Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122441 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Y.B. Subowo
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
T40135
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Sari Wulaningsih
"Senyawa kurkumin merupakan salah satu sumber antioksidan potensial yang dapat diperoleh dari tanaman kunyit kunyit (Curcuma longa Linn) atau temulawak (Curcuma Xanthoriza). Pada penelitian ini gugus karbonil (C=O) kurkumin akan direduksi menjadi gugus hidroksi (OH) degan menggunakan reduktor LiAlH4. Setelah itu, kurkumin hasil reduksi dicampur dengan antioksidan lain yaitu katekin. Katekin merupakan senyawa polifenol utama yang terdapat pada teh hijau. Katekin dapat diisolasi dari daun teh dengan menggunakan metode ekstraksi pelarut dan partisi. Katekin yang diperoleh dari hasil isolasi dicampurkan dengan kurkumin tereduksi dengan perbandingan mol 1:1, 1:10, dan 10:1. Variasi perbandingan mol ini digunakan untuk melihat sejauh mana peranan antioksidan kurkumin tereduksi dan katekin dalam campuran. Campuran katekin dan kurkumin hasil reduksi dengan perbandingan 1:1 ternyata memiliki aktivitas antioksidan yang lebih besar dibandingkan dengan kurkumin hasil reduksi, katekin, maupun campuran kurkumin tereduksi dan katekin dengan perbandingan 1:10 dan 10:1. Hal ini ditandai dengan semakin kecilnya nilai IC50, yaitu sebesar 8,55 µg/mL atau 10 kali lipat dibandingkan dengan nilai IC50 dari katekin sebesar 85,44 µg/mL dan 12 kali lipat dibandingkan dengan nilai IC50 kurkumin reduksi sebesar 102,63 µg/mL. Penambahan mol baik bagi kurkumin tereduksi maupun katekin dalam campuran tidak berpengaruh besar bagi aktivitas antioksidan campuran, dimana untuk campuran kurkumin dan katekin 1:10 diperoleh IC50 sebesar 35,26 µg/mL dan untuk campuran kurkumin dan katekin 10:1 diperoleh IC50 sebesar 49,37 µg/mL. Aktivitas antioksidan campuran dengan perbandingan 1:10 dan 10: 1 masih kurang bagus dibandingkan dengan campuran kurkumin dan katekin 1:1."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30477
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fathoni
"Albertisia papuana Becc termasuk tumbuhan tropis dari famili Menispermaceae. Tumbuhan ini dikenal berkhasiat obat, diantaranya sebagai antibiotik/antibakteri. Selain tumbuhan, mikroorganisme termasuk jamur endofit juga dapat menghasilkan antibiotik. Jamur endofit termasuk mikroorganisme yang hidup pada tumbuhan inangnya. Jamur endofit di alam jumlahnya melimpah (1,5 juta dibandingkan tumbuhan sekitar 300 ribuan). Jamur endofit dapat memproduksi metabolit bioaktif yang beragam. Di lain sisi, jamur endofit belum tereksplorasi secara maksimal. Penelitian ini dilakukan untuk menskrining dan mengisolasi senyawa bioaktif dari jamur endofit dari tumbuhan A. papuana sebagai antibiotik. Dari kegiatan penelitian didapatkan 15 isolat jamur endofit yaitu dari bagian batang 8 isolat dan daun 7 isolat.
Dari skrining aktivitas antibakteri dengan metode TLC bioassay didapatkan informasi 2 isolat jamur endofit yang bersifat paling aktif yaitu DAP KRI-5 dan BAP KRI-8. Dari pemisahan dan pemurnian didapatkan 2 buah senyawa murni dari DAP KRI-5 yaitu F4.3, dan F2.3.9. Hasil dari elusidasi struktur menggunakan spektr. 1H dan 13C-NMR; UV-Vis; dan GC-MS menunjukkan F4.3 adalah C6H6O3 yaitu floroglusinol. Floroglusinol mempunyai aktivitas antibakteri melawan S. aureus sama kuatnya dengan klorampenikol dengan nilai MIC yaitu 64 𝜇g/mL, namun sampel F4.3 bersifat parsial sebagai antibakteri. Berdasarkan spektr. 1H dan 13C-NMR, 2D NMR dengan DEPT; HMBC; HMQC; dan 1H-1H COSY, spektr. UV-Vis dan IR, dan ToF ESI-MS menunjukkan F2.3.9 mempunyai rumus molekul C30H37NO6 yaitu sitokalasin D.

Albertisia papuana Becc is tropical plants that belong to the family of Menispermaceae. It was known as medicine, such as an antibiotic/antibacteria. Besides plants, microorganisms including endophytic fungi also can produce antibiotics. Endophytic fungi live in their host plant. Endophytic fungi have abundant number in the world (1.5 million compared to approximately 300 thousands of plant). They can produce diversity of bioactive metabolites. The other hand, they have not been maximized exploration yet. This study was conducted for screening and isolating of bioactive compounds of endophytic fungi from A. papuana as antibiotics. This research activities obtained 15 isolates of the endophytic fungi. The isolates are from the stem and leaf, 8 and 7 isolates respectively.
Screening of antibacterial activity with TLC bioassay obtained two isolates which have the most active as antibacterial, there are DAP KRI-5 and BAP KRI-8. Separation and purification obtained two pure compounds from KRI DAP-5, there are F4.3, and F2.3.9. The results of structure elucidation by spectr. 1H and13C-NMR, UV-Vis, and GC-MS showed F4.3 is C6H6O3, phloroglucinol. Phloroglucinol has antibacterial activity against S. aureus as well as chloramphenicol with MIC value are 64 𝜇g/mL, but F4.3 partially activity as antibacterial agent. Based on spectr. 1H and 13C-NMR, 2D NMR with DEPT; HMBC; HMQC; and 1H-1H COSY, spectr. UV-Vis and IR, and ToF ESI-MS showed F2.3.9 is C30H37NO6, cytochalasin D.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35558
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juraida
"Mikroalga Spirulina platensis rnerupakan salah satu sumber asam lemak tidakjenuh majemuk atau Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA), yaitu asam linoleat dan asam y-linolenat. Produksi PUFA ini berkaitan dengan aktivitas enzim desaturase yang terdapat di dalam sel S. platensis. Desaturase merupakan enzim yang dapat mengkatalisis reaksi pembentukan ikatan rangkap pada rantai karbon asam lemak. Enzim ini dapat dimanfaatkan pada biokonversi secara in vitro untuk meningkatkan ketidakjenuhan asam lemak. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan " menentukan aktivitas dan sifat enzim tersebut sebagai biokatalisator pada reaksi pembentukan ikatan rangkap asam lemak minyak sawit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa desaturase dapat diisolasi dari S. platensis dan mampu meningkatkan ketidakjenuhan asam lernak minyak sawit. Pengujian karakteristik desaturase menunjukkan bahwa desaturase memiliki aktivitas optimum pada perbandingan substrat-enzim (1 :1), pH 7,5 dan suhu 25°C. logam kofaktor yang bersifat aktifator untuk desaturase adalah Ca2 +, Mn2 +, Cu2: dan Mg2 +, sedangkan sebagai inhibitor adalah Mg2 + (pada konsentrasi diatas 0,5 mM) dan EDTA. Desaturase S. platensis memiliki I periode stabilitas yang singkat, yaitu tiga jam. Analisis kromatografi gas terhadap perubahan komposisi asam lemak minyak sawit sebelum dan setelah desaturasi menunjukkan adanya aktivitas delta-12 desaturase."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Mardhani
"Enzim peroksidase adalah enzim yang mengkatalisis reaksi oksidasi sejumlah substrat yang merupakan donor hidrogen seperti asam askorbat, benzidin , pirogalol. dan fenol oleh hidrogen perokslda. Enzim ini banyak memberikan manfaat baik dalam bidang medis maupun industri. Oleh karena itu perlu dilakukan pencarian sumber peroksidase, salah satunya adalah jamur Corttnaiias msgnivetatus. Penetitian rnr bertujuan untuk mengisolasi enzim peroksidase dan jamur Cortinarius magnivelatus dan memurnikannya secara parsial serta mengkarakterisasi enzim yang telah terisolasi tersebut. Telah dilakukan isolasi enzim peroksidase dan jamur Cortinarius magnivelatus yang menghasilkan enzim ekstrak kasar dengan nilai aktivitas spesifik 0.249 U/mg. Pemumian secara parsial dilakukan dengan cara fraksionasi dengan garam ammonium sulfat, dialisis, dan kromatografi penukar anion DEAE-Selulosa dengan pengelusi buffer fosfat 0.05 M pH 8,0; buffer fosfat 0.05 M pH 7,0; dan buffer fosfat 0.2 M pH 7,0. Tahap pemumian dengan cara Fraksionasi menggunakan ammonium sulfat (55 %) dihasilkan enzim dengan nilai aktivitas spesifik sebesar 0,626 U/mg dan tingkat kemurnian 2,514 kali. Sedangkan tahap pemumian dengan kromatografi kolom DEAE Selulosa menghasilkan enzim peroksidase dengan aktivitas spesifik sebesar 9.788 U/mg dan tingkat kemumian 39.309 kali dari ekstrak kasamya. Karakteristik dilakukan dengan menentukan pH dan suhu optimum, kinetlka reaksi enzim peroksidase dan uji kualitatif dalam mengkatallsis pembentukan senyawa polimer. Hasil pengujian karakteristik terhadap enzim peroksidase terisoiasi tersebut menunjukkan bahwa enzim peroksidase terisoiasi memiliki aktivitas maksimum pada pH 7,0; dan suhu optimum 30°C, dengan nilai Km sebesar 0.0026 M. Uji kualitatif pembentukan senyawa polimer dari guaiakol dengan katalis enzim peroksidase menunjukkan hasil positif dengan terbentukhya warna merah kecoklatan dibanding blanko."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Aulung
"ABSTRAK
Di sekitar lingkungan hidup kita terdapat banyak damur, karena Iklim tropik sesuai untuk pertumbuhannya. Salah satu maealah yang menarik perhatian pada masa kini adalah maealah infeksi yang dieebabkan oleh Jamur, khusuenya infeksi jamur sietemik.
Keberadaan jsmur dalam tubuh sebagai saproba, tidak menimbulkan kelainan, karena adanya pertahanan tubuh. Apabila pertahanan tubuh ditekan, maka jamur dapat menimbulkan infeksi (penyakit). Penekanan sietim imun oleh obat imunosupresif dapat menyebabkan jamur eaproba menjadi patogen CKerkering, 1981, Wasser, 1987 dan Susilo, 1991). Pemakaian antibiotika yang berlebihan akan mengubah keseimbangan mikroflora yang mencolok di dalam tubuh, menyebabkan jamur tumbuh dengan eubur dan berkembang (Janas, 1985 dan Setiabudy, 1987). Sueilo (1991) mengemukakan bahwa penderita yang memerlukan pengobatan antibiotika dan atau kortikosteroid, kemungklnan beear akan mendapat infekei oleh jamur setelah beberapa lama. Peneliti lain aeperti Suprihatin, (1979), Susworo (1990) dan Anaissie (1991), mengemukakan bahwa infeksi jamur (mikoeie sistemik) semakin banyak ditemukan, sehubungan dengan meningkatnya pemakaian obat antibiotika dan obat imunosupresif seperti obat golongan steroid dan aitostatika. Dikatakan selanjutnya bahwa jamur sistemik juga eering ditemukan pada penderita "immunocompromised", yaitu seorang penderita yang sietem kekebalan tubuhnya terganggu sehingga mudah terkena infeksi (Susilo, 1992). Penderita yang mendapat transplantasi organ, penderita kanker dan penderita "Acquired immune deficiency syndrome" (AIDS) adalah beberapa contoh penderita "Immunocompromised".
Pada kerusakan eelaput iendir dan kulit oleh tumor ganae di telinga, hidung dan tenggorokan, kemungkinan terjadinya infeksi oleh jamur tidak dapat disangkal lagi dieamping infeksi oleh bakteri. Menurut Munir (1991). Penderita kanker yang menjalani pembedahan di telinga, hidung dan tenggorokan ditemukan jamur Candida dan AspergllluB. Bonadonna (1988) (dalam Ramli dan Darwis 1991) mengemukakan bahwa pada 10 70% penderita yang meninggal karena kanker ditemukan jamur, terutama Candida dan AspergllluB. Beberapa penyelidik mengemukakan bahwa infeksi jamur pada penderita tumor ganas dan AIDS makin meningkat, mortalitas Juga makin meningkat. Kesulitan yang dihadapi ialah infeksi oleh Jamur sulit didiagnosis terutama pada stadium dini (Kenneth, 1991).
Keadaan neutropenia sengat potensial untuk terjadinya jamur eistemik yang sering (Munir, 1991). Neutropenia adalah suatu keadaan dimana jumlah neutrofil menurun. Pemberian terapi kortikosteroid juga dapat mengganggu fungsi neutrofil, eehingga mudah terinfeksi oleh jamur (Ramli dan Darwis, 1991).
Infeksi noeokomial adalah suatu infekei yang didapat seseorang di rumah sakit. Jamur udara Juga dapat merupakan pencemar, ditemukan di laboratorium dan rumah sakit. Jamur pencemar ini dapat menyebabkan infeksi nosokomial pada penderita yang dirawat di rumah sakit yang sistim imunnya terganggu. Infeksi nosokomial oleh jamur dapat terjadi secara endogen, yaitu jamur penyebab telah ada di dalam tubuh, atau secara eksogen bila Jamur penyebab berasal dari luar tubuh.
Infeksi nosokomial oleh Jamur dapat timbul bila terdapat faktor predisposisi seperti adanya keganasan, penderita diabetes melitus, higiene mulut yang buruk, pemberian kortikosteroid, antibiotika serta pada pasien-pasien yang memperoleh radioterapi (Roesie, 1987). Jamur Candida sering ditemukan sebagai kausa infeksi nosokomial pada saluran kemih, luka akibat operasi, saluran nafas bagian bawah, darah dan alat tubuh lainnya (Supardi, 1991). Suryatenggara (1991) Melaporkan selain Candida sebagai infeksi nosokomial, ditemukan juga Aaperelllug, Penlclll±wn dan Mucor. Menurut Susilo (1992) selain jamur saproba {Candida) dan (AepergllluB) Juga Jamur lain dapat menyebabkan infeksi noeokomial."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Universitas Indonesia, 2001
S32228
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faika Dwiyanti
"Tubuh kita memerlukan asam lemak essensial, yang dapat dipenuhi
dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung asam lemak essensial
tersebut. Salah satu bahan makanan yang mengandung asam lemak
essensial adblah kacang panjang {Vigna sesquipedalis). Tetapi, kacang
panjang juga mengandung enzim lipoksigenase yang mengkatalisis reaksi
oksidasi asam linoleat oleh oksigen menjadi hidroperoksida. Senyawa ini
bersifat tidak stabil dan dapat dioksidasi lebih lanjut m^nghasilkan senyawasenyawa
yang menimbulkan ketengikan dan mempunyai dampak negatif bagi
kesehatan. Oleh karena itulah, penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi
enzim lipoksigenase dari kacang panjang serta menentukan aktifitas enzim
tersebut sebagai biokatalisator pada reaksi oksidasi asam linoleat. Juga
dilakukan penentuan kondisi optimum reaksi, yaitu pH dan suhu inkubasi
optimum. Purifikasi enzim yang telah diisolasi dilakukan melalui tiga tahap,
yaitu fraksionasi dengan ammonium sulfat, dialisis, dan kromatografi penukar
anion DEAE Sellulosa. Berdasarkan hasil pengukuran, ternyata aktifitas
spesifik enzim lipoksigenase meningkat mulai dari tahap ekstraksi (0,226
U/mg), fraksionasi dengan ammonium sulfat 60-90 % (0,418 U/mg), sampai
dialisis (0,523 U/mg). Aktifitas enzim meningkat secara tajam setelah
dilakukan kromatografi 350,6 U/mg (puncak I) dan 177,1 U/mg (puncak II). Sedangkan untuk kondisi optimum reaksl diperoleh pH optimum pada pH 9,0
dan suhu inkubasi optimum pada 30° C."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>