Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145770 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Arnawilis
"Biaya belanja obat pada tahun 2000 di Rumah Sakit "IBNU S1NA" Pekanbaru sebesar Rp 2.784.442.315,00 atau 31,29% dari seluruh biaya operasional rumah sakit (Rp 8.894.418.879,00). Meskipun biaya yang dikeluarkan untuk pembelanjaan obat tersebut sudah cukup besar tetapi masih ditemukan masalah berupa belanja obat ke apotek luar sebesar Rp 325.687.400,00 atau 11,69%, dari biaya belanja obat. .Obat yang dibeli secara kontrak menumpuk sebesar Rp 249.059.000,00 atau 49,18% dari nilai obat yang dibeli secara kontrak yaitu sebesar Rp 600.000.000,00. Sejumlah obat deadstock sebesar Rp. 22.603.827,00 atau 0,8% dari biaya belanja obat. Penulis berasumsi masalah tersebut terjadi karena belum memadainya perencanaan obat di Rumah Sakit "IBNU S1NA" Pekanbaru. Berdasarkan hal tersebut penulis ingin mendapatkan gambaran perencanaan obat di Rumah Sakit "IBNU SINA" Pekanbaru pada Januari 2000 sampai dengan Desember 2000.
Penelitian ini merupakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Data diperoleh melalui wawancara mendalam yang mencakup informasi dari informan yang terkait, observasi dengan menelusuri data yang terdokumentasi. Penelitian ini dilaksanakan dari awal Mei sampai akhir Juni 2001.
Hasil wawancara mendalam dari observasi yang dilakukan terhadap variabel-variabel terkait dengan perencanaan obat di Rumah Sakit "IBNU SINA" Pekanbaru tahun 2000, didapatkan hal-hal yang sudah dipertimbangkan, yaitu pemakaian obat periode sebelumnya, stok akhir, masa tenggang (lead time), kapasitas gudang, stok pengaman, usulan dokter, usulan kepala kamar operasi, dan anggaran. Dengan catatan belum adanya data yang mendukung perhitungan terhadap hal-hal yang dipertimbangkan tersebut. Didapatkan juga hal-hal yang seharusnya sudah dipertimbangkan, tetapi pada kenyataannya belum dipertimbangkan, yaitu usulan komite medik, usulan panitia farmasi dan terapi, usulan kepala IGD, usulan kepala ruangan perhitungan analisis ABC pemakaian, perhitungan analisis ABC investasi, perhitungan indeks kritis ABC, perhitungan Economic Order Quantity (EOQ), pertimbangan Length of Slay, pola penyakit, formularium, dan standar terapi.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa perencanaan obat di Rumah Sakit "IBNU SINA" Pekanbaru tahun 2000 belum efektif, mengingat hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan obat belum sepenuhnya dipertimbangkan, dan pihak-pihak yang seharusnya terlibat belum dilibatkan.
Agar perencanaan obat lebih efektif dan efisien, maka penulis menyarankan kepada pihak manajemen dalam membuat perencanaan kebutuhan obat sebaiknya mempertimbangkan hal-hal yang semestinya dipertimbangkan dengan melibatkan pihak-pihak terkait. Selain itu, perlu dibuat prosedur tetap dan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan perencanaan obat.

The Process of Planning for Medical Supplies at IBNU SINA Moslem Hospital, Yarsi Riau - Pekanbaru, 2000.The medicine expenditure in the year 2000 at IBNU SINA Hospital, Pekanbaru was Rp 2,784,442,315.00 or 31.29% from the whole operational costs (Rp 8,894,418,879.00). Although the medicine expenditure is quite large, there still are prescriptions filled to other pharmacies amounting to Rp 325,687,4000.00 or 11.69% from the total medicine expenditure. Unused medication bought through contracts reached Rp 249,059,000.00 or 49.18% from the Rp 600,000,000.00 spent on medicine. The amount of dead stock medicine was Rp 22,603,827.00 or 0.8% from the total medicine expenditure. The author assumes that inadequate medical planning at IBNU SINA Hospital, Pekanbaru, caused it. Based on those facts, the author aims to achieve an illustration of the medical planning at IBNU SINA Hospital, Pekanbaru in January 2000 to December 2000.
This study was a case study that applies a qualitative approach. The data obtained through in-depth interviews that comprised of the information from related informants, observation by tracing documenting data, and Discussion Group Focus (FGD). This study began in early May to the end of June 2001.
The in-depth interviews, Discussion Group Focus, and observations on related variables against medical planning at IBNU SINA Hospital, Pekanbaru, in the year 2000, these aspects were already being considered: the use of medical supplies during the previous period, final stocks, lead time, warehouse capacity, safety stock, doctor recommendations, recommendations from the head of the surgery room, and budget. However, there is no data that supports the calculations on the aspects above. There were also several items that should be considered, but were not, such as the recommendations from the medical committee, pharmacy and therapy committee, the head of the IGD, the head of the room, calculations analysis of the ABC use, calculations analysis of the ABC investing, calculations on the ABC critical index, the Economic Order Quantity (ECQ), the Length of stay, disease pattern, Hospital drug standard, and therapy standard.
The study indicated that the medical supplies planning at IBNU SINA Hospital, Pekanbaru, in the year 2000, was ineffective, since the aspects that should be considered had not been considered, and the parties that should be involved were not involved.
To make the planning more effective and efficient, the author suggests the management to take into consideration the aspects above and involve the related parties. In addition to that, create a standard procedure and policies that is related to the planning.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T592
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Nur Azizah
"[Polifarmasi umum terjadi pada pasien geriatri. Kriteria Beers adalah alat untuk menilai ketidaksesuaian pengobatan pada pasien geriatri.Tujuan penelitian adalah untuk menilai efektifitas kriteria Beers dalam menurunkan kejadian penggunaan obat yang berpotensi tidak tepat pada pasien geriatri rawat inap di RSU Ibnu Sina Makassar. Rancangan penelitian ini adalah pre-experimental. Intervensi berupa informasi penggunaan obat kriteria Beers kepada dokter pada saat visite pasien.
Sampel penelitian berupa rekam medik 70 pasien kelompok pre intervensi dan 70 pasien kelompok post intervensi. Pengambilan sampel secara retrospektif September–November 2014 pada kelompok pre intervensi dan secara prospektif Desember 2014 - Februari 2015 pada kelompok post intervensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah obat yang tidak memenuhi kriteria Beers sebanyak 127 obat dari 70 resep sebelum intervensi dan 78 obat dari 70 resep setelah
intervensi. Perubahan terjadi dari 1-5 obat perlembar resep yang termasuk cakupan kriteria Beers sebelum intervensi menjadi 1-3 obat perlembar resep. Golongan obat yang paling banyak diresepkan tidak tepat berdasarkan kriteria Beers adalah insulin, benzodiazepin, dan NSAID. Usia 60-74 tahun dan lama rawat pasien lebih dari 5 hari berhubungan bermakna dengan kejadian peresepan yang berpotensi tidak tepat. Pemberian informasi obat berpengaruh bermakna
terhadap penurunan kejadian peresepan yang berpotensi tidak tepat dari 87,1% sebelum intervensi menjadi 65,7% setelah intervensi. Kesimpulan penelitian adalah pemberian informasi kriteria Beers kepada dokter efektif menurunkan peresepan obat yang berpotensi tidak tepat pada pasien geriatri rawat inap di RSU Ibnu Sina Makassar.;Polypharmacy was common in geriatric patients. Beers criteria is a tool that used to determine the inappropriate medical treatment to geriatric patients. The goal of this study was to determine the efectiveness of Beers criteria in decreasing the potency of inappropriate drugs use to the geriatric patients in Ibnu Sina Hospital
Makassar. The design of the study was pre experimental design. The intervention was the information about Beers criteria drugs use that given to the doctor when visit the patients. The medical record from 70 patients in pre intervention and 70 patients in post intervetion used as the samples of this study. The method of taking samples retrospectively has been done at September - November 2014 in
pre intevention group and prospectively at December 2014 - February 2015 in the post intervention group. 60-74 years of age and length of hospital patients over 5 days significantly associated with the occurrence of potentially improper prescription. Provision of drug information meaningful effect to reducing improper prescribing potentially from 87.1% before the intervention to 65.7% after intervention. So it could be concluded that the information giving about
Beers criteria to the doctor can decrease the inappropriate drugs use to the geriatric patients in Ibnu Sina Hospital Makassar.;Polypharmacy was common in geriatric patients. Beers criteria is a tool that used
to determine the inappropriate medical treatment to geriatric patients. The goal of
this study was to determine the efectiveness of Beers criteria in decreasing the
potency of inappropriate drugs use to the geriatric patients in Ibnu Sina Hospital
Makassar. The design of the study was pre experimental design. The intervention
was the information about Beers criteria drugs use that given to the doctor when
visit the patients. The medical record from 70 patients in pre intervention and 70
patients in post intervetion used as the samples of this study. The method of
taking samples retrospectively has been done at September - November 2014 in
pre intevention group and prospectively at December 2014 - February 2015 in the
post intervention group. 60-74 years of age and length of hospital patients over 5
days significantly associated with the occurrence of potentially improper
prescription. Provision of drug information meaningful effect to reducing
improper prescribing potentially from 87.1% before the intervention to 65.7%
after intervention. So it could be concluded that the information giving about
Beers criteria to the doctor can decrease the inappropriate drugs use to the
geriatric patients in Ibnu Sina Hospital Makassar, Polypharmacy was common in geriatric patients. Beers criteria is a tool that used
to determine the inappropriate medical treatment to geriatric patients. The goal of
this study was to determine the efectiveness of Beers criteria in decreasing the
potency of inappropriate drugs use to the geriatric patients in Ibnu Sina Hospital
Makassar. The design of the study was pre experimental design. The intervention
was the information about Beers criteria drugs use that given to the doctor when
visit the patients. The medical record from 70 patients in pre intervention and 70
patients in post intervetion used as the samples of this study. The method of
taking samples retrospectively has been done at September - November 2014 in
pre intevention group and prospectively at December 2014 - February 2015 in the
post intervention group. 60-74 years of age and length of hospital patients over 5
days significantly associated with the occurrence of potentially improper
prescription. Provision of drug information meaningful effect to reducing
improper prescribing potentially from 87.1% before the intervention to 65.7%
after intervention. So it could be concluded that the information giving about
Beers criteria to the doctor can decrease the inappropriate drugs use to the
geriatric patients in Ibnu Sina Hospital Makassar]"
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
T44044
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulita Gani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku dengan kejadian Infeksi Menular Seksual pada ibu rumah tangga. Terdapat beberapa indikator pengetahuan Infeksi Menular Seksual menurut Kementerian Kesehatan, 2007 yaitu: cara penularan, cara pencegahan, dan stigma tentang IMS. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif pada 134 responden, semuanya adalah ibu rumah tangga yang berusia 15-35 tahun. Subjek yang dipilih adalah yang bersedia diwawancarai, tinggal di daerah penelitian minimal satu tahun terakhir.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian Infeksi Menular Seksual. Faktor yang berhubungan dengan Infeksi Menular Seksual adalah perilaku. Faktor pendahulu dan perilaku suami juga mempengaruhi terjadinya Infeksi Menular Seksual. Responden dengan tingkat pendidikan lebih tinggi, usia melakukan hubungan seksual lebih dewasa, perilaku seksual yang tidak berisio akan mampu menekan kejadian IMS.

The purpose of this study research was to find out the relationship between knowledge, the attitudes and behaviors of housewives with the incidence of sexually transmitted infections. According to the Ministry of Health, 2007 knowledge indicators of sexually transmitted infections namely: the mode of transmission and prevention, perception, and stigma about STIs. This research study used quantitative methods on 134 respondents, all of them are housewives aged 15-35 years. Subjects were selected that are willing to be interviewed, living in the study research area at least the past year.
The result of this study showed that there was no relationship between knowledge with the incidence of sexually transmitted infections. The significant factors influencing sexually transmitted infections were behavioral factors. Historical experience and husband behavioral factors also influence on the sexually transmitted infections. Respondents with higher levels of education, mature adult of sexual activity, and sexual behavior will be able to reduce the incidence of STIs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52674
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emmyr Faizal Moeis
"Sistem Informasi Manajemen Penerimaan Pasien merupakan subsistem dari Sistem Informasi Rumah Sakit. Kinerja Sistem Informasi Rumah Sakit merupakan salah satu unsur dari kinerja rumah sakit secara keseluruhan, maka dengan belum mantapnya Sistem Informasi Penerimaan Pasien akan ikut menurunkan kinerja rumah sakit dan hal ini merupakan masalah bagi administrator rumah sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai Sistem Informasi Manajemen Penerimaan Pasien di rumah sakit Pondok Indah, serta mengidentifikasi kelengkapan data maupun informasi pasien yang diperlukan dalam proses penerimaan pasien rumah sakit dan pemanfaatan data maupun informasi pasien yang telah ada di bagian penerimaan pasien; kemudian mengembangkan sistem informasi manajemen pada bagian penerimaan pasien rumah sakit guna mengelola sumber daya pasien.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan cara pengamatan dan wawancara. Pengumpulan data objektif dilakukan melalui pengamatan terhadap dokumen, forum pengambilan keputusan, data statistik rumah sakit dan ketersediaan informasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlu dilakukan pengembangan dari prosedur pra-penerimaan pasien agar sistem informasi manajemen penerimaan pasien menjadi lebih efektif dan efisien.
Disimpulkan bagian penerimaan pasien belum memiliki sistem informasi seperti yang diharapkan, yang dapat memberikan asupan kepada pimpinan rumah sakit dalam pengambilan keputusan. Serta belum digunakannya secara optimal sistem informasi yang ada dalam pengelolaan penerimaan pasien. Disarankan untuk melakukan penataan kembali sistem informasi rumah sakit baik menyangkut komponen masukan, komponen proses maupun keluaran.
Cara pemecahan masalah yang dipilih yaitu dengan melaksanakan model sistem informasi manajemen penerimaan pasien yang dikembangkan, dimana termasuk didalamnya program pra-penerimaan pasien."
Depok: Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retnany Litarini
"Tesis ini menganalisis faktor SDM, faktor teknis (hardware, software, dan koneksi jaringan), faktor saluran komunikasi (proses sosialisasi-pelatihan dan pendampingan), dan faktor manajemen yang berperan dalam keberhasilan sistem informasi manajemen rumah sakit di bagian keuangan RSIJ Cempaka Putih. Tesis ini merupakan penelitian kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan kendala dari keberhasilan sistem informasi manajemen rumah sakit adalah faktor SDM tipe Laggard, faktor teknis berupa rumah sakit tidak memiliki source dari software yang digunakan dan saat awal implementasi tidak dilakukan cut-off sehingga informasi yang dihasilkan tidak valid, dan tidak adanya kebijakan manajemen dalam penghargaan dan sanksi.
Disarankan agar dilakukan evaluasi terhadap user dan rotasi SDM, menempatkan SDM dengan pendidikan S1, mengerti keuangan akutansi, menguasai Microsoft Office, dan memilki tipe early majority, dilakukan cut-off, membuat kebijakan berupa pemberian penghargaan dan sanksi, serta untuk pengembangan dengan vendor supporting system agar dilakukan pembelian source software.

This thesis analyzes the human resource factors, technical factors (hardware, software, and network connections), the factor of communication channels (the process of socialization- training and mentoring), and management factors that play a role in the success of hospital information systems management in the financial section of RSIJ Cempaka Putih. This method used is qualitative research.
The results showed the constraints for a successful hospital management information system are human resource factor with Laggard type, technical factors in the form of hospitals do not have the source of the software used and the cut-off is not done when initial implementation so that the resulting information is invalid, and the absence management policies in the rewards and punishments.
It is recommended that an evaluation of the user and the rotation of human resources is done, placing human resource with undergraduate degree, understands financial accounting, masters Microsoft Office, and has an early majority type, made the cut-off, make policy in the form of rewards and punishments, and for development in order to contract with the vendor, including the purchase source software.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T29984
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shilvya Husna
"Kota Bukittinggi merupakan kota dengan tingkat kemiskinan penduduk yang cukup tinggi dimana berada pada urutan ke tiga dari tujuh kota yang ada di wilayah Provinsi Sumatera Barat. Meskipun telah ada beberapa instrumen perlindungan sosial masyarakat seperti PKH dan koperasi, namun kedua instrumen ini belum terbukti optimal dalam menangani masalah kemiskinan di Kota Bukittinggi. Sehingga diperlukan instrumen perlindungan sosial masyarakat lain yang komprehensif untuk menanganinya. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, di Indonesia telah ada instrumen perlindungan sosial yang komprehensif dalam menangani masalah kemiskinan, yaitu instrumen zakat. Zakat sangat dipercaya dapat mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan mustahik baik secara spiritual maupun material.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas dana zakat terhadap peningkatan kesejahteraan mustahik yang dilakukan oleh BAZNAS Kota Bukittinggi. Selanjutnya untuk melihat keefektifan dana zakat terhadap peningkatan kesejahteraan penerimanya, maka dibandingkan dengan dana non zakat PKH dan koperasi sebagai grup kontrol.
Adapun penelitian ini menggunakan metode campuran dengan dua sumber data yaitu primer dan sekunder. Sampel dalam penelitian ini adalah penerima dana zakat untuk kegiatan produktif periode tahun 2016- 2017. Begitupun dengan grup kontrol yaitu penerima dana PKH dan dana koperasi yang dilakukan pada periode yang sama. Efektivitas peningkatan kesejahteraan dalam penelitian ini dilihat dari batas garis kemiskinan spiritual model Cibest SV=3 dan batas garis kemiskinan material BPS Kota Bukittinggi yang di konversi menjadi batas garis kemiskinan per rumah tangga per bulan Kota Bukittinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dana zakat efektif dalam meningkatkan kesejahteraan spiritual dan material mustahik begitupun ketika dibandingkan dengan dana non zakat PKH dan koperasi, dana zakat terbukti lebih baik dalam meningkatkan kesejahteraan penerimanya. Dimana terjadi peningkatan skor rata- rata spiritual mustahik sesudah menerima dana zakat sebesar 0,3 poin menjadi 4,6 dan skor rata- rata material mustahik sesudah menerima dana zakat sebesar 73,94 menjadi Rp. 2.435.200,- yang mana nilai ini berada diatas batas garis kemiskinan spiritual dan material.

Bukittinggi is the third cities out of seven cities in West Sumatera listed to have quite high level of poverty. Although there has been several instruments of protection such as PKH and Koperasi, but not yet in an optimal level in dealing with poverty problems in Bukittinggi. Therefore, a more comprehensive instruments of protection is needed to work a better result. As a country with Moslem majority, Indonesia already has protection instruments which works in dealing with society rsquo s welfare. The instrument is called zakat instrument. Zakat is believed to be able to deal with poverty problems and to improve the mustahik welfare not only spiritually but also materially.
This research is aimed at analizing the effectivity of zakat foundation toward the mustahik welfare done by BAZNAS Bukittinggi. Moreover, in order to see the effectivity of the fund flow toward the receiver rsquo s welfare, the flow will be compared to the PKH and Koperasi non zakat foundation flow as the controlling group.
This research is using mix methods with two sources of data, primary and secondary. The sample of this research is the zakat receivers for production activity in the year 2016 2017. The same thing is done to the controlling group PKH and Koperasi foundation in the same period. The effectivity of the welfare improvement in this research is seen through the spiritual poverty line model Cibest SV 3 and the material limit of the poverty line BPS Bukittinggi which is converted into the limit of the Bukittinggi poverty line per household per month.
The result of the study shows that the zakat foundation flow is proven effective to improve the level of the mustahik welfare not only spiritually but also materially and also as the result is compared to the flow of non zakat PKH and Koperasi foundation, zakat foundation is proven to be better in improving the welfare of the receivers. The data shows an increase in the spiritual mustahik receivers average score as big as 0.3 into 4.6 and material average score as big as 73.94 into Rp. 2,435,200. Which already lies the above level of material and spiritual poverty.
"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T51465
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Sistem Infonnasi Pengolahan dan Pelaporan Data Medis (PPDM) merupakan salah satu komponen penting bagi pihak manajemen suatu rumah sakit, karena erat kaitannya dengan pengambilan keputusan di dalam memenuhi kebutuhan peiayanan kesehatan bagi masyarakat dan untuk mengetahui keadaan penyakit (morbiditas) di masyarakat sekitar. Sistem Informasi PPDM lni terdlri dari
pengolahan dan pelaporan keadaan morbiditas rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat, dan juga kegiatan pelayanan rumah sakit. Rumah Sakit Z merupakan rumah sakit yang baru berdiri pada awal bulan April 2002 dan merupakan rumah sakit umum daerah yang memiliki fungsi sosial selain bertujuan profit. Dengan semakin meningkatnya jumlah penyakit di lingkungan masyarakat, maka Sistem lnformasi PPDM yang efek1if dan efisien merupakan salah satu hal penting bagi Rumah Sakit Z untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat dan meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat. Penelitian ini bertujuan merancang Sistem Informasi Pengolahan dan Pelaporan Data Medis (PPDM) untuk Rumah Saki! Z dengan sistem yang terkomputerisasi. Perancangan Sistem lnformasi PPDM untuk Rumah Sakit Z dibuat dengan melakukan penyesuaian Sistem Informasi PPDM Rumah Sakit Y sebagai model Sistem lnformasi PPDM bagi Rumah Sakit Z. Tidak ada perbedaan yang mendasar antara Sistem Infonnasi PPDM RS. Y dengan Sistem lnformasi PPDM RS. Z yang belum berjalan. Peneiitian ini menghasilkan suatu alur proses Sistern lnformasi Pengolahan dan Pelaporan Data Medis dalam bentuk Diagram Alir (Flowchart) dan Diagram Aliran Data (Data Flow Diagram). Selain itu, juga dihasilkan rancangan model databasemengenai hubungan antar entitas di dalam Sistem Informasi Pengolahan dan Pelaporan Data Medis Rumah Sakit Z
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49756
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joni Iswanto
"Latar Belakang: Sistem Informasi manajemen Puskesmas membutuhkan data akurat karena berperan penting dalam pengambilan keputusan. Pelaksanaan sistem ini di Sumatera Barat belum terintegrasi dengan baik. Fragmentasi sistem pencatatan menyebabkan terjadinya duplikasi dan inakurasi data.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengembangkan Sistem Informasi Manajemen Data di Puskesmas dengan melakukan integrasi sistem pencatatan/pelaporan untuk menghilangkan fragmentasi dan duplikasi. Hasil integrasi dituangkan dalam rancangan aplikasi berbentuk prototiping.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kwalitatif. Tahapan penelitian dimulai dengan identifikasi sistem masing-masing unit dilanjutkan dengan analisa kebutuhan untuk dituangkan dalam rancangan sistem.
Hasil: Hasil penelitian ini berupa terbentuknya rancangan sistem baru yang terintegrasi pada semua unit. Hasil rancangan diaplikasikan kedalam bentuk prototipe dan diujicobakan dengan data yang ada di Puskesmas.
Kesimpulan: Dari hasil uji coba disimpulkan bahwa pengembangan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas dengan rancangan baru dapat menghilangkan duplikasi pencatatan dan pelaporan di masing-masing tingkatan manajemen.

Background: Management information sistem of community health center requires accurate information to facilitate decision making. Currently, the problems in west sumatera provincial are record - keeping fragmentation, duplication and inaccuracy of recording and reporting.
Objective: This research aimed to explore process of community health center management information system with the development integration design of recordkeeping system in order to eliminate information system fragmentation and duplication. This integration results used as design prototyping.
Method: The development research used qualitative descriptive approach. Stages is the identification of a data management system, needs analysis and system design.
Result: The results of this research is a new design system that integrates on all units. The design of the system was applied in the form of prototypes that have been tested with existing data on health community center.
Conclusion: The design process of management information system in community health center conducted with integration of reporting and record-keeping system especially integration of register. This process can lessen record-keeping duplication in every service unit of community health center.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35369
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Fathurrahman
"Penelitian ini berawal dari kegelisahan peneliti terhadap kehidupan keberagamaan di Minangkabau khususnya di Koto Tuo Panganak Bukittinggi. Meskipun hingga kini persaingan antar kelompok agama tersebut tidak terlalu nampak, sisa-sisa persaingan masih terlihat khususnya pada golongan tua dan mereka yang masih saja mempermasalahkan perbedaaan atas penafsiran agama. Kesan yang muncul bahwa Minangkabau sebagai pusat ?modernisasi? masih saja terlihat. Dengan demikian, penelitian ini mencoba menjelaskan pihak-pihak yang ?terlibat? dan berusaha menampilkan kelompok keagamaan yang pro maupun kontra atas pembahan atau pemurnian ataupun modemisasi keagamaan tersebut. Sekaligus usaha untuk menjelaskan motif-motif serta nilai-nilai yang ingin dipertahankan oleh kelompok-kelompok tersebut.
Fokus penelitian dalam kerangka penulisan tesis ini adalah pembaharuan atau modernisasi keagamaan, yaitu pemikiran-pemikinan yang menyangkut pola pikir terhadap Islam itu sendiri, bukan dalam hal-hal yang menyangkut dengan dasar atau fundamental dari ajaran Islam, tetapi memperbaharui penafsiran-penafsiran atau interpretasi terhadap ajaran-ajaran dasar Al-Quran dan Hadits. Kepercayaan terhadap penafsiran-penafsiran "baru? tersebut yang menggerakkan orang untuk melakukan perubahan terhadap penafsiran yang sebelumnya ada (gerakan modernisasi keagamaan/gerakan puritan). Sedangkan Syattari merupakan kelompok keagamaan tertua yang ada di Minangkabau. Hingga kini Syattari masih eksis dan ajarannya pun masih sama persis ketika ajaran tersebut diajarkan oleh pendahulunya. Hubungan keduanya lebih menggambarkan pertautan antara modemisasi versus tradisional.
Weber, Bellah menggambarkan modernisasi sebagai struktur dibangun dengan rasionalitas. Sedangkan Syattari menganggap ?pembangunan atau modernisasi? tersebut upaya untuk menghilangkan atau menyederhanakan unsur-unsur hakiki dalarn keagamaan. Untuk itu diperlukan penjelasan melalui teori Berger dalam upaya mempertahankan keyakinan Syattari dalam konsepnya sosialisasi makna dan fungsi agama sebagai pemeliharaan dunia.
Pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan tekniknya snowball sampling dan observasi, karena keterbatasan dalam mengidentifikasi pihak-pihak yang benar-benar paham terhadap permasalahan penelitian perlunya pengamatan alas fenomena yang akan diteliti.
Sebagai penelusuran historis dalam tesis ini, gerakan modernisasi keagamaan di Minangkabau dimotori oleh tiga orang haji yang pulang dari Mekkah. Mereka adalah Tiga orang tersebut adalah Haji Miskin, Haji Piobang dan Haji Sumanik. Pengaruh yang dibawa dan paling terasa atas gerakan tersebut adalah terkikisnya surau yang tergantikan dengan sistem pesanuen dan madrasah. Surau diidentifikasi sebagai Iembaga pendidikan tradisional Minangkabau sedangkan pesantren dan madrasah sistem pendidikan yang diadopsi dari luar Indonesia. Sebelumnya otoritas keagamaan (dalam sistem surau) di Minangkabau dipegang oleh bebempa ahli agama, mereka adalah Buya, Qari, Faqih, Qadhi, Alim dan gelar Labai, setiap gelar tersebut mempunyai otoritas masing-masing.
Analisa dalam penelitian ini adalah modernisasi agama dilihat sebagai bentuk usaha merombak pemahaman (penafsiran baru) masyarakat terhadap unsur hakiki (doktrin) dalam agama. Sedangkan pertautan antara ?tradisional-modern? atau ?konservatif-moderat? merupakan relasi sosial yang dianalisa ke dalam tiga dimensi, dimensi sejarah, dimensi kelembagaan dan dimensi gerakan sosial. Penjelasan terhadap ketiga dimensi ini adalah potret atas pola dan relasi sosial hubungan mayoritas-minoritas tersebut.
Ajaran Syattari digarisbawahi sebagai bagian dari sosialisasi makna. Artinya setiap pengikut yang terus konsisten (istiqomah) rnenerapkan ajaran Syattari secara tidak langsung ataupun langsung telah tersosialisasi makna-makna relijius dalam diri mereka. Berger menyebutkan fenomena tersebut adalah fungsi agarna sebagai pemeliharaan dunia.
Kesimpulan dalam penelilian ini yaitu terdapatnya relevansi konsep Berger mengenai agama mengenai funggsi agama seperti fungsinya sebagai pemeliharaan dunia, diyakini masih relevan dalam pernbahasan penelitiau ini. Sedangkan konsep Weber dan Bellah mengenai rasionalitas dan pembangunan yang digembar-gemborkan dalarn modernisasi keagamaan perlu digarisbawahi, karena motif-motifnya lebih menggambarkan usaha untuk mengubah unsur hakiki dalam doktrin agama. Selanjutnya kesimpulan bahwa Syattari sebeai organisasi keagaman lebih bersifat tertutup dan pengikutnya pun sangat terbatas, dan pola syiar-nya pun sembunyi-sembunyi dan berpindah Iempat sehingga lebih sulit untuk mengenal pengikut dan organisasi tersebut secara menyeluruh kecuali ikut dan bergabung didalamnya. Sedangkan, Syattariyah sebagai organisasi keagamaan tarekat, bersifat lebih terbuka meskipun keanggotaannya sudah menurun. Selanjutnya, Organisasi modem seperti Muhammadiyah, Persis, NU dan sebagainya dikategorikan sebagai organisasi keagamaan yang pengaruhnya datang kemudian atau paling terakahir.
Organisasi ini lebih terbuka dan pola syiamya menyentuh kepada aspek pengajaran (agama), pendidikan bahkan politik. Ketiganya menggambarkan kultur yang terjadi dalam sikap dan sistem masyarakat Minang."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22027
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>