Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13969 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Felya Afifah Chairunnisa
"Latar Belakang Kortikosteroid merupakan obat dengan fungsi imunosupresif dan antiinflamasi. Kortikosteroid dalam sediaan topikal umum digunakan untuk mengobati berbagai dermatosis. Efek kortikosteroid topikal (KST) yang cepat dalam meredakan gejala dermatosis menyebabkan maraknya pemakaian KST di kalangan dokter. Penggunaan KST yang salah dikhawatirkan memicu efek samping seperti penipisan kulit atau supresi tumbuh kembang. Oleh karena itu, penggunaan KST sebagai tatalaksana memerlukan pengetahuan, sikap, dan perilaku dokter umum yang baik. Namun, belum terdapat penelitian terkait pengetahuan, sikap, dan perilaku dokter umum terhadap penggunaan KST di Indonesia. Pada studi ini, akan dieksplorasi tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku dokter umum terhadap penggunaan KST. Metode Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner yang dinilai validitasnya menggunakan uji korelasi Pearson dengan nilai signifikansi <0,05. Reliabilitas kuesioner dinilai dari koefisien Cronbach’s Alpha. Data penelitian dianalisis secara deskriptif untuk menilai tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku dokter umum terhadap penggunaan KST. Hasil Responden telah memiliki pengetahuan yang baik terhadap KST (72,1%). Sebagian besar responden memiliki sikap yang positif terhadap kenyamanan penggunaan KST (76%) dan kepuasan terhadap hasil tatalaksana KST (74,1%). Sebanyak 98,1% responden telah memberikan/meresepkan KST. Terdapat 1,9% responden yang meresepkan KST tidak sesuai indikasi. Kesimpulan Tingkat pengetahuan dokter umum terhadap KST baik. Sebagian besar dokter umum memiliki sikap positif terhadap penggunaan KST. Mayoritas dokter umum telah meresepkan KST dengan indikasi yang sesuai.

Introduction Corticosteroids are medications with immunosuppressive and anti-inflammatory functions. Topical corticosteroids (TCS) are commonly used to treat various dermatoses. The rapid effects of TCS in relieving dermatosis symptoms have led to its widespread use. Improper use of TCS may trigger side effects such as skin thinning or growth suppression. Therefore, the use of TCS requires good knowledge, attitude, and behavior from doctors. However, there is currently no research on the knowledge, attitude, and behavior of general practitioners regarding the use of TCS in Indonesia. This study explore the level of knowledge, attitude, and behavior of general practitioners regarding the use of TCS. Method The research instrument used is questionnaire, and its validity is assessed using Pearson correlation with significance level of <0.05. The reliability of the questionnaire is evaluated through the Cronbach's Alpha coefficient. Research data is analyzed descriptively to assess the level of knowledge, attitude, and behavior of general practitioners regarding the use of TCS. Results The respondents exhibited good knowledge of TCS (72.1%). Majority of respondents demonstrated positive attitude toward the comfort of using TCS (76%) and satisfaction with the results of TCS management (74.1%). A total of 98.1% of the respondents have prescribed TCS. There were 1.9% of respondents who prescribed TCS outside the recommended indications. Conclusion The level of knowledge among general practitioners regarding TCS is good. Majority of general practitioners have positive attitude towards the use of TCS. Most general practitioners have prescribed TCS with correct indications."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2001
S32280
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Davy Ariany
"Ruang lingkup dan Cara penelitian : Untuk melakukan penelitian eksperimental in vivo mengenai pengaruh serbuk Brucea javanica (SBJ) secara topikal pada proses karsinogenesis kulit mencit C3H akibat pemberian topikal DMBA digunakan 8 kelompok yang terdiri atas 4 kelompok kontrol (A, B, C, D) dan 4 kelompok uji (E, F, G, H). Kelompok E diberikan DMBA. Sedangkan yang lain diberikan SBJ dengan dosis 10 mg, 20 mg dan 40 mg selama 4 minggu lalu pemberian SBJ diikuti dengan pemberian DMBA selama 12 minggu. Kemudian dilihat pengaruh SBJ dengan mengamati jumlah mencit bertumor, jumlah tumor per mencit dan volume tumor. Disamping itu dibuat sediaan histopatologik dengan pewarnaan hematoksilin eosin.
Hasil dan kesimpulan : Jumlah mencit bertumor, jumlah tumor per mencit dan volume tumor kelompok E menunjukkan angka yang lebih kecil dari kelompok F, G dan H. Analisis varian menunjukkan perbedaan bermakna (p=0,003 dan p=0,000) antara kelompok kontrol dan kelompok uji dalam hal jumlah tumor per mencit dan volume tumor. Hasil pada kelompok F, G dan H tidak tergantung pada besaran dosis SBJ. Secara makroskopik, pada kelompok E, F, G dan H tampak tumor dan bercak kehitaman dengan jumlah dan ukuran bervariasi. Secara mikroskopik, pada kelompok A, C dan D tidak tampak kelainan. Pada kelompok B tampak atrofi ringan pada beberapa tempat. Pada kelompok E, F, G dan H tampak hiperkeratosis, atrofi dan fibrosis disertai gambaran papiloma, keratoakantoma, karsinoma sel skuamosa dan peningkatan pigrnen melanin dermis. Dengan demikian pada penelitian ini, pemberian SBJ secara topikal pada dosis 10 mg, 20 mg dan 40 mg memberikan pengaruh aditif terhadap kerja DMBA dan tidak tergantung pada besaran dosis SBJ dalam proses karsinogenesis kulit mencit C3H akibat pemberian topikal DMBA selama 12 minggu. Di samping itu terjadi peningkatan pigmen melanin di dermis secara berkelompok maupun tersebar tidak teratur.

Scope and method of research : In vivo experimental about effect of topical application of Brucea javanica powder on skin carcinogenesis process by topical application of DMBA in C3H mice, have been made 8 groups consist of 4 control groups (A, B, C, D) and 4 test groups (E, F, G, H). Group E is exposed to DMBA only, while F, G and H were exposed to SBJ (10 mg, 20 mg and 40 mg) for 4 weeks and then they were exposed to SBJ and DMBA for 12 weeks. Those groups were monitored on SBJ effect by number of mice with tumor, number of tumor on each mice and volume of tumor. Histopathological changes were examined on HE stain.
Result and conclusion : Number of mice with tumor, number of tumor on each mice and volume of tumor in group E gave smaller number than F, G and H. Analysis of variance shows significant discrepancies (p=0,003 and p=0,000) between control groups and test groups in number of tumor and volume of tumor. SBJ dose did not have any effect on F, G and H. Macroscopically, in E, F, G and H tumors and black marks in various number and size were seen. Microscopically, in A, C and D no significant changes on epidermis and dermis, although in B only atrophyc changes of epidermis. In E, F, G and H, non tumor changes such as hyperkeratosis, and atrophic of epidermis and fibrosis of dermis were noted, tumors found varied from papilloma, keratoacanthoma to squamous cell carcinoma as well as deposition of melanin containing cells in dermis. In conclusion, topical application of 10 mg, 20 mg and 40 mg Brucea javanica powder showed additive effect of DMBA on skin carcinogenesis process in C3H mice irrespective of Brucea javanica powder dose. In addition, melanin depositions in dermis were seen.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T21215
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Rafika Sari
"ABSTRAK
Vitamin C digunakan untuk mencegah penuaan dini, pembentukan melanin dan merangsang pembentukan kolagen. Vitamin C dibuat dalam sediaan topikal agar dapat langsung diaplikasikan pada kulit seperti bentuk larutan. Akan tetapi dalam bentuk larutan, vitamin C tidak stabil karena mudah teroksidasi sehingga efektifitasnya berkurang. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode analisis dan menetapkan kadar vitamin C dan turunannya dalam sampel dengan KLT densitometri menggunakan fase diam silika gel 60 F 254 dengan fase gerak butanol-asam asetat-air (5:1:1). Deteksi dilakukan menggunakan Camag TLC Scanner 3 pada panjang gelombang 266 nm. Hasil pengujian menunjukkan bahwa batas deteksi dan batas kuantitasi vitamin C, magnesium askorbil fosfat, natrium askorbil fosfat, askorbil glukosida dan etil askorbil eter memenuhi persyaratan karena dibawah konsentrasi terkecil dari kurva kalibrasi. Hasil uji keterulangan vitamin C, natrium askorbil fosfat, askorbil glukosida dan etil askorbil eter memberikan nilai koefisien variasi ≤ 2% sedangkan magnesium askorbil fosfat memberikan nilai koefisien variasi lebih dari 2%. Hasil uji perolehan kembali vitamin C dan natrium askorbil fosfat berturut-turut adalah (99,98 ± 1,909)% dan (84,94 ± 1,533)%. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada sampel A mengandung vitamin C sebesar 8,62%, dalam sampel B mengandung natrium askorbil fosfat dengan sebesar 7,62% dan dalam sampel C tidak ditemukan vitamin C maupun turunannya.

ABSTRACT
Vitamin C is used to aging and prevent melanin formation and also stimulate collagen formation. Vitamin C was formulation in topical dosage form to apply easily to the skin was like solution. Nevertheless in solution, vitamin C could be oxidation so its effectiveness was less. The purposes of this research were determined analysis method and the level of vitamin C and its derivates in samples by TLC scanner using silica gel 60 F 254 as stationary phase, with butanol-acetic acid-water (5:1:1) as mobile phase. Detection was using Camag TLC Scanner 3 at 266nm. The result showed that the limit of detection and the limit of quantitation of vitamin C, magnesium ascorbyl phosphate, sodium ascorbyl phosphate, ascorbyl glucoside and ethyl ascorbyl ether were suitable with the requirement because under the lowest concentration of calibration curve. The result of vitamin C, sodium ascorbyl phosphate, ascorbyl glucoside and ethyl ascorbyl ether repeatability have coeffisien variation 2%, while magnesium ascorbyl phosphate repeatability has coeffisien variation more than 2%. The accuration of vitamin C and sodium ascorbyl phosphate were (99,98 ± 1,909)% and (84,94 ± 1,533)% respectively. The result of analysis showed that in sample A the average concentration of vitamin C was 8,62%, sodium ascorbyl phosphate in sample B was 7,62% and in sample C did not detect vitamin C or its derivates.
"
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, ], 2010
S33044
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran, 2005
615.15 WOR ct
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Rahmadhany
"Latar Belakang : Diagnosis tuberkulosis pada anak tidak mudah sehingga sering terjadi under diagnosis atau over diagnosis. Uji tuberkulin sebagai penunjang untuk mengetahui infeksi tuberkulosis memiliki angka negatif palsu 10-25%. Mayoritas pasien tuberkulosis anak memiliki kadar seng plasma yang rendah dibanding anak sehat.
Tujuan : Mengetahui efektivitas krim seng topikal untuk meningkatkan diameter indurasi uji tuberkulin pada pasien TB anak.
Metode : Uji klinis tidak tersamar dengan subjek penelitian bertindak sebagai perlakuan dan kontrol (matching) yang berlangsung selama bulan Oktober 2012 hingga Desember 2012. Subjek penelitian merupakan pasien tuberkulosis usia 2- 18 tahun di Departemen IKA RSCM dan Bagian Anak RS Persahabatan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi Analisis data penelitian dengan menggunakan uji non parametrik Wilcoxon signed rank test menggunakan SPSS versi 15.
Hasil : Penelitian dilakukan pada 47 subjek. Mayoritas subjek penelitian memiliki status gizi baik (53%), median durasi pengobatan <6 bulan, median usia 72 bulan dan 47% merupakan kelompok usia <5 tahun. Sebanyak 16 subjek memiliki median selisih perbedaan indurasi uji tuberkulin lengan kanan dan kiri sebesar 1 mm (P<0,001) namun secara klinis tidak bermakna. Tiga puluh subjek lainnya tidak memiliki perbedaan indurasi uji tuberkulin lengan kanan dan kiri. Dua puluh subjek (43%) mengalami reaksi Koch setelah penambahan krim seng topikal. Pemberian krim plasebo tidak menyebabkan reaksi Koch.
Simpulan : Pemberian krim seng topikal tidak terbukti bermakna secara klinis dalam meningkatkan indurasi uji tuberkulin dibandingkan krim plasebo.

Background : Diagnosis of tuberculosis in children is difficult, under diagnosis or over diagnosis is commonly happened. Tuberculin test as an important supporting examination for tuberculosis infection has false negative value 10-25%. Majority of children with tuberculosis have lower plasma zinc level than healthy children.
Objective : To evaluate effectiveness of topical zinc cream in augmenting diameter of tuberculin induration among children with tuberculosis.
Methods : Unblinded clinical trial involving subjects matched with themselves was performed between October 2012 until December 2012. Subjects were children with tuberculosis aged 2-18 years old in Child Health Departement Cipto Mangunkusumo Hospital dan Persahabatan Hospital, Jakarta. Data analysis was performed with Wilcoxon signed rank test using SPSS 15 version.
Results : There were 47 subjects recruited in this study. Majority of subjects were well nourished (53%), underwent treatment <6 months (median), aged 72 months (median) and were under-five children (47%). Sixteen subjects showed 1 mm (median) difference of tuberculin induration between zinc arm and placebo arm (P<0,001). This difference is statistically significant but clinically insignificant. Twenty two subjects (43%) had Koch reaction after zinc cream application. Application of placebo cream didn't cause any Koch reaction.
Conclusion: Application of topical zinc cream is clinically insignificant to augment tuberculin induration compared to placebo cream.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>