk pemeriksaan visus secara kasar dengan pin-hole, pemeriksaan lensa serta segmen posterior mengunakan senter dan oftalmoskop langsung. Setelah itu dilakukan wawancara faktorfaktor risiko katarak. Faktor-faktor risiko yang berperan dicari dengan memakai analisis statistik multivariat. Hasil: Subyek yang dapat diperiksa secara lengkap sebesar 95% dari semua target, Prevalensi katarak senilis di kabupaten Kutai Kartanegara adalah 31,7%. Faktor-faktor yang berperan pada kejadian katarak antara lain faktor usia, suku dan letak geografi. Kesimpulan: Prevalensi katarak senilis di Kutai Kartanegara masih tinggi, diperlukan penanganan yang komprehensif dan Iintas sektoral. Suku Dayak dan penduduk yang tinggal di daerah pegunungan inempunyai risiko katarak lebih besar di bandingkan dengan keseluruhan pupulasi yang tinggal di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Objective: To determine the prevalence rates and contribution of risk factors cause of senile cataract in east Kalimantan. Method: An observational cross-sectional study was carried out involving 2550 subjects aged 50 years and over divided into 85 clusters. Home visits were conducted for ophthalmology examination including visual acuity evaluation with pin-hole, inspection of posterior segment and lens using flash light, and direct ophthalmoscopy. Major risk factors were analized using multivariate statistical method. Results: Ninety five percent subjects were examined completely. Prevalence of senile cataract in Kutai Kartanegara was 31,7%. The factors influent cataract prevalence were age, ethnic and geographic. Dayaknis and people living in mountain range have higher cataract risks than others population in this study. Conclusion: Prevalence of senile cataract in Kutai Kartanegara is quite high. More comprehensive cataract management is needed."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kemala Sovia
"Pertamina mmepunyai kekuasaan monopoli (monopolistic power) dalam manajemen pelumas di tanah air, yakni menguasai pasokan bahan baku, produksi, impor, dan jaringan pemasaran. Menurut konsep biaya transaksi (transaction cost, Willamson, 1990), konsep monopoli (monopolistic), Chamberlein (1977), Joan Robinson (1987), Krugman dan Obstfeld (1988), dan Sumitro Djodjohadikusumo (1991), monopoli dapat membuat efisien biaya transaksi, sehingga meningkatkan keuntungan bagi perusahaan serta memenangkan persaingan melalui penguasaan pasar sebagai market leader.
Konsep ilmiah seperti ini belum terbukti pada pemasaran pelumas Pertamina, terutama dengan terjadinya penurunan penjualan sebesar 600 milyar rupiah atau penurunan angka penjualan sebesar 34% dalam kurun waktu 1989-1992, disisi lain konsumsi BBM meningkat tajam sekitar 10% pertahun. Secara teoritis konsumsi BBM dan konsumsi pelumas berkolerasi positif linier. Pertamina telah berupaya meningkatkan penjualan melalui kebijakan yang pada umumnya diarahkan pada pengendalian pelumas palsu , namun hal ini belum berhasil meningkatkan penjualan sementara pelumas palsu masih tetap menjadi masalah.
Ternyata kekuatan monopoli tidak cukup menjamin suatu perusahaan bertahan sebagai pemimpin pasar, dengan keuntungan yang maksimal. Lingkungan perusahaan terutama lingkungan teknologi, pesaing, dan lingkungan sosioekonomis berpengaruh dominan terhadap efektifitas strategi dan kebijakan perusahaan (Glueck dan Jauch,1987). Disamping itu perubahan sikap dan perilaku konsumen sangat menentukan terhadap tingkat penjualan pelumas Pertamina terutama dengan banyaknya pilihan pelumas yang beredar, karena persaingan merek saat ini bukan lagi antar perusahaan dalam negeri, tetapi persaingan merek secara global, karena produksi dari suatu negara telah menghapus batas ruang sehingga dapat masuk ke negara manapun diseluruh dunia.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk analisis strategi, kebijaksanaan pemasaran, dan lingkungan perusahaan serta metode kuantitatif untuk analisis sikap dan perilaku konsumen melalui 500 sampel yang ditetapkan secara unpropotioned stratified random sampling (Parasuraman, 1990). Diagnosis masalah, dan analisis dilakukan berdasarkan deskripsi data dan fakta aktual, dengan menjelaskan (eksplanasi) hubungan casual dan corelasional atas variabel yang mempengaruhi kinerja (performance) pemasaran. Dari penjelasan hubungan variabel yang dibuktikan melalui tes hipotesis dilakukan beberapa teknik analisis seperti; cause and effect analysis, corelasional analysis, situation analysis and trend analysis berdasarkan konsep Bovee, 1992. Dari temuan dan hasil penelitian secara umum dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Telah terjadi penerunan penjualan pelumas otomotif Pertamina. Penurunan penjualan ini disebabkan oleh adanya perubahan sikap dan perilaku konsumen, yaitu berpindahnya sebagian kostumer Pertamina kepada merek pelumas lain. Perpindahan pemakaian merek ini juga didorong oleh perubahan lingkungan perusahaan terutama lingkungan kompetitor, teknologi otomotif, dan lingkungan sosioekonomis.
Adanya kesenjangan antara strategi pemasaran Pertamina dengan pengetahuan, kebutuhan, keinginan dan harapan konsumen terhadap suatu produk pelumas, yang belum sepenuhnya disadari. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya orientasi Pertamina terhadap konsumen dan lingkungan perusahaan. Pada umumnya budaya (corporate culture) perusahaan negara cenderung berorientasi pada perusahaan yang menyebabkan over convidence, yaitu menganggap produk Pertamina pasti dibutuhkan dan dibelu konsumen.
Merek pelumas Pertamina merupakan jumlah terbesar yang dipalsukan, kenyataan ini dapat menurunkan kepercayaan dan kesetiaan konsumen kepada produk Pertamina yang turut mendorong berpindahnya kostumer Pertamina kepada merek yang dianggap lebih aman.
Kesimpulannya adalah bahwa telah terjadi perubahan pasar pelumas otomotif Pertamina dari captive market kepada competitive market. Oleh karena itu budaya perusahaan yang firm centeredness, perlu diarahkan kepada costumer centeredness, menuju kepuasan konsumen (consumer satisfaction) untuk mengantisipasi pasar pelumas yang akan datang. Disamping itu strategi pemasaran tidaklah monoton, tetapi disesuaikan dengan sikap dan perilaku konsumen serta lingkungan perusahaan yang selalu berubah. Hal ini diperlukan agar produk pertamina tetap dicintai, dan tetap bertahan sebagai market leader kini dan yang akan datang. Untuk mencapai hal ini perlu peningkatan kualitas secara menyeluruh (total quality management) dan kunci utama kearah itu adalah sumber daya manusia yang berkualitas."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>