Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139693 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Andri Kusmayadi
"Pada penelitian ini diparkenalkan suatu faktor yang disebut dengan Kolom Aerasi Sistem Injeksi Berganda, yang selanjutnya cukup disebut dengan kolom aerasi berganda saja. Kolom ini merupakan kolom gelembung (bubble column) yang berfungsi sebagai alat kontak antar fasa gas-cair sehingga terjadi proses perpindahan massa gas ke dalam fasa cair. Kolom gelernbung banyak ditemui dalam industri, seperti pada industri kimia dan petrokimia. Selain ilu, kolom gelembung juga penting peranannya dalam bidang bioteknologi, khususnya dalam bidang fermentasi dan pengolahan air limbah industri.
Kolom aerasi berganda pada penelitian ini dibuat untuk mengurangi limbah cair fenol dengan menggunakan sistem oksidasi. Sistem oksidasi yang digunakan adalah dengan proses biologi dan proses langsung. Proses biologi adalah dengan menggunakan mikroorganisma yang dilarutkan dalam kolom aerasi.
Mikrorganisma ini dapat mengoksidasi fenol sehingga dapat terurai menjadi senyawa lain yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Sedangkan proses langsung yaitu dengan mcnggunakan gas ozon (O3) dan oksigen (O2) sebagai oksidatornya.
Proses dengan menggunakan mikroorganisme atau disebut proses lumpur aktif yang telah banyak digunakan, mempunyai kelemahan dalam pengadukan yang kurang sempurna dan menyebabkan aerasi kurang merata sehingga banyak mikroorganisme mati. Kelemahan lainnya adalah tinggi/kedalaman tangki aerasi terbatas (tidak boleh Iebih dari 1 meter) dan konstruksi bioreaktor yang kurang menjamin aerasi di semua Iitik sehlngga timbul banyak dead zone. Untuk mengatasi kendala-kendala dalam sistem acrobik di atas maka dalam penelitian ini diperkenalkan suatu unit aerasi (bioreaktor) berupa kolom aerasi berganda."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S49055
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bondan Priyambodo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S38437
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S38997
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Dispersi cair-cair sering ditemui dalam berbagai teknologi proses yang melibatkan kontak antara dua fasa cair seperti membran cair emulsi. Dalam operasi tersebut dispersi harus dijaga pada suatu tipe tertentu, yaitu tipe minyak dalam air (o/w) atau air dalam minyak (w/o). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh fraksi volume pelarut organik, kecepatan pengadukan, dan ketinggian impeler terhadap kestabilan dan tipe dispersi yang terbentuk pada sistem toluena-air dengan ekstraktan 0.3 M versaric-6 acid. Selain itu ingin diketahui pula pengaruh penambahan surfaktan span 80 pada sistem tersebut.
Pengadukan dilakukan terhadap sistem. Tipe dispersi yang terbentuk diperoleh dari pengamatan perilaku sedimentasi dan koalesensi, untuk data kestabilan diperoleh dari pencatatan waktu koalesensi. Perubahan parameter meliputi fraksi volume pelarut organik (φ0) 0.4-0.6, kecepatan pengadukan (N) 275-1000 rpm, dan ketinggian impeler (h) -1-1.25 cm. Penambahan surfaktan dilakukan pada φ0 = 0.4 sebesar 0.14~2.83 % berat span 80.
Penelitian menunjukkan ketiga parameter yang divariasikan di atas mempengaruhi tipe dispersi yang terbentuk secara simultan. Pada h < 0 cm selalu dihasilkan dispersi o/w, kecuali pada φ0 = 0.6 dan h = 0 cm dapat terbentuk pula dispersi w/0. Pada h > 0 cm dapat diperoleh baik dispersi o/w maupun w/o. Terdapat kecenderungan karakteristik dispersi yang sama pada φ0 = 0.5 dan 0.6 untuk h > 0.5 cm. Dispersi o/w yang dihasilkan lebih stabil dibandingkan dengan dispersi w/o, sedangkan untuk sistem yang mengandung span 80 berlaku sebaliknya. Surfaktan dapat meningkatkan stabilitas emulsi. Pada h = 1 cm, penambahan surfaktan dari 1.42 % menjadi 2.83 % berat span 80, dapat meningkatkan stabilitas emulsi sekitar 60 kali, dari sekitar 6 menit menjadi 6 jam."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48933
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pemahaman terhadap proses pengadukan dan pencampuran penting untuk dimiliki oleh seorang mahasiswa Teknik Kimia. Selain karena proses ini tidak bisa dinyatakan hanya dengan sebuah kajian teoritis, kualitas dari proses ini pun pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas dari proses lain yang melibatkannya. Oleh karena itu, perlu tersedianya alat unit operasi yang melengkapi kurikulum praktikum Proses Operasi Teknik pada Departemen Teknik Kimia. Secara sederhana, alat tersebut bisa berupa tangki berpengaduk. Penelitian ini dilakukan dalam sebuah tangki silinder berkapasitas 2 liter dengan diameter 15 cm dan tinggi 20 cm yang diaduk dengan posisi sumbu center, center dengan baffle, off center dan incline. Pengaduk yang digunakan terdiri dari pitch blade propeller, pitch turbine propeller, sharp blade propeller, turbine impeller, hole blade impeller, radial blade impeller dan rose blade impeller. Kecepatan pengaduk bervariasi antara 50 hingga 1750 rpm. Fluida yang diaduk adalah air dan fluida kental. Pemilihan jenis pengaduk dan posisi sumbu pengaduk diteliti pengaruhnya terhadap kebutuhan daya pengadukan. Penentuan kondisi optimum dari operasi pencampuran dilakukan dalam sebuah proses dispersi padat ? cair berupa pencampuran warna primer menjadi warna sekunder pada tangki kapasitas 2 dan 20 liter. Sharp blade propeller membutuhkan daya pengadukan yang minimum pada setiap posisi sumbu pengaduk dalam air maupun fluida kental. Posisi sumbu center membutuhkan daya pengadukan minimum untuk setiap jenis pengaduk. Kondisi optimum pencampuran dengan waktu tercepat dihasilkan oleh sharp blade propeller. Sedangkan, untuk daya pencampuran minimum dihasilkan oleh rose blade impeller."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49791
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gatot Meganoto
"Berbagai pertimbangan sehubungan dengan keuntungan-keuntungan penyaluran daya dengan tegangan tinggi arus searah atau High Voltage Direct Current (HVUC), maka minat terhadap sistem ini timbul kembali sejak awal tahun 1930-an. Perbedaan antara penyaluran tegangan dc dengan tegangan ac adalah; penyaluran tegangan dc baru dapat dilakukan setelah melalui suatu transformasi dari sistem ac ke dc dan sebaliknya. Disisi pengirim, tegangan ac ditransformasikan ke tegangan dc melalui suatu sistem penyearah (konverter rektifier). Sedangkan disisi penerima, tegangan dc diubah kembali menjadi ac melalui peralatan pembalik (konverter inverter). Oleh karena itu, inti dari sistem transmisi dc terletak pada peralatan peralatan pengubahnya yakni rektifier dan inverter ditambah dengan komponen-komponen pendukung utamanya, misalnya; transformator konverter dan lain-lain. Sedangkan komponen dasar dari rektifier dan inverter terdiri dari grup-grup tiristor yang membentuk rangkaian jembatan 6-katup 3 fasa. Melalui suatu sistem kontrol, rek-titer dan inverter tersebut akan bekerja jika gerbang pada tiristor dicetuskan tegangan. Waktu ketika gerbang tiristor dinyalakan (d) menentukan karakteristik gelombang ac/dc yang dihasilkan. Sehingga untuk menghasilkan respon tertentu, harga ini dapat bervariasi tergantung pada perubahan beban. Hal yang perlu diperhatikan saat perancangan sistem HVDC adalah penyaturan tegangan dc, gejala transien dan kondisi tunak serta pengaruh yang ditimbulkan pada saat terjadi gangguan. Kondisi-kondisi tersebut dijelaskan dalam bentuk pemodelan dan simulasi yang dilakukan dengan program EMTP (Elecrromagnetic Transient Program) dan PSPICE untuk memberikan hasil pendekatan dari kondisi sebenarnya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S38934
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dijan Supramono
"Previous research of thermal co-pyrolysis of biomass-plastics where plastics function as hydrogen donor to induce synergistic effect on non-oxygenated fraction of bio-oil has reached a condition that there was a difficulty of separating non-oxygenated compounds from oxygenated compounds either at low heating rate. It was suspected that the content of high molecular weight of compounds especially polyaromatic hydrocarbons (PAH) in bio-oil retarded this separation. At low heating rate, most of co-pyrolysis until recently have been conducted in fixed bed and auger reactors. The present work proposed a stirred tank reactor as the reactor alternative to avoid formation of PAH in bio-oil. A series of experiments of co-pyrolysis of corn cobs and polypropylene at low heating rate (5oC/min) with maximum temperature of 500oC has been conducted with the ultimate goal of producing non-oxygenated fraction of bio-oil similar to diesel fuel. The qualities of the fraction targeted were its viscosity, double bond content and branching number of carbon chains. The values of these properties in diesel fuel are 2.7 cStokes, 0%, 0.4, respectively. The experiments involved 3 different reactors, i.e. the first, a stirred tank reactor with its aspect ratio (the ratio of the height to the diameter) of 2.0, the second, a stirred tank reactor with aspect ratio of 1.35 and the third, a dispecement reactor. Nitrogen gas as a sweeping gas was predicted to generate local turbulence favouring convective heat transfer. The work has resulted in some important results, i.e. the first, there was phase separation between oxygenated and non-oxygenated fractions, the second, synergistic effects in copyrolysis have been achieved both in bio-oil and non-oxygenated fraction yields, the third, non-oxygenated fraction had viscosity of 2.03 + 6.47% cStokes, the fourth, nonoxygenated fraction contained only 6-7% double bonds, which eases the hydrogenation reaction in further processing for double bond saturation, the fifth, non-oxygenated fraction had average branching number of 0.57, slightly above that of diesel fuel, which is unfavourable to reach short ignition delay time in the combustion, the sixth, the aspect ratio of the reactor significantly affected the extent of biomass pyrolysis, but not polypropylene pyrolysis."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
D2582
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Andreas Hambali
"Dengan studi ini, akan dibuat desain dan penyetelan dari multi-loop untuk multivariabel (2x2) RATB agar dapat mencapai kinerja kontrol RATB yang optimum. Studi ini menggunakan model reaktor Bequette dan perangkat lunak MATLAB yang diharapkan dapat mengatasi gangguan-gangguan di reaktor sehingga reaktor dapat stabil dengan cepat walaupun ada gangguan. Dalam studi ini, desain akan dibuat menggunakan pendekatan multi-loop, dengan pembuatan kontroler PI pada tahap selanjutnya. Kemudian metode penyetelan BLT dan auto-tune akan digunakan di kontroler PI dan diberikan gangguan untuk kedua metode penyetelan. Kinerja kontroler kemudian di bandingkan dan hasil dari studi ini kemudian di analisa untuk di bahas dan di ambil kesimpulannya.
Hasil dari studi menunjukkan bahwa dalam hal penolakan gangguan, BLT lebih baik daripada auto-tune berdasarkan perbandingan kinerja kontroler keduanya. Untuk IAE dalam kasus temperatur, BLT 30% lebih baik daripada auto-tune, tetapi kinerja hampir sama dalam kasus konsentrasi. Untuk settling time dalam kasus konsentrasi, BLT 30% lebih baik daripada auto-tune, dan dalam kasus temperatur, BLT 18% lebih baik daripada autotune. Untuk rise time dalam kasus konsentrasi dan temperature, BLT 30% lebih baik daripada auto-tune.

With this study, the design and tuning of multi-loop for multivariable (2x2) CSTR will be made in order to achieve optimum CSTR control performance. This study used Bequette model reactor and MATLAB software and is expected to be able to cope with disturbances in the reactor so that the reactor system is able to stabilize quickly despite the distractions. In this study, the design will be made using multiloop approach, along with PI controller as the next step. Then, BLT and auto-tune tuning method will be used in PI controller and given disturbances to both of tuning method. The controller performances are then compared. Results of the study are then analysed for discussions and conclusions.
Results from this study have shown that in terms of disturbance rejection, BLT is better than auto-tune based on comparison between both of controller performances. For IAE for the case of temperature, BLT is 30% better than auto-tune, but it is almost the same for the case of concentration. For settling time for the case of concentration, BLT is 30% better than auto-tune, and for the case of temperature, BLT is 18% better than auto-tune. For rise time for the case of concentration and temperature, BLT is 30% better than auto-tune.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55002
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>