Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172352 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"SURVEI KELAUTAN DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA SELATAN JAWA BARAT (PERAIRAN SELAT PANAITAN SELATAN). Telah dilakukan survei kelautan yang berhubungan dengan dispersi radionuklida di perairan laut Samudera Hindia. Penilitian dilakukan dengan cara mengambil sampel air laut untuk mengetahui konsentrasi 137Cs dan melakukan pengukuran CTD. Untuk mengetahui kondisi fisis oseanografi daerah penelitian, maka dilakukan pengambilan data temperatur, salinitas, dan densitas secara vertikal dengan menggunakan CTD di tiga titik pemantauan. Data hasil rekaman CTD dapat digunakan sebagai bahan untuk menganalisis pola arus yang terjadi di lokasi penelitian. Menggunakan software Ocean Data View (ODV), data CTD diolah dan ditampilkan dalam bentuk grafik terhadap kedalaman. Konsentrasi 137Cs di perairan Selat Panaitan – Selatan Garut dengan kisaran 0,14 – 0,30 mBq/L. Konsentrasi tersebut belum mengindikasikan dampak kecelakaan Fukushima walaupun pola arus global mampu mentranspor 137Cs dari sumber (Fukushima) ke perarain Indonesia. Arus yang berada di Samudera Pasifik masuk ke perairan Indonesia melalui sistem ARLINDO. Nilai konsentrasi terendah dan tertinggi terjadi karena perbedaan jarak stasiun penelitian dengan ARLINDO. Kata kunci: survei, samudra hindia, 137Cs ABSTRACT SURVEY OF MARINE IN SOUTH INDIAN OCEAN – EAST JAVA (STRAIT OF SOUTH PANAITAN). Marine surveys have been conducted relating to the dispersion of radionuclides in the marine waters of the Indian Ocean. The studies conducted by taking a sample of sea water to determine the concentration of 137Cs and CTD measurements. To determine the physical oceanographic conditions of the study area, then the data collection of temperature, salinity and density vertically using the CTD in three monitoring points have been performanced. CTD data recording can be used as material for analyzing the flow patterns that occur in the study site . Using the software Ocean Data View ( ODV ), CTD Data processed and displayed in graphical form on the depth . The concentration of 137Cs in Panaitan Strait - South Garut with a range of 0.14 to 0.30 mBq/L. This concentration of 137Cs has not indicated the impact the Fukushima accident although the global flow pattern although capable of transporting 137Cs source (Fukushima ) to Indonesia marine waters. The current of the Pacific Ocean waters can enter Indonesia through Arlindo system. Value of the lowest and highest concentrations occur due to differences in the distance with Arlindo research station . Keywords: Survey, Indian Ocean, 137Cs"
604 JTPL 16:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Setiyo Riswanto
"Tuna mata besar merupakan komoditas ekspor. Di PPN Palabuhanratu tuna merupakan hasil tangkapan dominan. Jenis tuna yang terbanyak didaratkan adalah tuna mata besar. Untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai status perikanan tuna mata besar. Pengumpulan data dilakukan dengan metode sampling bertujuan. Jumlah sampel tuna mata besar sebanyak 397 ekor diambil secara acak pada armada longline yang siap melakukan bongkar. Analisis data menggunakan surplus produksi dan Model Von Bertallanfy Growth Function.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas tuna mata besar yang didaratkan di PPN Palabuhanratu mengalami kecenderungan yang meningkat. Pola pertumbuhan tuna mata besar bersifat allometrik negatif dengan bentuk tubuh kurang pipih. Tuna mata besar yang tertangkap sudah berumur sekitar 2 tahun dan sudah mengalami fase pemijahan. Tingkat pemanfaatan tuna mata besar sudah padat tangkap (82,43 %), sedangkan tingkat pengusahaan sudah lebih tangkap (104,21 %).

Bigeye Tuna is an export commodity. Tuna is the predominant catches in PPN Palabuhanratu. Species of tuna that ever landed was a bigeye tuna. Therefore, need to do studies about the status of the bigeye tuna. Data collection is conducted by purposive sampling. The number of bigeye tuna samples are 397 taken at random on the longline fleet ready unloaded. Data analysis using the surplus production and Von Bertallanfy Growth Model funcion.
The results showed that the productivity of the bigeye tuna landed in PPN Palabuhanratu experiencing an upward trend. Bigeye tuna pattern of growth is negative allometrik with less flattened body shape. Bigeye tuna caught about 2 years old and has been through a phase of spawning. Utilization rate of bigeye tuna is already intense capture (82.43%), while the rate of operation already overfishing (104.21%).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T30150
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Waluyo Subagyo
"Ikan tuna segar dalam klasifikasi produk hasil perikanan adalah ikan tuna yang didinginkan dengan suhu dibawah 0 ° C sampai - 2,5 ° C selama kurang lebih 14 (empat belas hari) dari penangkapan ikan di laut sampai ke konsumen. Sedangkan jenis ikan tuna yang dapat diolah menjadi ikan tuna segar adalah ikan mandidihang (yellowfin tuna), ikan mata besar (bigeye tuna) dan ikan tuna sirip biru (bluefin tuna).
Kegiatan penangkapan ikan tuna di Perairan Samudera Hindia semakin meningkat dan mengakibatkan semakin luas dan jauhnya daerah operasi penangkapan di laut, terutama di perairan bagian barat yang daerah operasi penangkapannya sampai ke perairan sebelah selatan Negara India. Situasi ini mengakibatkan waktu operasinya .semakin lama dan ukuran kapal ikan juga semakin besar, sebagaimana kapal ikan long iner yang berpangkalan di Jakarta dengan ukuran 60 - 100 GT dan 100 - 200 GT dibandingkan di Benoa-Bali dengan ukuran 30 - 60 GT, 60 - 100 GT dan 100 - 200 GT.
Penentuan pelabuhan pangkalan bagi perusahaan perikanan tuna segar ini mengakibatkan perbedaan besamya biaya kegiatan perusahaan dan pada akhimya akan mempengaruhi pendapatan perusahaan. Sedangkan untuk optimasi pendapatan perusahaan perikanan tuna segar melalui penentuan pelabuhan pangkalan tersebut dengan menggunakan Metoda Perbandingan Eksponensial yang hasilnya sebagai berikut :
- Untuk pelabuhan pangkalan di Jakarta dengan menggunakan kapal ikan long liner yang berukuran 100 - 200 GT.
- Untuk pelabuhan pangkalan di Benoa-Bali dengan menggunakan kapal ikan long liner yang berukuran 100 - 200 GT.
- Untuk Perairan Samudera Hindia dengan menggunakan kapal ikan long-liner yang berukuran 100 - 200 GT dan dengan pelabuhan pangkalan di Jakarta.
Di dalam penentuan pelabuhan pangkaian juga diperhatikan negara-negara yang terlibat di dalam pemanfaatannya karena masing-masing negara akan mengutamakan kepentingan nasionalnya. Sehubungan jumlah negara yang terlibat dalam pemanfaatan ikan tuna di perairan bagian Timur lebih sedikit dibandingkan di perairan bagian Barest, maka untuk mengoptimasikan pendapatan perusahaan dapat dipilih di Perairan Samudera Hindia bagian timur dengan kapal ikan long liner berukuran 100 - 200 GT dan dengan pelabuhan pangkalan di Benoa-Bali."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This research is cunducted to understand seasonal variation of surface current circulation over the Indian Ocean. The method used in this research was discriptive analysis. The data used were the seasonal surface wind direction and velocity from Ocean Surface Current Analysis Real - Time - National Oceanic and Atmospheric Administration (OSCAR - NOAA). The result showed that the seasonal variation of surface current circulation is influeced by movement of wind. During west season the north equatorial current is formed. during west season, the first transition season and east season is formed eddy current at western of Sumatera Island. "
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Thomson, George G.
Djakarta: Paritrana, 1973
320.9 THO m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Puji Rahayu
"Dipol Samudera Hindia atau disebut Dipole Mode (DM) merupakan fenomena alam
yang terjadi di Samudera Hindia akibat ketidakseimbangan suhu permukaan laut antara
kutub barat (WTIO) dan kutub timur (SETIO). Anomali suhu permukaan laut (ASPL) di
perairan SETIO berpengaruh langsung terhadap curah hujan di wilayah Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh aktivitas DM positif,
netral maupun negatif terhadap peningkatan/penurunan curah hujan di Sumatera
bagian selatan dan Jawa bagian barat.
Untuk menjelaskan kondisi fisis dan dinamis atmosfer permukaan digunakan metode
analisis komposit secara spasial dan temporal, sedangkan untuk mengetahui
ketersediaan uap air dilakukan dengan analisis profil vertikal.atmosfer di atas SETIO.
Analisis uji korelasi dan determinasi digunakan untuk menjelaskan hubungan dan
pengaruh nilai Dipole Mode Index (DMI) terhadap curah hujan di wilayah kajian.
Hasil analisis korelasi antara DM positif dan DM negatif terhadap curah hujan di
Sumatera bagian selatan dan Jawa bagian barat menunjukkan angka yang cukup
signifikan, sedangkan pada DM netral kurang bisa dijelaskan. Pada DMI lebih besar atau
sama dengan 2 oC menyebabkan rata-rata penurunan curah hujan di Sumatera bagian
selatan sebesar 71,68 % dan di Jawa bagian barat sebesar 76,73%, sedangkan pada DMI
lebih kecil atau sama dengan -2 oC akan meningkatkan curah hujan rata-rata sebesar
36,75 % dan 86,44 %.

Abstract
Indian Ocean Dipole usually called Dipole Mode (DM) is a natural phenomenon that
occurs in the Indian Ocean due to an imbalance of Sea Surface Temperature (SST)
between Western Tropical Indian Ocean (WTIO) and Southeastern Tropical Indian Ocean
(SETIO). Sea surface temperature anomalies (SSTA) in SETIO directly affects rainfall in
Indonesia. This study aims to determine the relationship and the influence of DM
activity which is positive neutral or negative toward an increasing or decreasing rainfall
in Southern part of Sumatra and Western part of Java.
To explain the physical and dynamic condition of the surface atmosphere the
composites analysis methods is used in spatial and temporal, while to quantification the
availability of water vapor in atmosphere above SETIO the vertikal profile analysis is
carried out. Analysis of Correlation test and determination is used to describe the
relationship and influence of the Dipole Mode Index (DMI) to rainfall variability in the
study area.
The results of correlation analysis between DM positive and negative to rainfall in
southern part of Sumatra and western part of Java show a significant level, whereas the
neutral DM can not be explained. If Dipole Mode Index (DMI) is greater than or equal to
2 oC leads to an average decrease in rainfall in southern part of Sumatra at 71.68% and
in the western part of Java for 76.73%, while the DMI is less than or equal to -2 oC will
increase the average rainfall about 36.75% and 86.44%."
2012
T31384
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cinthia
"Kabupaten Pacitan terdiri dari Teluk Pacitan dan perairan Samudera Hindia yang dimanfaatkan nelayan untuk mencari ikan. Sebagian besar cara yang digunakan adalah dengan menggunakan rumpon. Penempatan rumpon didaerah yang sesuai dengan kondisi oseanografi dapat lebih meningkatkan hasil produksinya dibanding yang tidak menggunakan rumpon. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui wilayah kesesuaian rumpon dan produksi perikanan pada wilayah kesesuaian rumpon, yang terletak pada wilayah dengan kondisi oseanogafi. Baik nelayan yang tanpa menggunakan rumpon dan yang memanfaatkan rumpon. Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan Citra Landsat 8, dengan parameter yang digunakan pada penelitian ini diantaranya suhu, kecepatan arus, kekeruhan, salinitas, kedalaman dan kelimpahan klorofil-a. Metode analisis spasial yang digunakan yaitu analisis overlay dengan teknik SIG. Adapun untuk memperoleh data produksi pada wilayah kesesuaian rumpon dilakukan wawacara dengan nelayan. Hasil penelitian  menunjukkan pada wilayah kesesuaian rumpon, pada region 1 terdapat wilayah yang terkategori sesuai dengan sedikitnya terdapat wilayah yang sesuai. Pada region 2 tergolong wilayah yang sesuai dengan 5 % wilayah yang kurang sesuai. Pada region 3 tergolong sesuai. Produksi ikan dari nelayan yang menggunakan rumpon memiliki produksi 5 kali lipat atau lebih tinggi dibanding yang tidak menggunakan rumpon. Wilayah yang secara kualitas air sangat sesuai untuk penempatan rumpon, menghasilkan ikan dengan kualitas lebih baik, yakni 75 % hasil produksinya merupakan ikan pelagis besar.

The main fishing ground of Pacitan Regency are Pacitan Bay and Indian Ocean. In addition to traditional methods, Pacitan fishermen also use Fish Aggregating Devices(FADs) to catch fish. The use of FADs in areas that have suitable water quality can further improve their production. The purpose of this study was to determine effective fish production at FADs locations, which are located in areas with appropriate oceanic conditions. This applies for both fishermen who use fishing rods and those who use FADs. The data collection method in this study used Landsat 8 Imagery, with parameters used in this study including temperature, current velocity, turbidity, salinity, depth and abundance of chlorophyll-a. The method used in this research was Spatial with GIS technique. As for obtaining production data, an interview was conducted with fishermen. The results of the study show that the FAD conformity area, in region 1, is categorized according to at least the corresponding area. In region 2 it is classified as an area that corresponds to 5% of the regions that are not suitable. In region 3 it is considered appropriate. Whereas in quite suitable areas are in the waters south of Pacitan with very deep water conditions. Fish production from fishermen using FADs has 5 times higher production than those who do not use FADs. Areas that are highly suitable for the placement of FADs, produce better quality fish, which is 75% of its production is large pelagic fish.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>