Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1193 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
John Toding Padang
"Gambaran tentang kehidupan dan perilaku seks bebas diantara kaum homoseksual merupakan masalah kesehatan utama dan faktor penting dalam transmisi infeksi HIV ke populasi yang lebih luas. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap persepsi kaum homoseksual terhadap aktivitas seksual yang berisiko terjadi HIVAIDS. Pendekatan yang digunakan pada penelitian kualitatif ini adalah fenomenologi deskriptif. Partisipan dalam penelitian ini adalah 5 orang pria homoseksual yang aktif secara seksual. Proses analisis menggunakan tahapan analisis menurut Colaizzi, dan teridentifikasi lima tema utama: (1) Penampilan fisik sebagai modal utama (2) Pencapaian kebahagiaan melalui hubungan homoseksual (3) Ketergantungan kebutuhan seks sebagai alasan mempertahankan hubungan homoseksual (4) Ketidaknyamanan sebagai alasan tidak memproteksi diri (5) Upaya pencarian figur seorang ayah. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk data dasar pendidikan kesehatan pencegahan perilaku seksual berisiko dimana diharapkan dapat membantu mencegah peningkatan prevalensi HIV-AIDS pada kaum homoseksual. Diperlukan penelitian lanjutan dengan menggunakan desain dan teknik sampling lainnya, untuk meningkatkan validitas dan reliabilitas hasil penelitian. Sehingga hasil yang diperoleh dapat ditransfer ke populasi yang memiliki tipologi yang sama.

The description of Homosexuals lifestyle and free sex behavior is the essential of the transmission of HIV in large population. This study aims to uncover the perceptions of homosexuals against risk sexual activity that occurs with HIVAIDS. The design of this qualitative research was descriptive phenomenology approach. Participants in this study include of five homosexual's. Analysis process is using the stage of Colaizzi's data analysis and five themes was identified in this study, consist of: (1) The physical appearance as the main capital (2) Attainment of happiness through homosexual relations (3) The dependence of sexual needs as the reason for maintaining a homosexual relationship (4) The discomfort as a reason not to protect yourself (5) The search for figure of a father. This study is usefull as the basic of health education in sexual behavior risk preventive, which can help to protect the increase of HIV-AIDS prevalency in the homosexuals. There's need continues study that using another design and sampling technique to increase the validity and reliability of the finding. So the result can be transfered to essential population that have similarity in tipology."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T30702
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sonda Nur Assyaidah
"ABSTRAK
Industri jasa layanan seks ada di Indonesia dan dikenal sebagai sumber penularan
HIV dan IMS. Upaya pencegahan penularan HIV salah satunya melalui tes HIV.
Tes HIV dapat memperluas layanan HIV yang meliputi perawatan, dukungan, dan
pengobatan pada waktu yang tepat. Akan tetapi, masih banyak WPS yang belum
bersedia memanfaatkan pelayanan tes HIV padahal tes ini sudah disediakan gratis
begitu pula dengan pengobatannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan pengetahuan komprehensif HIV/AIDS dan persepsi berisiko terkena HIV
terhadap pemanfaatan layanan tes HIV pada WPS baik WPSL maupun WPSTL di
DKI Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian mix method (kuantitatif dan
kualitatif) dengan desain Sequential Explanatory. Sampel pada penelitian ini adalah
WPS berjumlah 447 orang dan 12 informan. Terdapat variasi pengaruh
pengetahuan dan persepsi terhadap pemanfaatan layanan tes. Pengetahuan
komprehensif mempunyai faktor proteksi 0,50 kali untuk memanfaatkan layanan
tes HIV. Artinya, WPS yang tidak memiliki pengetahuan komprehensif lebih
berpeluang untuk melakukan pemanfaatan layanan tes HIV, dibandingkan dengan
WPS yang memiliki pengetahuan komprehenshif. Sedangkan persepsi berisiko
terkena HIV mempunyai faktor proteksi 0,48 kali untuk melakukan pemanfaatan
layanan tes HIV. Artinya, WPS yang tidak memiliki persepsi berisiko terkena HIV
lebih berpeluang untuk melakukan pemanfaatan layanan tes HIV, dibandingkan
dengan WPS yang memiliki persepsi berisiko terkena HIV.

ABSTRACT
Sex services industry is in Indonesia and known as a source of HIV and STI
transmission.Prevention of HIV transmission one of them is HIV testing. HIV
testing can expand HIV services that include care, support, and treatment in a
timely manner. However, there are still many FSWs who are not willing to take
advantage of HIV testing services, whereas this test has been provided free of
charge as well as the treatment. This study aims to determine relationship between
comprehensive knowledge of HIV/AIDS and risk perceptions of HIV to the use HIV
testing services in WPS both WPSL and WPSTL in DKI Jakarta. This research is
mix method (quantitative and qualitative) with Sequential Explanatory design.
Samples in this study were WPS amounted to 447 people and 12 informants. There
are variations in the influence of knowledge and perceptions on the utilization of
test services. Comprehensive knowledge of HIV/AIDS has a protection factor of
0.50 times to take advantage of HIV testing services. That is, WPS who do not have
comprehensive knowledge of HIV/AIDS more likely to make use of HIV testing
services, compared with WPS with comprehensive knowledge of HIV/AIDS. While
risk perceptions of HIV have a protection factor of 0.48 times to make use of HIV
testing services. That is, WPS who do not have perceptions at risk of HIV are more
likely to utilize HIV testing services, compared to female sex workers who have a
risk perception of HIV."
2018
T53581
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Suparno
"Tulisan ini menganalisis dampak kegiatan KIE-HIV/AIDS oleh kelompok pendidik sebaya terhadap perubahan perilaku berisiko terinfeksi HIV/ AIDS di kalangan IDU di Jakarta, 2003. Fokus perubahan perilaku yang diamati adalah praktek yang terkait dengan penggunaan peralatan suntikan dan hubungan seksual. Praktek yang terkait dengan penggunaan peralatan suntikan yang diamati antara lain status kelangsungan pemakaian NAPZA dengan suntikan, penggunaan jarum suntik bersama, penggunaan peralatan tempat pencampur larutan NAPZA secara bersama dan sterilisasi peralatan suntikan. Perilaku hubungan seks yang diamati adalah jumlah pasangan seks dan konsistensi penggunaan kondom dalam melakukan hubungan seks.
Model penelitiannya adalah one group pre-posies, yaitu rancangan penelitian yang hanya menggunakan satu kelompok subyek serta melakukan pengukuran sebelum dan sesudah pemberian perlakukan pada subyek. Perbedaan kedua hasil pengukuran ini dianggap sebagai dampak/ efek perlakulan. Jumlah subyek penelitian yang terlibat sebanyak 327 IDU. Pemilihan sampel menggunakan metode multiplikasi nominasi. Yaitu memperoleh sampel dengan cara snowball dengan melibatkan orang kunci yang berperan untuk menunjukkan sejumlah IDU secara acak. Analisis data menggunakan dasar perhitungan uji McNemar untuk mengetahui signifikasi perubahan perilaku yang diteliti.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1). proporsi IDU yang menghentikan menggunakan NAPZA dengan suntikan cenderung meningkat namun berdasar hasil uji statistik , peningkatan tersebut belum menunjukkan hasil yang signifikan selama pasca intervensi, 2). terjadi penurunan proporsi IDU yang menggunakan jarum dan semprit secara bersama selama intevensi, 3). terjadi perubahan perilaku yang lebih baik dalam praktek mensucihamakan jarum dan sempritnya namun dengan intensitas (sampai tiga kali). Pemberian KIE ternyata tidak diiikuti dengan meningkatkannya proporsi IDU yang mensucihamakan peralatan suntikan dengan bleach, 4). analisis terhadap praktek penggunaan tempat pelarut ternyata menunjukkan perubahan perilaku yang lebih baik, yaitu menggunakan tempat milik sendiri (tidak berbagi dalam wadah) selama intervensi berlangsung. 5). dalam upaya merubah perilaku seks yang berisiko hasilnya terlihat adanya kecenderungan menurunnya proporsi IDU yang melakukan hubungan seks dengan banyak atau berganti-ganti pasangan. dan kecenderungan tersebut belum menunjukkan perubahan proporsi yang signifikan secara statistik dan 5). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa proporsi IDU yang selalu menggunakan kondom saat berhubungan seks dengan orang lain meningkat secara signifikan selama intervensi berlangsung.
Daftar bacaan : 45 ( 1993 - 2003 )

Effect of HIV/AIDS Information, Education, and Communications (IEC) Among Intravenous Drug Users (Edus) Through Peer Educators on the Changes in HIV/AIDS Risk Behaviors in Jakarta, 2003This thesis examines the impact of IEC through peer educators on HIVIAIDS to IDUs in Jakarta. The focus of the study includes changes in risk behaviors relating to IDU and risky sex. Observed behaviors relating to IDU include use of needles and syringes, sharing behaviors. and sterilization, while those relating to risky sex include: multiple sex partners and condom use.
The study used a one group pre- and post-test approach, using one subject group for pre- and post testing intervention method to observe the level of changes behavior and as indicative of the intervention impact. The subject included a total of 327 IDUs. The samples were selected using a multiple nomination by snowballing through key persons. These were then randomly selected. Data analysis basically utilized McNemar test of significance.
The results indicate several interesting points: 1) that although the proportion of IDUs who reduced injected drugs tend to increase, the post intervention results (based on 1 year period) have not been statistically significant, 2) with increasing intensity of EEC on HIVIAIDS and harm reduction, there were some changes in risk behaviors relating to sharing of needles_ 3) although sterilization behaviors tend to improve somewhat, and IOUs have tend to use their own containers, however bleaching practices does not seem to have improved significantly, 4) 1EC have not resulted in significant changes in risky sex although a few IDUs reported less sex with less number of partners, and 5) IEC have, however, resulted in improved consistent condom use among IDUs.
References: 45 (1993 - 2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T13008
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elly Nurachmah
"Tingginya angka HIV/AIDS, hilangnya masa produktif dari penderita berdampak pada kehilangan usia produktif di Indonesia. Hal ini disebabkan karena perilaku berisiko yang salah satunya terjadi dikalangan anak usia sekolah dan merupakan kelompok rentan tertularnya HIV/AIDS. Berdasarkan fenomena tersebut, tujuan penelitian yang dilakukan adalah menganalisis faktor pencegahan HIV/AIDS melalui perilaku berisiko tertular pada siswa SLTP.
Desain penelitian menggunakan deskriptif korelasi dan menggunakan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel berupa purposive sampling di SLTP X Jakarta yang memenuhi kriteria inklusif. Faktor intrinsik yang meliputi persepsi tentang pemahaman, sikap dan pencegahan HIV/AIDS mempunyai hubungan yang signifikan dengan perilaku berisiko tertular pada siswa SLTP. Begitu pula dengan faktor ekstrinsik (informasi diperoleh dari luar) yang meliputi informasi orangtua, fasilitas, informasi dengan orang lain dan stigma masyarakat mempunyai hubungan signifikan dengan perilaku berisiko tertular pada siswa SLTP.
Rekomendasi dari penelitian ini adalah peningkatan pengetahuan melalui komunikasi, informasi dan edukasi tentang faktor pencegahan HIV/ AIDS melalui perilaku berisiko tertular pada siswa SLTP. Hal lain adalah perlunya peningkatan bimbingan dan konseling dari guru serta pendampingan dari orang tua kepada anak.

The High prevalence of HIV/AIDS can lead to a less in productive age in Indonesia. This problem can be attributed to the risk behavior of school age children, a risk group for HIV/AIDS infection. This study aims to analyse HIV/AIDS prevention factors among junior high school students.
The research used a descriptive correlation and a cross sectional approaches. The sampling method employed a purposive sampling at SLTP X in Jakarta whose subjects fulfilled the inclusive criteria. The intrinsic and extrinsic factors were explored. The intrinsic factors,?perception on understanding, attitude, and HIV/AIDS prevention?were significantly correlated with the contagious risk behavior among junior high school students. The extrinsic factors (involving external source of information, information from parents, facilities, information from other people, and community stigma) were significantly correlated with contagious risk behavior among students.
Based on this findings, it is imperative to improve knowledge through communication, information, and education on HIV/AIDS prevention factors from contagious risk behavior of junior high school students. It is also important to improve guided supervision and counseling ability from teachers and intensive assistance from parents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Untung Sujianto
"Perilaku remaja yang berisiko terhadap IMS, HIV/AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan yang membutuhkan layanan kesehatan yang tepat bagi remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dan seksual, sikap, self-efficacy, life skills pencegahan perilaku berisiko dan menguji efektivitas model layanan kesehatan reproduksi (life skills) berbasis sekolah terhadap perilaku berisiko IMS, HIV/AIDS, berdasarkan kebutuhan dan permasalahan remaja melalui pelatihan keterampilan hidup (life skills) di sekolah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, self-efficacy, life skills dan perilaku pencegahan perilaku berisiko. Sejumlah 340 responden remaja ikut berpartisipasi pada penelitian tahap survey ini, kemudian diambil 40 responden terpilih untuk diberikan pelatihan layanan kesehatan reproduksi (life skills) berbasis sekolah terhadap perilaku berisiko IMS, HIV/AIDS selama 4 bulan. Pendidikan kesehatan reproduksi dasar diberikan pada 40 responden sebagai kontrol. Model layanan kesehatan reproduksi (life skills) berbasis sekolah terhadap perilaku berisiko IMS, HIV/AIDS ini merupakan bagian dari layanan keperawatan yang dapat diberikan melalui usaha kesehatan sekolah (UKS) dan merupakan aspek penting dari peran perawat dalam mendukung tujuan dari millennium development goals (MDGs) yaitu penanganan berbagai penyakit menular berbahaya diantaranya adalah HIV/AIDS.

Behaviors of adolescents which are risky for STIs and HIV/AIDS are one of health problems that require appropriate health services. This study aims to identify the knowledge of adolescents about reproductive and sexual health, attitudes, self- efficacy, and life skills to prevent risky behaviors and to test the effectiveness of school-based reproductive health services (life skills) for risky behaviors of STI and HIV/AIDS based on the needs and problems of the youth through life skill training. This training is aimed to improve the knowledge, attitudes, self-efficacy, life skills and behavioral prevention of risk behaviors. A number of 340 adolescent respondents participated in the research survey. As many as 40 respondents were selected to be trained in school-based reproductive health services (life skills) for risky behaviors of STI and HIV/AIDS for 4 months. Education about basic reproductive health was given to 40 respondents as the control group. The model of school-based reproductive health services (life skills) for risky behaviors of STI and HIV/AIDS is a part of nursing services that can be provided through the school health unit (UKS). It is also an important aspect of the nurse's role in supporting the objectives of the millennium development goals (MDGs) which is the handling of dangerous infectious diseases such as HIV/AIDS."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
D1511
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selita Restuningtyas
"Pengetahuan tentang HIV / AIDS perlu diberikan kepada remaja untuk mengurangi terjadinya perilaku berisiko oleh remaja. Penelitian deskriptif analitik korelatif ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan HIV / AIDS dan perilaku berisiko dengan pendekatan cross-sectional yang melibatkan 418 siswa dari 10 SMA Negeri di Kota Bogor dengan menggunakan teknik proporsional stratified random sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner IAQ-E (International AIDS Questionnaire English Version) untuk mengukur tingkat pengetahuan dan kuesioner YRBS (Youth Risk Behavior Survey) tentang perilaku berisiko pada remaja. Hasil analisis bivariat dengan uji Spearman menunjukkan bahwa pengetahuan HIV / AIDS berhubungan bermakna dengan perilaku berisiko (p = 0,009 α = 0,05; r = 0,128). Pendidikan kesehatan perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan di sekolah untuk mengembangkan pengetahuan remaja tentang informasi kesehatan khususnya HIV / AIDS sehingga dapat mengurangi perilaku berisiko HIV / AIDS sejak usia dini.

Knowledge about HIV / AIDS needs to be given to adolescents to reduce the occurrence of risky behavior by adolescents. This descriptive correlative analytic study aims to determine the relationship between HIV / AIDS knowledge and risky behavior using a cross-sectional approach involving 418 students from 10 public high schools in Bogor City using proportional stratified random sampling technique. The research instrument used the IAQ-E (International AIDS Questionnaire English Version) questionnaire to measure the level of knowledge and the YRBS (Youth Risk Behavior Survey) questionnaire about risk behavior in adolescents. The results of the bivariate analysis using the Spearman test showed that knowledge of HIV / AIDS was significantly associated with risky behavior (p = 0.009 α = 0.05; r = 0.128). Health education needs to be included in the education curriculum in schools to develop youth knowledge about health information, especially HIV / AIDS so that it can reduce HIV / AIDS risk behavior from an early age."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arum Zulaikhah
"Kasus baru HIV di Indonesia cenderung terus mengalami peningkatan. Sedangkan, tren di dunia mengalami penurunan. LSL merupakan kelompok risiko tinggi. Pencegahan penularan HIV dilakukan dengan perubahan perilaku. Studi ini menggunakan studi crossectional pada 1.161 sampel hasil STBP 2015 pada kelompok LSL. Variabel independennya adalah pengetahuan tentang pencegahan dan penularan HIV-AIDS, dan pengetahuan status HIV diri sendiri. Variabel dependennya adalah perilaku seks berisiko HIV-AIDS yang terdiri dari perilaku jumlah pasangan seks>1 dan penggunaan kondom tidak konsisten. Variabel lain terdiri dari umur, status pekerjaan, pendidikan, akses ke pelayanan pencegahan penularan HIV-AIDS, dan akses internet tentang pencegahan dan penularan HIV-AIDS. Penelitian ini menggunakan analisis univariat, dan bivariat. Analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel independen, dan variabel lain dengan perilaku seks berisiko HIV-AIDS. Terdapat hubungan pengetahuan status HIV diri sendiri dan pelayanan pencegahan penularan HIV-AIDS dengan jumlah pasangan seks>1 PR=0,85(0,74-0,99) dan PR=0,83(0,72-0,96). Hal ini kuat hubungannya dengan perceived behavioral control pada LSL. Hubungan antara pengetahuan status HIV, pelayanan pencegahan dan penularan HIV-AIDS, serta akses terhadap internet tentang pencegahan penularan HIV-AIDS dengan penggunaan kondom yang tidak konsisten PR=1,14(1,02-1,28), PR=1,18(1,06-1,33), PR=1,16(1,02-1,31). Maka, perlu program peningkatan pengetahuan status HIV diri sendiri, penguatan pelayanan pencegahan penularan HIV-AIDS.

HIV new cases in Indonesia increasing, while global is decreasing. MSM is high risk group. Prevention of HIV transmission can to be done with behavioral change. This study applied crossectional study on 1,161 samples of 2015 IBBS results in MSM. Independent variables in this study are knowledge about prevention and transmission of HIV-AIDS, and knowledge of their own HIV status. The dependent variable is HIV-AIDS sexual behavior risk, such as having partner>1 and inconsistency of condom use. Other variables are age, jobs status, education level, access to prevention and transmission of HIV-AIDS services, and internet access about prevention and transmission HIV-AIDS. This research implemented univariate and bivariate analysis. Result of bivariate analysis reflects that there is no association between independent and other variables with HIV-AIDS risk sexual behavior. There is a relationship between knowledge of their own HIV status and services for prevention, transmission of HIV-AIDS with the number of sex partners>1 PR=0.85(0.74-0.99) and PR=0.83(0.72-0.96). This has significant association with perceived behavioral control among MSM. Association between knowledge of their HIV status and knowledge about prevention and transmission of HIV-AIDS as well as access to internet with incosistency condom use are PR=1,14(1,02-1,28), PR=1,18(1,06-1,33), PR=1,16(1,02-1,31). Hence, program strengthening for increasing knowledge of HIV status as well as HIV-AIDS prevention and transmission are essential."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Nur Ulandini
"Efikasi diri pada remaja dapat berkontribusi terhadap perilaku seks bebas dan berisiko pada saat melewati masa tumbuh dan kembangnya. Remaja yang memiliki efikasi diri rendah menyebabkan ketidakyakinan dalam menahan dorongan hawa nafsu dan menghindari seks bebas dengan pasangannya. Ketika seorang remaja yakin akan kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu maka remaja tersebut akan berusaha melakukannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara efikasi diri dalam menghindari seks bebas dan HIV/AIDS dengan perilaku seks berisiko pada remaja di kota Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan metode cross sectional dengan pengambilan data menggunakan teknik purposive sampling berjumlah 111 responden remaja di kota Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara efikasi diri dalam menghindari seks bebas dan HIV/AIDS dengan perilaku seks berisiko pada remaja di kota Jakarta (P value = 0,000 < α = 0,05). Peneliti merekomendasikan juga terkait program edukasi pengetahuan kesehatan seksual yang dapat diaplikasikan di setiap institusi terkait peningkatan efikasi diri remaja dalam menghindari seks bebas dan HIV/AIDS dengan pasangan maupun lawan jenisnya. Program ini dapat meningkatkan dan mengoptimalisasi keyakinan remaja dalam menghindari perilaku seks berisiko

Self-efficacy in adolescents can contribute to promiscuous and risky sexual behavior as they go through their growth and development stages. Adolescents who have low self-efficacy cause insecurity in holding back their impulses and avoiding casual sex with their partners. When a teenager believes in his ability to produce something, the teenager will try to do it. This study aims to determine the relationship between self-efficacy in avoiding free sex and HIV / AIDS with risky sexual behavior among adolescents in the city of Jakarta. This study used a descriptive design with a cross sectional method with data collection using purposive sampling technique totaling 111 teenage respondents in the city of Jakarta. The results of this study indicate that there is a significant relationship between self-efficacy in avoiding free sex and HIV / AIDS with risky sexual behavior among adolescents in the city of Jakarta (P value = 0.000 <α = 0.05). Researchers also recommend a sexual health education education program that can be applied in every institution related to increasing the self-efficacy of adolescents in avoiding free sex and HIV / AIDS with partners and the opposite sex. This program can increase and optimize adolescent beliefs in avoiding risky sexual behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Melinda
"Kota Batam merupakan daerah industri yang sangat pesat perkembangannya dimana terdapat tenaga kerja pria di 564 perusahaan industri. Di sisi lain jumlah lokalisasi dan tempat hiburan malam baik resmi maupun terselubung cukup banyak dijumpai. Pria pekerja perusahaan yang sehari-hari ditempat kerja mendapat banyak tekanan, dengan adanya penghasilan akan sangat mampu menjangkau tempat hiburan malam sesuai yang mereka mampu.
Penelitian ini melihat faktor yang berhubungan dengan perilaku berisiko tertular HIV pada pria pekerja perusahaan di Kota Batam. Perilaku seksual berisiko tertular HIV yang dimaksud adalah meliputi perilaku berhubungan seks dengan wanita Pekerja Saks Komersial (PSK) dan tidak menggunakan kondom.
Disain penelitian dengan cross sectional pada 150 responden pria yang pernah berhubungan seks dengan PSK dengan metode wawancara langsung menggunakan kuesioner.Karakteristik individu yang diteliti ada sepuluh variabel (pengetahuan, umur, pendidikan, penghasilan, status kawin, keterpaparan media porno, keterpaparan informasi HIV/AIDS, usia seks pertama, pasangan seks pertama dan pengalaman mendapat PMS).
Hasil analisis bivariat dengan Chi Square menunjukkan ada tiga variabel yang berhubungan erat (p < 0,05) dengan perilaku seksual berisiko yaitu pendidikan, status kawin dan pengalaman mendapat PMS. Hasil uji multivariat menunjukkan bahwa model terbentuk oleh variabel tingkat pendidikan, status kawin dan pengalaman mendapat PMS. Hasil penelitian menunjukkan 40,7% responden berperilaku seksual berisiko. Responden yang status kawin mempunyai kemungkinan berperilaku seksual berisiko 5 kali dibandingkan dengan yang satus duda. Responden yang tingkat pendidikan menengah mempunyai kemungkinan 3 kali berperilaku seksual berisiko dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi. Sedangkan responden yang pemah mengalami penyakit menular seksual mempunyai kemungkinan 2,5 kali berperilaku seksual berisiko dibandingkan dengan yang tidak pernah tertular HIV.
Dari hasil penelitian ini perlu ditingkatkan penyebarluasan informasi melalui KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) dan penyuluhan tentang pentingnya Absentee, Befaifhful dan Condom (ABC). Bagi Pemenntah Kota dapat membuat regulasi kewajiban pemakaian kondom dan pemeriksaan kesehatan berkala pekerja oleh pengusaha. APINDO menghimbau keterlibatan pengusaha dalam penanggulangan HIV/AIDS. Penusahaan menyediakan pelayanan PMS di klinik perusahaan dan LSM penyuluhan KIE ke perusahaan, pendampingan, konseling, menyediakan tempat singgah (shelter), memberi informasi pemeliharaan kesehatan dan gizi serta akses pengobatan bagi orang dengan HIV/AIDS.

Kota Batam is an industrial region which its development is very fast. There are a number of working men in 564 industrial companies. On the other hand, localization and both legal and illegal night entertainment places can easily be found in the city. Male factory workers that face many depress in their working place, by their income, are easily reach the night entertainment places that they afford to pay.
This research aims to know determinants of sexual behavior risk of H1V/AIDS in male factory workers in Kota Batam. The sexual behavior risk of HIV/AIDS is sexual intercourse with Commercial Sex Workers (CSWs) and not using condom when having sex with them.
The study is a cross sectional design with 150 men respondents, that have made sexual contact with CSWs, by direct interview of using questionnaire. The individual characteristics observed were 10 variables (knowledge of H1VIAIDS, age, education, income, marriage status, pornography in media, available information about HIV/AIDS, age cif first sexual intercourse, first sexual partner and the experience of Sexual Transmitted Diseases (STDs).
The bivariat test and chi square showed that three variables are significantly related (p < 0.05) to the susceptibly sexual behavior: education, marital status, and the experience of getting STDs. The result of multivariate test show that the model was formed by the variable of education level, widow status and experience of experiencing STDs. The result of showed that 40,7 % of the respondents have risky sexual behavior. Married men respondents have probability 5 times to HIV/AIDS-risk sexual behavior
compare with widow men. Respondents with middle education level have probability 3 times to HIV/AIDS-risk compare with high education level. In the other part, the respondents, that have experienced STDs, have probability of 2.5 times times to HIV/AIDS-risk compare never had STDs.
From the result of the research, it is suggested to communicate information widely through Communication, Information, and Education and tipoff about the importance of Absentee, Be Faithful and Condom. To the local government, it is suggested to include all related institutions/bodies in HIV/AIDS control. To the company parties, it is suggested to regulate the using of condom and regular investigation to the workers and employer. APINDO suggest the involvement of employer in HIV/AIDS control. To the companies, it is suggested to provide STDs care service in company's clinic, and to the NGO to provide communication, information, and education, guidance, counseling, shelter at the companies, and to provide information about health and nutrition, and access to the medical treatment for those workers with HIV/AIDS.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12640
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>