Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21192 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dadi Ahmad Roswandi
"ABSTRAK
Selama periode 2000 2010 Indonesia mengalami peningkatan persentase
pengguna suntik KB Fenomena ini dapat berdampak pada pembiayaan alat
kontrasepsi dan penurunan tmgkat kelahiran di Indonesia pada waktu yang akan
datang Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor faktor yang
mempengaruhi pemakaian kontrasepsi suntik KB di Indonesia Data yang
digunakan adalah hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2007 Analisi regresi logistik bmer digunakan dalam studi ini Variabel variabel
bebas yang dianalisis adalah umur jumlah anak masih hidup keinginan tambahan
anak pendidikan tempat tinggal status bekerja mdeks kekayaan pengetahuan
alat/cara KB pengetahuan efek samping tujuan berKB, persetujuan suami dan
ketersediaan sumber pelayanan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa probabilitas menggunakan suntik KB pada wanita kawin berumur muda, mempunyai anak masih hidup lebih dan 2
mgm tambahan anak tidak sekolah atau tamat SD tmggal di pedesaan tidak
bekeija indeks kekayaan rendah mengetahui alat/cara KB mengetahui efek
samping alat/cara KB bertujuan ikut KB untuk penjarangan dan dilayani di
sumber pelayanan swasta.

ABSTRACT
During the penod of 2000-2010 the percentage of women who used
injectable mcreased notably This phenomenon will have consequences m the
sustainability of the govemment of Indonesia to finance contraceptives and on
fertility decline m the future This research s aim is to analyze determinants of the
use of injectable contraceptives The data used is the 2007 Indonesia DHS,
employmg bmary logistic regression model The independent vanables are age
of respondents number of livmg children desire for more children highest
education level place of residence working status wealth mdex knowledge of
modem contraceptive methods knowledge of contraceptive side effects one s
goals of family plannmg husband s approval on family plannmg and the type of
Service provider
The results show that the factors that are statistically sigmficant affectmg
the probability of usmg injectable contraceptives are the age of respondent
number of livmg children desire for more children highest education level place
of residence working status wealth index knowledge of modem contraceptive
methods knowledge of side effects one s goals of family plannmg and the type
of Service provider The probability of usmg injectable contraceptives are higher
among currently marned women aged 15 49 years who are younger, have higher
number of livmg children desire more children have lowest level of education
livmg m rural areas are not working have low wealth mdex have knowledge of
modem family plannmg method have knowledge of side effect, with spacmg as
contraceptives goals and who attend pnvate family plannmg Services."
2011
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nukman Helwi Moeloek
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Oentoeng Soeradi
"ABSTRAK
Ledakan penduduk di dunia menunjukkan perlunya bahan-bahan kontrasepsi baru dan efektif, dengan efek samping yang minimum dan dapat memberikan proteksi yang efektif. Pada saat ini bahan kontrasepsi yang dianggap paling efektif dan luas penggunaannya adalah hormon steroid. Untuk mengantisipasi maksud tersebut di atas, maka beberapa usaha telah dilakukan oleh peneliti terdahulu untuk memperoleh bahan kontrasepsi pria khususnya, dari tanaman sebagai sumber yang potensial.
Tujuan penelitian ini ialah untuk mengevaluasi, apakah pemberian ekstrak buah paria dapat mereduksi atau menurunkan tingkat vertilitas mencit jantan strain AJ, sebagai satu model kontrasepsi pada pria.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dilakukan suatu penelitian sebagai berikut :
Tiga puluh ekor mencit dewasa, berat antara 18-20 g, dibagi secara acak menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor mencit. Empat mencit pertama dari tiap kelompok, masing-masing diberi ekstrak buah paria 800, 850, 900, dan 950 mg/kg berat badan secara oral. Sisanya 2 ekor mencit digunakan sebagai kontrol perlakuan yang diberi 1% larutan CMC (Corboxy methyl celullose).
Semua perlakuan diberikan tiap hari sebanyak 0,5 ml selama 40 hari atau satu siklus spermatogenesis. Setelah perlakuan 40 hari selesai, semua mencit jantan dikawinkan dengan mencit betina (1:1) selama 5 hari. Setelah itu, mencit jantan dipisahkan dan selanjutnya dimatikan, sedangkan yang betina dibiarkan hidup sampai melahirkan. Testes dan vas deferens diambil dari mencit jantan yang dimatikan tadi. Parameter yang dianalisis dalam penelitian ini adalah berat badan dan berat testes, kontrasi sperma (diambil dari vas deferens), viabilitas sperma, dan jumlah anak yang dilahirkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat badan dan berat testes tidak dipengaruhi oleh ekstrak buah paria. Tetapi, analisis varians memperlihatkan bahwa terjadi suatu penurunan konsentrasi sperma yang cukup bermakna pada dosis ekstrak 850, 900, 950 mg/kg bb, sedangkan pada dosis 800 mg/kg bb tidak dipengaruhi. Suatu hasil yang penting dalam penelitian ini ialah suatu reduksi jumlah anak yang terjadi pada kelompok perlakuan, di mana 2 dari 5 ulangan mencit betina atau 40% terjadi pada dosis 800, 850, dan 900 mg/kg bb tidak hamil; sedangkan pada 950 mg/kg bb, 3 dari 5 ulangan mencit betina atau 60% tidak mengalami kehamilan. Diduga bahwa penurunan jumlah kelahiran erat kaitannya dengan penurunan konsentrasi sperma atau penurunan kapasitas/kemampuan sperma didalam epididimis.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, diperlukan penelitian lebih lanjut, untuk memperoleh dosis ekstrak buah paria yang lebih efektif, yang dapat menghilangkan kapasitas sperma epididimis, sehingga kemampuan fertilisasi pun hilang. Jika dosis efektif ekstrak buah aaria telah menjadi kenyataan, maka diharapkan tidak terjadi kelahiran baru.

ABSTRACT
Effects Of Momordica Charantia L. Fruit Extract On Tile Fertility Of Adult Male Mice: A Model Of Contraceptive In Man The world population explosion has pointed out the need for new and effective contraceptive agents, having a minimum of side effects and giving a maximum protective effect. To date, the most effective and widely used contraceptives have been steroids; but these are not without side effects. Efforts have already been done by previous investigators to find potential value of plants as sources of male contraceptive agents.
The aim of this research is to evaluate whether treatment with M.charantia L. fruit extract can reduce significantly the fertility of adult male mice as a model of contraceptive in man.
To achieve this goal, a research has been carried out as follows. Thirty adult male mice (AJ strain), 18-20 g body weight were divided randomly into 5 groups of 6 mice each. The first 4 mice of each group were treated respectively with 800 mg, 850 mg, 900 mg, and 950 mg/kg body weight/day/mouse orally of paria fruit extract. The remaining 2 mice served as treated control fed with 1% CMC (carboxy methyl cellulose) and untreated control, respectively.
The treatment was given every day to 0,5 ml for 40 days or one cycle of spermatogenesis. After 40 days of treatment, all male mice were mated to adult fertile female mice (1:1) for 5 days. Afterward the male mice were separated and sacrificed, while all female mice were kept until giving birth. Testes and vas deferens were taken from sacrificed male mice. The analyzed parameters in this study were the body and testicle weight, sperm density (taken from vas deferens), sperm viability, and the number of offspring.
The results presented show that no significant effect of paria fruit extract on body weight and testicle weight. However, analysis of variance showed a significant decrease in the sperm density at 850, 900, and 950 mg/kg bb, while at 800 mg/kg bb the sperm density was not affected by the paria extract. The important finding in the present work is a reduction of offspring belonging to treated groups, in which two of five female mice or 40% at dose levels of 800, 350, 900 mg/kg/ day respectively, were failed to become pregnant, while at 950 mg/kg/ day of paria extract three of five female mice or 60% were found with-out offspring. The reduction in litter size is probably associated with a decrease in the number of sperm density or sperm capacity in the epididymis.
These results indicate that the mechanism of action of the paria fruit extract might be via a direct effect at epididymal/vas deferens sites by acting as spermatoxic agent on mature sperm. Based on the pre-sent results, further studies are needed to find more effective dose of paria fruit extract which can omit sperm capasity (acting at the post-testicular level) and its respons in non-human primates."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Bowo Hasmoro
"ABSTRAK
Ruang lingkup dan carapenelitian: Sebagai dasar pengembangan kontrasepsi pria metode hormon, pengetahuan bahwa spermatogenesis sangat tergantung pada sekresi hormon gonadotropin oleh kelenjar hipofisis. Terhambatnya sekresi hormon gonadotropin akan terjadi penekanan spermatogenesis. Pada penelitian ini metode hormonal yang digunakan adalah penyuntikan kombinasi dosis rendah 100 mg TE + 100 mg DMPA dan dosis tinggi 250 mg TE + 200 mg DMPA, setiap bulan dalam jangka waktu 12 bulan. Penelitian ini dibagi dalam tiga fase, yaitu fase kontrol (1 bulan), fase penekanan (6 bulan) dan fase pemeliharaan (6 bulan). Pada fase kontrol, dipilih 20 pria sehat yang memenuhi persyaratan analisis semen dan laboratorium darah 2 kali normal, dibagi secara acak kedalam dua kelompok yang masing-masing terdiri 10 orang. Pada fase perlakuan kelompok pertama mendapat penyuntikan dosis rendah 100 mg TE + 100 mg DMPA dan kelompok kedua mendapat penyuntikan dosis tinggi 250 mg TE + 200 mg DMPA. Parameter yang diteliti adalah: (a) pemeriksaan semen rutin yang meliputi konsentrasi spermatozoa, morfologi spermatozoa dan motilitas spermatozoa; (b) uji fungsi spermatozoa yang meliputi uji HOS, uji reaksi akrosom dan uji tabung kapiler.
Hasil penelitian: Pemberian dosis rendah 100 mg TE + 100 mg DMPA dibandingkan pemberian dosis tinggi 250 mg TE + 200 mg DMPA menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna untuk terjadinya: oligozoospermia berat mencapai < 5 juta/mL (p > 0,05); morfologi normal mencapai < 30 % (p > 0,05); motilitas spermatozoa mencapai < 50 % (p > 0,05); uji HOS mencapai < 50 % (p > 0,05); uji reaksi akrosom mencapai < 9 % (p > 0,05) dan uji tabung kapiler mencapai skor buruk ( p > 0, 05). Sedangkan terjadinya azoospermia antara kedua dosis menunjukkan perbedaan bermakna (p < 0.05).
Kesimpulan: Secara keseluruhan baik pada dosis rendah 100 mg TE + 100 mg DMPA maupun pads dosis tinggi 250 mg TE + 200 mg DMPA semua relawan dapat mencapai keadaan oligozoospermia berat dengan fungsi spermatozoa yang buruk, tetapi pada dosis tinggi 250 mg TE + 200 mg DMPA semua relawan dapat mencapai azoospermia.

ABSTRACT
The decrease of sperm function on the monthly injection of Testosterone Enanthate (TE) + Depo Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) for Indonesian male contraception modelScope and Methods of study: The principle development of hormonal contraception method is the studies that spermatogenesis is very dependent on gonadotropin secretion by the pituitary gland. The inhibition of the gonadotropin hormon scretion may causes supression of spermatogenesis process. In this research the hormonal method used is the combination of low dose TE 100 mg + DMPA 100 mg and high dose TE 250 mg + DMPA 200 mg injection, every month, for a12-month period. This research is divided in to 3 phases: control phase (1 month); suppression phase (6 month) and maintenance phase (6 month). At control phase, 20 healthy men were selected as volunteers whose semen analysis and hematological analysis two times consecutively were normal. We divided them randomly in to 2 groups, each group consist of 10 volunteers. In the suppression phase and maintenance phase: the first group was given an injection of low dose TE 100 mg + DMPA 100 mg and the second group an injection of high dose TE 250 mg + DMPA 200 mg. The parameter observed were : (a) routine semen analysis which included sperm concentration; sperm morphology and sperm motility; (b) the sperm function test that included hipoosmotic swelling test, acrosome reaction test and sperm - cervical penetration test : capillary tube test.
Result: There is no significant difference between the injection of low dose TE 100 mg + DMPA 100 mg from high dose TE 250 mg + DMPA 200 mg to achieve severe oligozoospermia concentration < 5 million/mL (p > 0.05); normal sperm morphology < 30 % (p > 0.05); sperm motility < 50 % (p > 0.05); HOS test < 50 % (p > 0.05); acrosome reaction test < 9 % (p > 0.05) and capillary tube test bad score (p > 0.05). But there is a significant difference in the occurrence of azoospermia between the two doses.
Conclusions: Both the low dose of TE 100 mg + DMPA 100 mg and the high dose of TE 250 mg + DMPA 200 mg can achieve severe oligozoospennia and bad sperm function, but all volunteers in high dose have reached azoospermia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Nurlama
"Kontrasepsi hormonal suntik adalah suatu cara kontraspsi dengan jalan menyuntikkan hormon pencegah kehamilan : esterogen atau progesteron pada wanita yang masih subur. Salah satu dari efek samping kontrasepsi hormonal suntik ini : terjadinya ketidakteraturan menstruasi, yang mana sebelumnya telah ada penelitian oleh Maaruf (1984) dengan judul ?Daya guna penerimaan dan efek samping kontrasepsi hormonal suntik? yang menyatakan bahwa pemakai kontrasepsi hormonal suntik ini (30 %) mengalami ketidakteraturan menstruasi. Dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi ibu terhadap ketidakteraturan menstruasi setelah penggunaan metod kontrasepsi hormonal suntik, dilakukan penelitian deskriptif eksploratif pada 20 akseptor KB suntik di RSUPN Cipto Mangunkusumo tanggal 2 Juli - 20 Agustus 2001 hasilnya menunjukkan bahwa persepsi ibu terhadap ketidakteraturan menstruasi setelah penggunaan metode kontrasepsi hormonal suntik 90 % positif dan meneruskan untuk memakai metode kontrasepsi hormonal suntik dan 10 % mempunyai persepsi negatif dan berhenti memakai metode kontrasepsi hormonal suntik."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA5000
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maesaroh
"Jawa Barat mempunyai jumlah penduduk yang terbesar dibancling dengan propinsi lain. Pertambahan penduduk yang masih tinggi tersebut terlihat dengan masih tingginya angka TFR (Total Fertility Rate) yaitu 2,6l% dengan ASFR kelompok 20-29 tahun (SDKLI997). Cakupan akseptor KB aktif saat ini mencapai 69% dari PUS yang tercatat di Dinas Kesehatan propinsi Jawa Barat. J enis alat yang paling banyak digunakan adalah suntik, pil dan IUD.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan lama kelangsungan pemakaian alat kontrasepsi. Data yang digunakan adalah data sekunder SDKI 1997. Desain penelitian adalah crossectional dengan uji statistik analisis survival.
Hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat kelangsungan pemakaian alat yang paling lama adalah FUD yaitu sebesar 65%, suntik 40,86% dan pil 35.55% pada interval waktu 1992-1997. Faktor-faktor yang berhubungan dengan lama kelangsungan pemakaian kontrasepsi pil adalah variabel umur, jumlah anak dan biaya, pada IUD selain variabel umur, jumlah anak, pendidikan, dan untuk suntik hanya ada dua variabel yang berpengaruh yaitu umur dan jumlah anak yang berhubungan dengan kelangsungan pemakaian alat kontrasepsi.
Secara umun dapat dikatakan bahwa kelangsungan pemakaian kontrasepsi di Jawa barat mempunyai rata-rata kelangsungan lebih dari 2 tahun. Ditinj au dari umur dan jumlah anak, responden yang memakai kontrasepsi dalam penelitian ini sebagian besar adalah kelompok usia muda 20-35 tahun dengan jumlah anak kurang sama dengan 2. Upaya yang harus dilakukan adalah petugas lapangan hendaknya memberikan pembinaan pada pasangan usia subur terutama pada kelompok umur pasangan muda. Pembinaan yang dilakukan petugas lapangan kepada calon dan akseptor hendaknya dalam bentuk konseling dan persuasiti Petugas lebih memberikan informasi tentang alat kontrasepsi IUD kepada responden dengan melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama, karena pada umumnya tingkat pendidikan responden yang masih rendah. Memasyarakatkan IUD melalui media elektronik seperti TV, Radio, atau bahkan memutar film di desa yang berhubungan dengan program KB khususnya IUD.

Compare the other provinces, The ProvinceWest Java has the biggest population. The population growth has been increasing, as can be seen in the Total Fertility Rate (TFR), which is 2.61%, for Age Spesific Rate (ASFR) within groups of 20-29 years old (1997). The coverage of contraceptive users in 69%, most of them use injection, pills and IUD.
This study is aimed to gain information on the factors related to the period of time contraception uses. This study uses secunder data SDKI 1997. Study design used is Cross sectional with survival analysis.
This research shows that the longest period of contraception use is five years, i.e: 65% of IUD, 40.62% injection and 34.75% pills. Age and number of children are factors related to the using period of pills, IUD and injection, cost also affect the use of pills where education related IUD.
Generally, the Province of West Java has an average of two years period of time in contraception uses in this research are mostly young age women of 20-35 with less equal of two children. Field workers should give guidance for fertile-aged women who have been already acceptors. Guidance given should be in counseling in a more persuasive way, or by including community leaders and religious leaders in giving informations about IUD, because of the respondents have low education.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T4592
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Metode kontrasepsi yang banyak digunakan di negara berkembang termasuk Indonesia adalah kontrasepsi hormonal suntik depo progestin. Faktor penyebab depo progestin menjadi pilihan banyak para akseptor KB yaitu karena tingkat keefektifannya yang tinggi. Namun terdapat pula keterbatasan yang dimiliki oleh metode kontrasepsi tersebut, diantaranya yang berkenaan dengan perubahan-perubahan fisik. Efek samping dan perubahan-perubahan fisik tersebut dapat menimbulkan ketidaknyamanan. Penilaian konsep diri berupa persepsi citra tubuh terhadap perubahan-perubahan fisik yang dialami pun berbeda-beda. Hal tersebut yang mendorong peneliti untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara terjadinya perubahan-perubahan fisik pada wanita pengguna kontrasepsi hormonal suntik depo progestin dengan persepsi terhadap citra tubulinya. Penelitian ini menggunalcan desain penelitian deslcriptif korelasi. Responden yang akan dijadikan sampel sebanyak 69 wanita pengguna kontrasepsi hormonal suntik depo progestin yang bertempat tinggal di Desa Gebang Kulon, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan simple random sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara. Data mentah kemudian dianalisis menggimakan uji regresi linier dan korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara banyaknya perubahan fisik yang dialami oleh responden dengan persepsi terhadap citra tubuh (p value = 0,0005; α=0,05). Tingkat keeratan menunjukkan hubungan yang sedang atau cukup erat yaitu 0,44 dan memiliki arah negatif yaitu semakin banyak perubahan fisik yang dialami oleh responden maka semakin buruk persepsi terhadap citra tubuh yang dimilikinya."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5667
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>