Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109842 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Wawan Kurniawan
"Penentuan model yang tepat dalam memperkirakan risiko suatu saham dapat menjadi panduan bagi investor dalam memilih saham. Untuk itu, penelitian ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan menentukan model yang cocok untuk semua indeks sektoral yang diteliti. Kemudian melihat karakteristik yang terdapat pada masing-masing indeks sektoral dan membandingkan di antaranya. Selain itu, penelitian ini juga akan melihat apakah conditional variance suatu indeks sektoral asimetri dalam merespon masuknya informasi good news dan bad news.
Dalam penelitian ini maka dilakukan uji statistik terhadap 10 data return indeks sektoral dan IHSG di Bursa Efek Jakarta selama periode 2 Januari 1996 sampai 30 Juni 2003. Pengujian dilakukan dengan menggunakan model ARMA-EGARCH (1,1).
Hasil pengujian conditional mean dan conditional variance, semua sektor kecuali sektor industri dasar dapat dimodelkan dengan ARMA-EGARCH (1,1). Hasil yang diperoleh bahwa conditional variance (b1} dan setiap indeks sektoral menunjukkan hasil dengan nilai koefisien yang signifikan. Magnitude (g1) dan seluruh indeks sektoral juga menunjukkan koefisien yang positif dan signifikan, yang berarti positif shock mempunyai pengaruh kecil terhadap fluktuasi saham. Koefisien yang positif dan magnitude tersebut konsisten dengan berbagai studi empirik yang pernah dilakukan sebelumnya antara lain Cho dan Engle (2000), Kim dan Karanasos (2001), serta Aziz dan Ekrem (2001).
Estimasi parameter volatility asymmetry (q1) menunjukkan hasil yang berbeda antar sektor. Return indeks sektor pertanian, industri dasar, industri barang konsumsi, transportasi dan infrastruktur, aneka industri, dan pertambangan tidak menghasilkan koefisien yang signifikan secara statistik. Sedangkan untuk return indeks keuangan, manufaktur, properti, perdagangan, dan IHSG signifikan secara statistik dan menunjukkan tanda koefisien negatif. Artinya masuknya informasi (good dan bad news) memberi dampak asimetri (efek asimetri/leverage) terhadap indeks sektoral tersebut.
Karena nilai koefisien q1 indeks sektoral tersebut berada di antara ?1 dan 0 (-1 < q1 < 0) maka berarti conditional variance akan meningkat lebih besar ketika merespon informasi negatif (bad news) dibandingkan terhadap informasi positif (good news) dengan magnitude yang sama.
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa saham-saham yang berada di sektor keuangan, perdagangan, manufaktur, dan properti memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan saham-saham di sektor lainnya. Saham-saham tersebut bereaksi lebih besar terhadap informasi negatif (bad news) yang datang, sehingga mengakibatkan risiko lebih besar bagi investor yang memegang saham pada sektor tersebut.

Appropriate volatility model is useful for an investor to know about their portfolio characteristic. The aims of this paper are to select the appropriate volatility model for all sectoral indices, to see the characteristic of all sectoral indices, and to investigate whether or not the conditional variance of sectoral indices returns are asymmetric in response to good and bad news.
This study is using daily returns of 10 sectoral indices and JSX CSPI from January 2, 1996 to June 30, 2003. We apply the ARMA-EGARCH (1,1) model to estimates data returns.
Conditional mean and conditional variance of all sector can modeled by ARMA-EGARCH (1,1), except for basic industry sector. The result of conditional variance (b1) and magnitude (g1) are significant to all sectors. This result was consistent with some empiric studies from Cho and Engle (2000), Kim and Karanasos (2001), and Aziz and Ekrem (2001).
Estimates of the volatility asymmetry parameter (q1) showed different result from all sectors. Returns of agriculture, basic industry, consumer goods industry, infrastructure, miscellaneous industry, and mining are not statically significant. Returns of finance, manufacture, property, trade, and CSPI are negative and statically significant. It is mean that conditional covariance have asymmetric/leverage effect in response to good and bad news.
Because the value of q1 is between -1 < q1 < 0, conditional variance of sectors return increases more in response to bad news than to good news of the same magnitude. This result shows that stocks in finance, trade, manufacture, and property sectors are more risky than stocks in other sectors.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T11609
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Permatasari
"Penelitian ini mencoba menguji apakah manajemen laba oleh perusahaan yang terlambat menyampaikan laporan keuangan tahunan ke Bapepam lebih besar daripada perusahaan yang tidak terlambat. Penelitian ini juga menguji pengaruh faktor-faktor lainnya, yaitu tingkat hutang perusahaan, ukuran perusahaan, komite audit, komisaris independen dan kualitas audit terhadap manajemen laba.
Penelitian ini memberikan bukti bahwa perusahaan yang terlambat menunjukkan rata-rata discretionary accruals yang lebih besar daripada perusahaan yang tidak terlambat. Statistik deskriptif antara perusahaan yang terlambat dan tidak terlambat menunjukan baberapa indikator keuangan yang berbeda seeara signifikan.
Skala usaha perusahaan terbukti memiliki hubungan positif dengan discretionary accruals. Tingkat hutang perusahaan terbukti memiliki hubungan negatif dengan discretionary accruals. Perusahaan yang memiliki komite audit sesuai dengan ketentuan Bapepam terbukti memiliki rata-rata discretionary accruals yang lebih rendah daripada perusahaan yang memiliki komite audit tetapi belum sesuai dengan ketentuan Bapepam atau perusahaan yang tidak memiliki komite audit. Proporsi komisaris independen dalam dewan komisarisPerusahaan tidak terbukti memiliki pengaruh terhadap tingkat discretionary accruals. Perusahaan yang diaudit oleh KAP Big 5 memiliki discretionary accruals lebih rendah daripada perusahaan yang diaudit oleh KAP Non Big 5."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15608
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Utari
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara beban pajak tangguhan dan manajemen laba, baik untuk tujuan menghindari pelaporan kerugian maupun menghindari penurunan laba, yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Selain itu, penelitian ini juga dimaksudkan untuk menguji dan membandingkan kemampuan beban pajak tangguhan dalam memprediksi adanya manajemen laba dibandingkan dengan Model Akrual. Berdasarkan penelitian Philips, Pincus dan Rego (2003), pengukur manajemen laba yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan pendekatan distribusi laba dan perubahan laba. Sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah 126 perusahaan dalam industri manufaktur yang terdaftar di BEJ dalam kurun waktu 2003?2005. Keseluruhan perusahaan yang diobservasi adalah 371 firm-year. Model Regresi Logit digunakan untuk menganalisa hubungan beban pajak tangguhan dan model akrual dengan kemungkinan perusahaan melakukan manajemen laba untuk tujuan menghindari pelaporan kerugian dan penurunan laba. Model akrual yang digunakan dalam penelitian adalah Total Akrual berdasarkan pendekatan cash flow (Phillips, et.al, 2003) dan Modified Jones Model (Dechow, 1995). Model regresi logit digunakan karena berdasarkan hasil pengujian normalitas menunjukkan bahwa data penelitian tidak berdistribusi normal. Hasil pengujian memperlihatkan adanya hubungan yang positif dan siginifikan antara beban pajak tangguhan dan model akrual dengan manajemen laba untuk tujuan menghindari kerugian. Artinya, semakin besar beban pajak tangguhan dan akrual perusahaan, maka semakin besar kemungkinan perusahaan melakukan manajemen laba untuk tujuan menghindari kerugian. Di sisi lain, hubungan yang positif dan tidak signifikan diperlihatkan dalam hubungan antara beban pajak tangguhan dan model akrual dengan manajemen laba untuk tujuan menghindari penurunan laba. Penelitian ini juga bertujuan untuk menguji kemampuan beban pajak tangguhan dalam memprediksi manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan untuk tujuan menghindari kerugian dan penurunan laba. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa beban pajak tangguhan memiliki kemampuan yang sangat baik untuk memprediksi manajemen laba yang bertujuan menghindari kerugian dibandingkan dengan kedua model akrual yang digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa beban pajak tangguhan dapat dijadikan alternatif terhadap model akrual dalam menjelaskan fenomena manajeman laba untuk tujuan menghindari kerugian. Dalam hubungan dengan manajemen laba untuk tujuan menghindari penurunan laba memperlihatkan bahwa beban pajak tangguhan memiliki kemampuan yang lebih baik namun tidak signifikan dibandingkan dengan kedua model akrual yang digunakan."
2007
T 24508
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sparta
"Perdebatan sejauh mana data akuntansi relevan digunakan dalam penilaian risiko perusahaan dan bagairnana melakukan penilaian tingkat risiko perusahan yang tidak go publik telah menjadi latar belakang utama bagi penulis untuk melakukan penelitian tentang kandungan informasi angka aktuntansi terhadap estimasi beta saham terhadap perusahaan-perusahaan go publik di BEJ. Beberapa hasil penelitian yang relevan telah dilakukan di Amerrka oleh Ball and Brown (1968), Beaver, Kettler and Scholes (1970), Rosenberg and Marathe (1975), dan Eskew (1979) membuktlkan bahwa data akuntansi masih akurat digunakan dalam mempredksi tingkat resiko perusahaan masa datang. Penilaian tingkat risiko saham perusahaan yang tidak go publik dapat dilakukan dengan menggunakan estimasi parameter variabel akuntansi Hasil penelitian yang kontrakdiktif diperoleh dari studi Elgers (1980) menemukan bahwa variabel akuntansi tidak memberikan estimasi beta yang lebih akurat dibandingkan dengan model pasar. Hasil penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Rizkianto (1998) menunjukkan hasil adanya korelasi yang kuat antara beta saham historis tahun 1995 clan beta saham berjalan tahun 1996. Studi Haningsih (2001) menunjukkan hasil bahwa beta historis dapat digunakan uutuk prediksi beta saham berjalan. Studi Hidayah (2000) menunjukkan hasil hanya peubah bebas beta akuntansi (βi,roe), CAP dan CRO mempunyai pengaruh signifikan terhadap beta pasar periode berjalan.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauh mana kandungan informasi beta akuntansi dihasilkan dari estimasi parameter variabel aktuntansi terhadap estimasi beta saham satu tahun periode yang akan datang dan tingkat akurasinya bila dibandingkan dengan kandungan informasi beta saham pasar historis. Penelitian ini juga melihat pengaruh periode sebelum dan setelah krisis terhadap kandungan informasi prediktif variabel data akuntansi dan untuk melihat sejauh mana masing-masing peubah bebas (BETASTIM, BETASTIA, DPR, GROWTH, LEVER, LIQD, SIZE, L4RIVV, AGBETA dan FREEM dapat menjelaskan prediksi beta saham pasar periode satu tahun yang akan datang.
Pengujian statistik dilakukan terhadap sampel data beta saham dan variabel akuntansi perusahaan go publik di BET periode 1995 - 1999. Sampel diperoleh 85 perusahaan dengan jumlah 359 data observasi dtunlah data observasi dalam periode sebelum krisis 150 data, periode awal krisis 74 data dan dalam periode saat krisis 135 data. Model persamaan regresi linear berganda digunakan dalam menganalisis hasil penelitian.
HasiI penetitian menunjukan peubah-peubah bebas akuntansi secara bersama-sama signifikan mempengaruhi estimasi beta saham waktu t pada periode sebelum dan saat krisis, sedangkan awal krisis pengaruhnya tidak signifikan. Secara individu, hanya peubah bebas DPR dan SIZE mempunyai pengaruh positif secara signitikan terhadap estimasi beta saham periode sebelum krisis, hasil ini konsisten dengan hipotesis penulis dan studi BKS (1970). Pengaruh positif DPR dan 312E terhadap beta saham berjalan tidak sesuai dengan hasil empirik BKS (1970) yang menunjukkan pengaruh negatif, namun sesuai dengan analisis Watt and Zimmerman (1986). Pada awal krisis hanya peubah bebas ACBETA signifikan mempengaruhi positif terhadap estimasi beta saham, hasil ini sesuai dengan hipotesis penulis dan studi BKS (1970). Sedangkan pada periode saat krisis peubah bebas SIZE dan EARNV signifikan mempengaruhi positif estimasi beta saham, hasil ini sesuai dengan hipotesis semula dan studi BKS (1970) dan Watt and Zimmerman (1986).
Kandungan prediktif informasi estimasi beta dari estimasi parameter data aktuntansi signifikan pada periode scbelum krisis dan saat krisis, sedangkan awal krisis tidak mempunyai kandungan prediktif sccara signifikan. Meskipun periode sebelum dan saat krisis estimasi beta dari data akuntansi adalah signifikan mempunyai kandungan prediktif terhadap prediktif beta, namun masing-masing parameter yang digunakan dalam estimasi beta saham kedua periode tersebut berbeda. Kandungan prediktif informasi estimasi beta dan data akuntansi signitikan dipengaruhi oleh periode sebelum krisis dan saat krisis (dummy variabel PRIOD, nol sebelum krisis dan satu saat krisis). Tcrjadi perbedaan signifikan nilai estimasi prediksi beta saham satu tahun yang akan datang antara periode sebelum dan saat krisis. Nilai prediksi beta saat krisis lebih rendah 0.2 dibandingkan periode sebelum krisis.
Meskipun data akuntansi mempunyai kandungan informasi prediktif pada periode sebelum dan saat krisis, namun akurasiaya dibandingkan dengan data beta pasar historis hanya akurat pada periode saat krisis. Periode sebelum krisis data saham pasar historis lebih akurat memprediksi beta saham satu tahun yang akan datang dibandingkan dengan data akuntansi Dengan menambahkan dummy variabel PRIOD dalam prediksi beta periode sebelum dan saat krisis, data akuntansi lebih akurat mempredlksi beta saham satu tahun yang akan datang dibandingkan data saham pasar historis.
Untuk melihat kandungan prediktif masing-masing variabel beta saham pasar historis dan beberapa variabel akuntansi terhadap prediksi beta, maka selama periode sebelum krisis hanya peubah beta saham historis yang dapat menjelaskan prediksi beta saham satu tahun yang akan datang sedangkan variabel-variabel akuntansi tidal dapat menjelaskan. Periode awal krisis peubah beta saham historis dan peubah data akuntansi SIZE signifikan dapat menjelaskan prediksi beta saham sate yang akan datang sedangkan peubah akuntansi lainnya tidak signifikan. Yang paling menank adalah periode saat krisis tidak satupun dari variabel-variabel tersebut signifikan langsung dapat menjelaskan prediksi beta saham. Hasil empirik penelitian ini menunjukan bukti bahwa apabila estimasi beta saham dari parameter variabel akuntansi digunakan dalam prediksi beta saham, maka informasi akuntansi mempunyal kandungan prediktif pada periode saat krisis dari lebih akurat dibandingkan dengan beta saham pasar historis. Apabila data observasi di pool-kan menjadi satu periode 1995 - 1999, maka hanya peubah SIZE dan EARNV signifikan langsung dapat menjelaskan prediksi beta saham satu tahun yang akan datang. Tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan periode sebelum dan saat krisis terhadap kandungan prediktif masing-masing peubah batas dalam mempredtksi beta saham satu yang akan dating.
Hasil studi empirik ini menunjukkan bukti bahwa selama kondisi makro ekonomi tidak menentu dan sulit diprediksi maka informasi pasar kurang dapat diandalkan oleh investor untuk memprediksi tingkat risiko perusahaan Kondisi ini membuktikan bahwa selama krisis, informasi akuntansi dapat diandalkan dalam penilaian risiko perusahaan dibandingkan dengan informasi pasar. Hal lain yang dapat dipahami adalah informasi aktuntansi merupakan satu-satunya informasi yang dapat memberikan gambaran tentang kegiatan dan tingkat risiko bisnis perusahaan kepada investor dan kreditor."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T20089
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yessy Puspanita
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari asimetri informasi, leverage, profitabilitas, dan set kesempatan lnvestasi terhadap manajemen laba, Asimetri informasi diukur dengan bid ask spreads, leverage diukur dengan total utang dibagi aktiva, profitabititas diukur dengan laba. bersih dikurangi discretionary accruals dibagi total assets, set kesempatan investasi diukur dengan market to book value of assets (MBA ratio). Metode analisis yang digunakan adalah regresi berganda, uji beda dua rata-rata (independent sample i-test), uji korelasi. Pearson. Penelitian ini menggunakan data empiris dari Bursa Efek Indonesia dengan sampel sebanyak 126 Perusahaan untuk periode dari tahun 2005 sampai dengan 2007. Berdasarkan hasil pengujian, ditemukan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba adalah leverage dan profitabilitas. Variabelleverage dan profitabilitas berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Semakin besar leverage, semakin besar manajemen labanya Semakin besar profitabilitas. semakin besar manajemen labanya. Variabel asimetri informasi dan set kesempatan investasi tidak terbukti mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26985
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Murtaza Ronendy
"Penetitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memberi gambaran mengenni bagaimana hubungan dari komponen arus kas dan laba akuntansi terhadap tingkat imbal hasil saham pada saat lima hari sebelum, sesaat, dan sesudah publikasi laporan keuangan. Untuk mengkaji hubungan antar variabel yang diterHti (earning dan komponen arus kas) digunakan korelasi Pearson. Disini diperoleh basi bahwa hanya laba akuntansi yang memiliki korelasi signifikan dengan return saham dimana koefisien yang diperoleh tidak sesuai dengan hasii ekspektasL Hubungan antara Iaba dengan return negatif dan lemah dapat diartikan bahwa pasar menangkap sinyal yang negatif atas laba meskipun kandungan infonnasinya masih Iemah. Sedangkan untuk ketiga variabel mengambil keputusan untuk menerima Hu dimana komponen arus kas tidaK memiliki hubungan yang signiftkan dengan return saham.
Hasil untuk huhungan return saham dan arus kas ini konsisten dengan penelitian Manurung (1998) namun bertolak belakang dengan Zarowin (1990). Untuk mcngetahui apakah ada perbedaan signiflkansi ahnormal return saham pada lima hari sebelum dan lima hari sesudah publikasi laporan keuangan digunakan uji beda rata-rata dengan metode paired sample t test. Disini ditemukan bukti bahwa secara statistik ada perbedaan abnormal returu selama 1 0 hari periode peogamatan. Sedangkan untuk multipel regresi berganda menunjukkan hasil bahwa sebagian besar pengaruh laba eksis pada 2 hari sebelum publikasi laporan keuangan yang resmi diannounced ke public, yaitu mulai pada t-5 sampai dengan t -4 di hampir semua kelompokfinn size. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya informasi lain sepcrti proyeksi analis, analisa dan sentiment dari internal pemsahaan. Sehingga bagi mereka kenaikan/penurunan laba bisa diartikan informasi negatif oleh pasar karena adanya infonnasi-infonnasi ini. Hal ini bisa dimun.gkinkan tetjadi karena periode pengamatan yang reiatif pendek sehingga pasar tidak memiliki cukup wnktu untuk mengolah informasi fundamental perusahaan, sedangkan semua komponen arus kas tidaksignifikan pada level kepercayaan 0,05.

The purpose of this research is fO examine the cash flow and accounting~ earning relationship on stock return and 10 seek how those financial components is affects the cumulative abnormal returns. To testing the relationship among variable--CAAR, earning and cash flow from operating, investing and financing activities-I'm using the Pearson Correlation. Using average returns I found that only accounting earning has statistically significant relations on stuck return although it was weak. The rest (cash flow components) are statistically insignificant. The earning's coefficient is different from what I've expected. These occur because the market claims the earning information as a negative signal. For the cash flow components, I failed to reject the null hypotheses whereas this variable doesn't have statistically relations on stock returns. 1 do confirm the Manurung (1998) research but contrast to ZaroH-'in (1990). To seek whether there's any difference of abnormal returns between TWO periods (5 days before and 5 days after the financial statement announcement), I found the evidence that abnormal return are statistically difference. which is signed by prob < 0,05 using the paired sample t test.
The result from multiple regressions is slightly the same from lhe pearson. Only accounting earning has an effect to cumulative abnormal returns before the financial statement has publicly announced. It occurs because there's another information that influence the market before the financial statement is released, such as the analyst's perspective, rumors' or sentiment from infernal firm. All cash flow components are statistically insignificant at a=0.05 except the cash flow from operating activities which has an effect on stock returns at the day of announcement (to). The earning and cash flow from operations has negative signal for investor as shown in lhe coefficient's value. So we may say that those variable are less-informttliveness. Please also note that firm size has no effect on stock returns as I found there's no different since I classifying the small to large-size firm class. In other words, investor doesn't rely on firm size perspective while they make an investment decisions.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T32481
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Jansen Arsjah
2005
D1533
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Florensia Yunita Siauw
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor penentu (determinant factor) yang mempengaruhi ketidaktepatan ramalan laba yang disajikan oleh emiten dalam prospektus IPO dan tingkat keuntungan yang diperoleh investor saat pertama kali saham tersebut diperdagangkan (initial return). Variabel yang penulis pergunakan merupakan kombinasi dari variabel intern perusahaan, kegiatan bisnis dan variabel makro. Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan IPO tahun 1997 sampai dengan 2005, diperoleh 131 perusahaan dengan 6 perusahaan yang datanya tidak lengkap sehingga perusahaan yang diolah 125. Metode analisis adalah analsis regresi berganda dengan data cross section. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata ketidaktepatan peramalan yang dibuat oleh emiten di Indonesia masih dalam batas yang wajar karena dengan kesalahan sekitar 68.07 persen. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel-variabel yang secara signifikan berpengaruh terhadap ketidaktepatan peramalan adalah interval waktu saat IPO sampai dengan tutup buku, jenis industri dan financial leverage. Sedangkan untuk Initial Return adalah persentase harga penawaran saham dengan nilai nominal serta size yang diwakili oleh logaritma normal total aktiva. Pelapoan ramalan laba belum merupakan suatu keharusan di Bursa Efek Indonesia, sehingga menyulitkan investor untuk mengevaluasi kinerja perusahaan setelah IPO.

This research is aimed at indetifying the determinant factor which affects the inaccuracy of profit estimation as presented by the issuer in an IPO prospectus and the initial return received by an investor when the shares are firstly offered. The writer uses a combination of company internal business and macro variables. The samples of the research are companies which made an IPO within the period of 1997 to 2005.Out of 131 companies which made an IPO in the period, 6 companies have incomplete data; therefore,the samples of this research include the remaining 125 companies. The research applies a multiple regression analysis with cross section data. The results of the research shows that the average inaccuracy of the profit estimation presented by issuers in Indonesia is still within acceptable limit as its error margin is approximately 68.07 percent. The regression analysis outputs show that the variables which have significantly affected the inaccuracy of the profit estimation are the time interval between the IPO and closing time, type of industry, and financial leverage.While,the Initial Return is the percentage of share offering prices and the nominal value and size as represented by the normal algorithm of the total assets. As the profit estimation reporting is not obligatory at the Indonesia Stock Exchange; investors find a difficulty in evaluating the perfomance of a company after its IPO."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>