Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 56298 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
cover
Universitas Indonesia, 2005
TA606
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyudi
"Telah dibuat alat simulasi pengendalian intensitas cahaya (lampu 12 V) dalam suatu ruang (kotak hitam).dimana intensitas cahaya tersebut terkendali pada suatu intensitas yang telah ditentukan dengan menggunakan sistem pengendali P.I.D Analog, Simulasi dilakukan dengan memberikan intensitas yang diinginkan selanjutnya diberikan pula intensitas cahaya lain sebagai intensitas cahaya gangguan dengan Amplitudo dan Frekuensi yang berbeda pada masing-masing bentuk sinyal gangguan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
TA680
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Randa Adriano
"Sistem pencahayaan merupakan kebutuhan pokok manusia, contohnya lampu yang digunakan pada malam hari ataupun pada ruangan-ruangan yang diperlukan untuk membantu mengenali suatu objek secara visual. Saat ini terdapat dua jenis lampu yang banyak digunakan masyarakat yaitu lampu LED dan CFL. Karena penggunaan lampu di dalam ruangan membutuhkan energi yang besar, maka diperlukan pemilihan lampu yang dapat bekerja secara efektif dan efisien. Karena itu harus dilakukan pengujian untuk melihat bagaimana distribusi cahaya dari kedua jenis lampu tersebut. Dari hasil pengujian, didapatkan data yang menunjukan bahwa pada lampu LED maupun CFL ketika semakin jauh jarak horizontal maupun jarak vertikal titik pengukurannya dari lampu maka nilai intensitas penerangan yang dihasilkan menurun. Dan juga Pendistribusian dengan lampu LED lebih baik dibanding lampu CFL karena lebih merata dan juga lebih luas penyebaran pencahayaannya. Dimana lampu LED 6 watt lebih terang sebesar 27,51 % dibanding dengan lampu CFL 11 watt sedangkan lampu LED 8 watt lebih terang sebesar 11,82 % dibanding dengan lampu CFL 14 watt pada jarak 1,5 meter dari lampu dan diameter 180 cm. Distribusi lampu LED lebih merata dan lebih terang di tiap titiknya dikarenakan seluruh elektron yang terdapat melakukan rekombinasi dengan hole, sedangkan pada lampu CFL terdapatnya pemanasan filamen dan terjadi ionisasi antara elektron dengan gas argon dan uap merkuri sehingga timbul energi lain yang cukup besar yaitu adalah energi panas.

The lighting system is a basic human need, for example lights that are used at night or in rooms that are needed to help identify an object visually. Currently, there are two types of lamps that are widely used by the public, namely LED and CFL lamps. Because the use of lights in the room requires a lot of energy, it is necessary to choose lamps that can work effectively and efficiently. Because it must be tested to see how the distribution of light from the two types of lamps. From the test results, data shows that the LED or CFL lamps, the farther the horizontal distance and the vertical distance between the measurement points from the lamp, the lower the intensity value of the resulting light. And also the distribution with LED lamps is better than CFL lamps because it is more even and also has a wider distribution of lighting. Where the 6 watt LED lamp is 27.51% brighter than the 11 watt CFL lamp while the 8 watt LED lamp is 11.82% brighter than the 14 watt CFL lamp at a distance of 1.5 meters from the lamp and a diameter of 180 cm. The distribution of the LED lights is more even and brighter at each point because all the electrons are recombined with the holes, while in CFL lamps there is a heating of the filament and ionization occurs between the electrons with argon gas and mercury vapor so that it builds up. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2005
TA724
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ericco Siauwanda
"Lebah yang tidak menyengat adalah lebah sosial yang termasuk dalam keluarga Apidae yang memiliki kasta dan peran yang berbeda dalam koloni mereka. Lebah yang tidak berdaya memanfaatkan nektar dan serbuk sari sebagai sumber makanan mereka, dan mengumpulkan resin dari tanaman untuk membangun sarang mereka dan mempertahankan koloni mereka dari pemangsa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari hubungan antara suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya dengan aktivitas mencari makan Tetragonula aff. minor menggunakan Spearman Correlation, dan menganalisis aktivitas puncak harian Tetragonula aff. minor di Universitas Indonesia, Depok. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi keragaman serbuk sari yang dikumpulkan oleh Tetragonula aff. minor di Universitas Indonesia, Depok. Penelitian dimulai dengan pengumpulan data faktor lingkungan dan aktivitas lebah yang tidak disengat yang diidentifikasi sebagai Tetragonula aff. minor, dan kemudian melanjutkan dengan mengidentifikasi keragaman serbuk sari yang dikumpulkan oleh Tetragonula aff. minor menggunakan metode acetolysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas Tetragonula aff. minor memiliki korelasi dengan suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya. Aktivitas mencari makan puncak spesies ini adalah 12: 30-13: 30. Berdasarkan identifikasi serbuk sari, Tetragonula aff. minor mengumpulkan serbuk sari dari kelapa (Cocos nucifera), mangga (Mangifera indica), pepaya (Carica papaya), noni (Morinda citrifolia), myrtle kain sutera raksasa (Lagerstroemia speciosa), pohon koral cockspur (Erythrina crystal-galli), pucuk merah (Syzigium oleina), pohon karet (Hevea brasiliensis), dan keluarga rumput (Poaceae).

Non-stinging bees are social bees that belong to the Apidae family who have different castes and roles in their colonies. The helpless bees utilize nectar and pollen as their food sources, and collect resin from plants to build their nests and defend their colonies from predators. The purpose of this study was to study the relationship between temperature, humidity, and light intensity with foraging activity Tetragonula aff. minor uses the Spearman Correlation, and analyzes the daily peak activity of Tetragonula aff. minor at the University of Indonesia, Depok. This study also aims to identify the diversity of pollen collected by Tetragonula aff. minor at the University of Indonesia, Depok. The study began with data collection on environmental factors and the activity of non-sting bees identified as Tetragonula aff. minor, and then goes on to identify the diversity of pollen collected by Tetragonula aff. minor using the acetolysis method. The results showed that the activity of Tetragonula aff. minor has a correlation with temperature, humidity, and light intensity. The peak foraging activity of this species is 12: 30-13: 30. Based on pollen identification, Tetragonula aff. minor collects pollen from coconut (Cocos nucifera), mango (Mangifera indica), papaya (Carica papaya), noni (Morinda citrifolia), giant silk cloth myrtle (Lagerstroemia speciosa), cockspur coral tree (Erythrina crystal-galli), red shoots (Syzigium oleina), rubber tree (Hevea brasiliensis), and grass family (Poaceae)."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Triyono
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
TA432
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dianursanti
"Penelitian mengenai proses fiksasi CO2 dengan memanfaatkan kemampuan fotosintesis mikroalga Chlamydomonas sp galur NBP (ganggang hijau) ini merupakan salah satu alternatif yang diusulkan untuk mengatasi masalah gas rumah kaca, yang telah menjadi salah satu topik lingkungan yang amat penting akhir-akhir ini. Adanya potensi lain yang dihasilkan dari aktivitas fotosintesis jenis mikroalga ini seperti kandungan pati dan karbohidrat lainnya, menjadikan penelitian ini selain untuk mengurangi kadar CO2 juga untuk memproduksi biomassa yang memungkinkan memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Proses fiksasi CO2 dan produksi biomassa menggunakan Chlamydomonas sp ini dilakukan dalam kultur medium Bold's Basal (BBM) teraerasi dalam sebuah fotobioreaktor dengan pencahayaan kontinyu. Proses tersebut berlangsung pada kondisi: suhu 29°C, kecepatan superficial gas sebesar 2,4 m/jam, kandungan C02 6 % dalam aliran udara asupan dan dengan intensitas cahaya yang divariasikan sebesar 2000, 3000 dan 6000 lux.
Secara umum hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dengan semakin tingginya intensitas cahaya yang diterima oleh set dalam kultur medium (pada intensitas cahaya maksimum 6000 lux), peningkatan jumlah sel yang terjadi juga semakin tinggi. Besarnya peningkatan jumlah sel ini ternyata tidak sebanding dengan besarnya konsentrasi CO2 yang difiksasi. Laju pertumbuhan sel tertinggi dicapai pada intensitas cahaya sebesar 6000 lux, laju fiksasi CO2 terbesar dicapai pada intensitas cahaya sebesar 3000 lux dan efisiensi penggunaan cahaya tertinggi pada 2000 lux. Pada akhimya model pendekatan secara empiris terhadap laju pertumbuhan set dan laju fiksasi CO2 mengikuti persamaan Haldane dan Yano."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14717
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>