Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58570 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1990
S38137
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
cover
Irma Putria Naselza
"Dalam suatu penelitian sering kali dijumpai permasalahan dimana data yang diteliti merupakan data berpasangan atau data dyadic, baik data berpasangan yang dapat dibedakan maupun yang tidak dapat dibedakan. Pada data berpasangan, korelasi antara dua variabel harus dilihat dengan mempertimbangkan keterkaitan antar individu dalam setiap pasangan. Koefisien korelasi antara dua variabel pada data berpasangan dapat dilihat secara keseluruhan, tingkat pasangan, dan tingkat individu. Pada tulisan ini akan dibahas mengenai koefisien korelasi untuk data berpasangan yang dapat dibedakan dengan menggunakan metode structural equation model (SEM) dan metode pairwise. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S27726
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1994
TA130
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jeyhan M. Donavista
"Pada industri otomotif, sistem transmisi kopling ganda sering digunakan pada kendaraan roda empat yang berperforma tinggi. Hal tersebut karena sistem transmisi kopling ganda memiliki respon yang cepat dalam perpindahahan gigi, interupsi traksi yang minim, serta efisiensi bahan bakar. Sistem transmisi kopling ganda prinsipnya adalah dua sistem transmisi manual yang dipisahkan oleh dua kopling untuk set gigi ganjil dan genap. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi sistem transmisi kopling ganda adalah kerumitan perancangan sistem kendali mengingat sifatnnya yang non-linear dan adanya kopling antar komponennya sehingga diperlukan penganganan khusus dalam perancangan sistem kendali kopling ganda.
Pada penelitian ini digunakan perangkat lunak simulasi powertrain Amesim dengan skema pengendalian prediktif berbasis data untuk mengendalikan fasa inersia sistem transmisi kopling ganda yaitu saat kopling yang akan terkait menyesuaikan kecepatan dengan kecepatan mesin sesuai lintasan yang sudah ditetapkan. Pengendalian yang tidak baik pada fase ini akan memperbesar sentakan jerk perpindahan gigi yang memengaruhi kenyamanan penumpang, performa, dan efisiensi bahan bakar.

In automotive industry, dual clutch transmission or DCT usually used by high performance car. Thats because DCT have a quick response in gearshift, low traction interuption, and good fuel efficiency. In principle, dual clutch transmission is two set of manual transmission combined and separated two gear set odd and even. Gearshift process performed with disengaging off going clutch and engaging on going clutch based on powertrain angular velocity and torque. This process ussualy called clutch to clutch shift. One major chalenge on dual clutch transmission is its complexity control system design due to its nonlinearity and coupling between its component properties so that need special treatment on designing its control system.
In this research, author will simulating data driven model predictive control for inertia phase on dct gearshift with Amesim powertrain simulation software. Inertia phase is occur when on going clutch angular speed syncronized with engine angular speed until the slip between them is zero. With that controller, the trajectory of slip is defined and system will follow that trajectory. If the controller on this phase is not good, jerk will incrase so that pessenger comfort is reduced in addition fuel efficiency will decrease.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Setiabudi
"Pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Listrik mengakibatkan kenaikan harga- kedua komoditas tersebut dan berdampak pada meningkatnya biaya produksi di banyak proses produksi sehingga memicu kenaikan harga jual barang-barang lain yang mengarah terjadinya inflasi. Naiknya harga'. barang secara umum tersebut juga disebabkan oleh naiknya biaya produksi yang dipicu oleh kenaikan upah pekerja yang tercermin dari naiknya Upah Minimum Regional (UMR).
KULA (1998) mengajukan metode untuk mengetahui perubahan tingkat harga yang rasional sesuai dengan kenaikan biaya input, yang disebut Input Output Costing Model. Penelitiannya di Turki berdasarkan data Statistical National Account (SNA) 1992 menunjukkan prediksi tingkat inflasi yang lebih rendah dibanding kondisi nil untuk tahun 1996 serta mengidentifikasi sektor-sektor yang memperoleh keuntungan ekstra atau sebaliknya.
Penelitian ini juga menggunakan metode 1-0 Costing Model untuk diterapkan pada perekonomian Jawa Tengah berdasar data tabel input-output tahun 2000. Untuk mengetahui sektor-sektor yang memperoleh keuntungan ekstra atau sebaliknya pada tahun 2001, dilakukan dengan membandingan indeks harga antara hasil analisis dengan IHPB dan IHK rill yang terjadi. Dengan mengasumsikan dan mensimulasikan tingkat harga yang terjadi tahun 2003, maka inflasi 2003 akan dapat diprediksikan. Prediksi infliasi tersebut dibandingkan dengan target inflasi sesuai dokumen perencanaan (Repetada), sehingga diperoleh kesimpulan berupa asumsi perubahan harga yang membatasi pencapaian target inflasi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa selama periode tahun 2000-2001 terjadi perubahan harga BBM (32,09%), TDL (18,71%), UMR (32,43%), dan harga Impor (2,0%). Perubahan harga tersebut mengakibatkan perubahan harga sektor lainnya. Sebanyak 29 sektor memperoleh keuntungan ekstra, dimana keuntungan terbesar diperoleh sektor Industri Gula (25,20%), Padi (17,86%), Industri ' Penggilingan - Padi (16,50%), Industri Rokok dan Pengolahan Tembakau (12,66%), dan Industri Alat Angkutan dan Perbaikannya sebesar 10,99%.
Sebanyak 4 sektor yang memperoleh keuntungan ekstra merupakan sektor pertanian 'dengan harga output yang masih dikendalikan Pemerintah melalui kebijakan tata niaga. Sehingga sampai pada batas ini, pemerintah dianggap terlalu tinggi menetapkan harga tersebut. Namun disisi lain, keuntungan ekstra yang diperoleh sektor pertanian clan industri pertanian tersebut, tidak mencerminkan tingkat kesejahteraan petani penghasil. Sehingga diduga masih ada mata rantai distribusi yang menikmati laba ekstra antara Pedagang Besar Pertama dengan petani penghasil. Sedang sektor lainnya, harga yang tinggi tersebut disebabkan tingginya mark up yang diraih pengusaha.
Sebanyak 7 sektor menerima harga output dibawah harga yang wajar, dengan sektor Industri Mesin dan Perlengkapan Listrik menerima harga terendah sebesar 3,66% dibawah harga wajar. Namun dengan struktur produksi yang didominasi input produksi berasal clad out-put sektor perdagangan serta sepertiga total input berasal dari impor, maka selisih harga yang relatif tidak besar tersebut (dibanding rata-rata 36 sektor) dapat mengindikasikan perlunya pembenahan sektor perdagangan, khususnya pasar input industri tersebut.
Semakin banyak sektor yang memiliki selisih dengan rata-rata perbedaan harga tersebut, akan memicu pergerakan perusahaan dari sektor yang menerima harga dibawah harga yang wajar ke arah sektor yang memperoleh laba ekstra, sehingga dapat mengancam stabilitas perekonomian.
Akibat kenaikan harga tahun 2000 berupa BBM, TDL, Nilai Tukar, dan UMR, diperkirakan mengakibatkan inflasi 8,24% (berdasar Indeks Harga Perdagangan Besar/IHPB) yang lebih rendah 4,49% dari inflasi riil sebesar 12,73%. Sumbangan inflasi tahun 2001 yang terbesar adalah perubahan harga Upah Minimum Provinsi (UMP) yaitu sebesar 7,18%. Berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK), prediksi inflasi sebesar 7,89%, yang Iebih' rendah 4,74% dari inflasi Kota Semarang sebesar 12,63%.
Hasil simulasi model untuk tahun 2003 menunjukkan bahwa target inflasi sesuai dengan dokumen Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (Repetada) ]awa Tengah 2003 sebesar 9,90% akan tercapai dengan asumsi : harga BBM sama dengan harga tahun 2002, nilai tukar US $ 1 sebesar Rp 8.500, TEL Iayak ekonomi sebesar US$ 7 sen/KWh (dengan asumsi nilai tukar US$ 1 = Rp 8.500, dan tercapai pada tahun 2003), UMR sebesar Rp. 400.000/bulan/pekerja, dan peningkatan perolehan pajak tidak Iangsung rata-rata 10%/tahun. Namun apabila mempertimbangkan hasil analisis tahun 2001 yang menunjukkan hasil prediksi lebih rendah dari inflasi riil dan selisihnya digunakan sebagai angka koreksi, maka tingkat inflasi yang terjadi berdasar harga konsumen akan melampaui target inflasi sebesar 0,32% (tingkat inflasi mencapai 10,42%), walaupun dengan pendekatan HPB masih tetap dibawah 2 digit. Berdasarkan pertimbangan data yang digunakan dalam analisis, maka perhitungan dengan menggunakan HPB lebih kecil biasnya. HPB hanya menggunakan sebagian data HPB Nasionai, sementara Harga Konsumen menggunakan pola pengeluaran RT sesuai SNSE Indonesia 1999."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T12575
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>