Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165133 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Rachmad Hartono
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elsa Widowati
"Telah dilakukan formulasi, uji aktivitas antibakteri, dan uji stabilitas niosom gel yang mengandung minyak atsiri daun sirih (Piper betle L.) sebagai obat anti jerawat. Pembuatan niosom bertujuan untuk meningkatkan penetrasi secara transfolikular dan meningkatkan stabilitas sediaan. Ekstraksi minyak atsiri daun sirih dilakukan dengan metode destilasi cara kukus dan identifikasi komponen senyawa minyak atsiri digunakan GC-MS. Formulasi niosom dibuat dalam dua macam perbandingan jumlah kolesterol dan surfaktan, yaitu 1:1 (F1) dan 1:2 (F2) (b/b). Suspensi niosom dievaluasi yang meliputi uji efisiensi jerap secara Spektrofotometri UV-Vis, uji ukuran partikel menggunakan Particle Size Analyzer, dan uji morfologi vesikel menggunakan Transmission Electron Microscope. Niosom yang telah diuji, dibuat menjadi sediaan gel menggunakan 0,5% Carbomer 940 sebagai gelling agent. Niosom gel dievaluasi yang meliputi uji organoleptis, pH, viskositas, uji aktivitas antibakteri terhadap Propionibacterium acnes, dan uji stabilitas selama 12 minggu pada 3 suhu penyimpanan yang berbeda, yaitu suhu kamar (28±2ºC), suhu rendah (4±2ºC), dan suhu tinggi (40±2ºC). Hasil pengujian menunjukkan, sediaan niosom gel F2 memiliki stabilitas yang lebih baik dibandingkan F1, sedangkan aktivitas antibakteri niosom gel F1 dan F2 tidak berbeda signifikan.

Formulation, antibacterial activity test, and stability test of niosome gels containing essential oil of betel leaf (Piper betle L.) as an anti-acne treatment, has been established. The preparation of niosome aims to increase the transfollicular penetration and also increase the stability of gel. Betel leaf essential oil extraction was done by steam distillation method and essential oil compounds identification used GC-MS. The niosome formulations made in two kinds of cholesterol and surfactant amount ratio, ie 1:1 (F1) and 1:2 (F2) (w/w). The niosomes were evaluated which include the entrapment efficiency test by Spectrophotometry UV-Vis, the particle size test by Particle Size Analyzer, and the vesicle morphology test by Transmission Electron Microscope. The niosomes that had been evaluated, made into gel with 0.5% Carbomer 940 as gelling agent. Niosome gels were evaluated which include organoleptic, pH, viscosity, antibacterial activity against Propionibacterium acnes, and stability for 12 weeks in 3 different storage temperatures, ie room temperature (28±2°C), low temperature (4±2°C), and high temperature (40±2°C). The test results showed that the F2 gel niosome has better stability than F1.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S58122
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Haryati
"Telah dilakukan penelitian tentang perbedaan sifat fisiko-kimia dan komposisi asam lemak penyusun trigliseridanya, pada minyak biji jambu mete (Anacardium occidentale Linn) yang berasal dari Sulawesi Tenggara dan Yogyakarta. Asam lemak diperoleh dengan cara ekstraksi menggunakan soxhlet dan pelarut n-heksana. Hasil ekstraksi ini kemudian dievaporasi atau didestilasi untuk mendapatkan minyak kasar. Minyak kasar yang diperoleh, kemudian sebagian dianalisis untuk mengetahui sifat fisiko-kimianya. Sebagian lagi minyak dimurnikan, untuk kemudian dianalisis sifat fisiko-kimianya dan komposisi asam lemak penyusun trigliseridanya.
Dari analisis, diperoleh hasil secara berturut-turut untuk minyak mete Kendari dan Gunung Kidul sebagai berikut: rendemen (41,97% dan 51,67%), titik leleh(-1,50C dan -10 C), indeks bias (1,4650 dan 1,4657), berat jenis (0,9065 dan 0,9061), bilangan asam (0,61 dan 0,71), bilangan penyabunan (183,44 dan 191,26), bilangan iod (47,58 dan 47,54), bilangan peroksida (4,29 dan 0,86), dan bahan tidak tersabunkan (0,91 dan 0,40).
Komposisi asam lemak penyusun trigliserida ditentukan dengan menggunakan kromatografi gas (GC) . Kandungan asam lemak jenuh pada minyak Kendari 10% dan asam lemak tidak jenuh 90%, dengan persentase tertinggi asam linoleat (65,9%), sedangkan minyak Gunung Kidul, asam lemak jenuh 20,75% dan asam lemak tidak jenuh 79,25% dengan persentase tertinggi asam oleat (58,2%). Rendemen yang diperoleh untuk minyak biji mete Kendari adalah: 41,97% sedangkan minyak biji mete Gunung Kidul sebesar 51,67%. Ada sedikit perbedaan sifat fisiko-kimia dan komposisi asam lemak penyusun trigliserida minyak biji mete dari Kendari dan minyak biji mete dari Gunung Kidul.

A research on the comparison of physico-chemical properties and fatty acid composed triglyceride of cashew nut oil (Anacardium occidentale Linn) origines from South East Sulawesi and Yogyakarta. The fatty acid determined from extraction by soxhlet with nhexana solutions. The extract is then evaporated or distilled to obtain crude oil. Crude oil is obtained, and then analyzed for some physico-chemical properties. Much more oil is purified, then analyzed for physico-chemical properties and fatty acid composition of triglycerides compiler.
From the analysis, the results is obtained respectively for Kendari nut oil and Gunung Kidul as follows: yield (41.97% and 51.67%), melting point (-1.50 C-10c), refractive index (1.4650 and 1.4657), density (0.9065 and 0.9061), acid values (0.61 and 0.71), saponification values (183.44 and 191.26), iodine values (47.58 and 47, 54), peroxide values (4.29 and 0.86), and the material unsaponification values (0.91 and 0.40).
Compiler triglyceride fatty acid composition determined using gas chromatography (GC). Saturated fatty acid content in cashew nut oil of Kendari 10% unsaturated fatty acid and 90% with the highest percentage of linoleic acid (65.9%), while cashew nut oil of Gunung Kidul, 20.75% saturated fatty acids while unsaturated fatty acids with 79.25%, the highest percentage of oleic acid (58.2%). There is little difference in the physicochemical properties and fatty acid composed triglyceride of cashew nut oil of Kendari and Gunung Kidul cashew nut species.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29031
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hadanatul Fitri
"Sirih merupakan tanaman budidaya yang banyak digunakan oleh masyarakat salah satunya sebagai obat herbal tradisional. Sirih mempunyai beberapa jenis antara lain sirih hijau dan sirih merah yang sering digunakan oleh masyarakat. Sirih memiliki beberapa senyawa kimia salah satunya adalah flavonoid yang memiliki efek farmakologi seperti antioksidan, anti inflamasi, anti platelet, dan anti alergi. Sirih sebagai obat dapat digunakan langsung dalam bentuk daunnya, air rebusannya, atau dalam bentuk simplisia yang telah dikeringkan. Proses pengeringan yang termasuk proses pasca panen dapat menyebabkan perubahan bentuk pada simplisia dan menyebabkan terjadinya pemalsuan dan kesalahan identifikasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan farmakognostik dari daun sirih hijau (Piper betle L.) dan sirih merah (Piper cf. crocatum Ruiz & Pav.) yang mencakup perbandingan morfologi, makroskopik, mikroskopik, kandungan kimia, parameter lain, dan kadar flavonoid total. Parameter lain yang diuji antara lain kadar abu, kadar abu yang tidak larut dalam asam, kadar sari yang larut dalam air, dan kadar sari yang larut dalam etanol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara sirih hijau dan sirih merah dapat dibedakan secara makroskpis, mikroskopis, kandungan kimia, dan parameter lain yang diuji. Perbedaan lainnya juga dapat diketahui berdasarkan kadar flavonoid total yang terdapat pada sirih hijau dan sirih merah.

Betel leaf is a cultivation plant that used as traditional medicine by the society. Betel leaf has several species such as green betel leaf and red betel leaf that often used by the society. Betel leaf has several chemistry compounds. One of them is flavonoid which has pharmacological effect like antioxidant, antiinflammation, antiplatelet, and antiallergic. Betle leaf as medicine can be used directly in the leaf form, the decoction water, or in the simplisia form that has been dried. Drying process, one of after harvesting processes, can cause the transformation to the simplisia and cause the falsification and identification error.
This research aims to know about the pharmacognostical comparison of betel leaf (Piper betle L.) and red betel leaf (Piper cf. crocatum Ruiz & Pav.). The tests include morphology comparison, macroscopic, microscopic, phytochemical compounds, other parameters, and determination of total flavonoid. Other parameters that also tested are determination of ash, acid insoluble ash, water soluble extractive, and alcohol soluble extractive. The results show that between betel leaf and red betel leaf can be distinguished by macroscopic, microscopic, phyochemical compound, and other parameters. Another difference can be also identified by total flavonoid contents between these plants.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46677
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthoharrah
"Daun sirih (Piper betle L) memiliki kandungan kavikol yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap Propionibacterium acne sebagai salah satu bakteri yang berperan dalam patogenesis jerawat. Meskipun bukan merupakan penyakit serius yang mengancam kesehatan, tetapi dapat membuat penderita merasa tidak nyaman. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan terhadap penelitian sebelumnya yang memformulasikan gel niosom yang mengandung minyak atsiri daun sirih. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa sediaan gel niosom minyak atsiri daun sirih dapat berpenetrasi dibandingkan dengan gel minyak atsiri daun sirih tanpa niosom. Dan sediaan ini diharapkan memiliki stabilitas yang baik. Dalam penelitian ini, gel niosom minyak atsiri daun sirih dan gel minyak atsiri diuji secara transdermal menggunakan sel difusi Franz. Uji penetrasi dilakukan selama 8 jam dan kadar kavikol yang terpenetrasi diukur dengan metode KCKT. Jumlah kavikol pada gel niosom minyak atsiri sirih yang terpenetrasi pada jam ke 8 adalah 129,504µg/cm ± 4,63. Gel minyak atsiri daun sirih tanpa niosom tidak dapat terpenetrasi. Gel yang dibuat dari minyak atsiri daun sirih dengan atau tanpa niosom dalam penelitian ini memiliki stabilitas fisik yang baik selama 12 minggu.

Betel leaf (Piper betle L) contains cavichol that has antibacterial activity against Propionibacterium acne as one of the bacteria that play a role in the pathogenesis of acne. Although not a serious disease that threatens health, but can make people feel uncomfortable. This study is a follow-up study of previous research formulating niosome gel containing essential of betel leaf. The purpose of this study was to prove that the gel preparation of niosom of betel leaf oil can penetrate compared with the gel of betel leaf oil without niosome. And this preparation is expected to have good stability. In this study, niosome gel essential oils of betel leaf and essential oil gel were tested transdermally using Franz diffusion cells. The penetration test was carried out for 8 hours and the penetrated cavasol level was measured by the HPLC method. The amount of cavichol on niosome gel of volatile oil of betel which penetrated at 8 o'clock is 129,504?g / cm ± 4,63. The essential oil gel of betel leaf without niosomes can not be penetrated. Gel made from the essential oil of betel leaves with or without niosomes in this study had good physical stability for 12 weeks.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Anggriani
"Daun sirih diketahui mengandung banyak polifenol yang memiliki aktivitas antioksidan kuat sehingga dapat menghambat pembentukan radikal bebas ROS (Reactive Oxygen Species) yang merusak kulit. Ekstrak daun sirih diformulasikan dalam krim dengan konsentrasi 0,5%, 1%, dan 2%, dan divariasikan dengan penambahan BHT 0,05%, 0,075%, dan 0,1%. Penelitian ini bertujuan menguji stabilitas fisik dan menentukan pengaruh penambahan BHT pada aktivitas antioksidan krim setelah penyimpanan selama 8 minggu pada suhu kamar. Kestabilan fisik diuji dengan uji mekanik, cycling test, dan penyimpanan pada suhu rendah (7+2°C), suhu kamar (27+2°C), dan suhu tinggi (40+2°C).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa krim daun sirih 0,5%, 1%, dan 2% stabil pada penyimpanan suhu rendah dan suhu kamar, sedangkan krim daun sirih 2% tidak stabil pada suhu tinggi. Pada cycling test, krim daun sirih 2% tidak stabil, sedangkan pada uji mekanik ketiga formula krim tidak stabil. Aktivitas antioksidan diukur menggunakan metode peredaman DPPH. Hasilnya adalah krim yang diberikan BHT konsentrasi 0,1% bisa menjaga stabilitas antioksidannya selama penyimpanan 8 minggu pada suhu kamar. Tetapi, krim yang diberikan BHT konsentrasi 0,05% dan 0,075% belum mampu menjaga stabilitas antioksidannya selama penyimpanan 8 minggu pada suhu kamar.

Betle leaf known contained high level of polyphenol, a strong antioxidant which inhibit ROS (Reactive Oxygen Species) formation causing skin damage, was formulated into cream with concentration of 0,5%, 1%, and 2% and varied with BHT concentration of 0,5%, 0,075%, and 0,1%. This research was designed to investigate the physical stability and the influence of BHT addition on the antioxidant activity of cream after 8 weeks storage at room temperature. Physical stability was tested with the centrifugal, cycling test, and storage at low (7+2°C), room (27+2°C), and high temperatures (40+2°C).
The results showed that cream of 0,5%, 1%, and 2% was stable stored at low and room temperature, whereas at high temperature cream 2% did not. On cycling test, cream of 2% was not stable, all creams were not stable on centrifugal test. Measurement of antioxidant activity was done using DPPH radical scavenging method. The results showed that creams given BHT concentration of 0,1% to maintain the stability of antioxidant during 8 weeks of storage at room temperature. However, the creams that given BHT concentration 0,05% and 0,075% have not been able to maintain the stability of the antioxidant during 8 weeks of storage at room temperature.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S946
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lidya Kartika Marsaulina S.
"Daun sirih Piper betle L memiliki kemampuan anti bakteri yang baik. Profil antibakteri tersebut disediakan oleh kandungan metabolit sekunder di dalam sediaan. Ekstrak etanol 80 daun sirih memiliki kompatibilitas yang baik untuk dijadikan sediaan farmasi. Penelitian oleh American Podiatric Medical Association pada tahun 2014 menunjukkan bahwa bau kaki menjadi permasalahan pada kaki yang banyak dialami masyarakat pada saat ini. Bau kaki tersebut banyak disebabkan oleh adanya bakteri, yakni bakteri Bacillus subtilis. Untuk mengatasi bau kaki dibuat sebuah sediaan antibaukaki. Sediaan spray dipilih karena menyediakan kenyamanan yang tinggi bagi pengguna.
Penelitian ini menguji berbagai konsentrasi ekstrak dalam formula untuk menemukan konsentrasi kandungan ekstrak etanol yang paling baik, yang dapat menunjukkan diameter zona hambat terhadap bakteri Bacillus subtilis. Selain itu, dilakukan juga uji stabilitas fisik pada penyimpanan selama 8 minggu di suhu kamar 28 2°C , suhu tinggi 40 2°C, dan suhu rendah 4 2°C. Kontrol, Formula 1, Formula 2, dan Formula 3.
Hasil uji stabilitas menunjukkan profil stabilitas fisik dengan parameter organoleptis yang baik. Kadar ekstrak etanol 80 daun sirih yang tepat untuk dapat memberikan diameter zona hambat minimum, diberikan oleh Formula 3, yakni ge; 2 mg/ml, dengan angka zona hambat minimum terhadap bakteri Bacillus subtilis, dengan diameter hambat yang terbentuk sebesar 2 mm.

Betel leaf has long been proven and widely used in Indonesia for its antibacterial activities. Betel leaf 80 ethanolic extract has high compatibility to be made as a widely used pharmaceutical product, including spray. In 2014 American Podiatric Medical Association, studied a significant increasing of foot odor prevalence between our citizens. One of the reason of foot odor is caused by bacteria, mostly by Bacillus subitilis.
This study focussed on creating a pharmaceutical product with a strong antibacterial that showed minimum bactericidal concentration MBC towards bacteria that caused foot odor. Spray product was chosen because of the great pleasant experience for the user. The study tested various concentrations of betel leaf 80 ethanolic extract, to study its antibacterial activity. Stability testing towards its physical property on 8 week storage in three different temperature room temperature 28 2°C, high tempreature 40 2°C, and low temperature 4 2°C, was also conducted.
The three spray showed great physical stability profile on organoleptic parameters. Betel leaf 80 ethanolic extract, in the Formulation 3 showed Minimum Bactericidal Concentration MBC in 2 mm area with the formula that contained ge 2 mg ml Ethanolic Extract.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68022
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bertha Lova
"Sirih (Piper betle Linn) merupakan tanaman obat yang digunakan dalam sediaan obat. Sifatnya sebagai bakterisid digunakan untuk mengobati ataupun mencegah penyakit infeksi. Pada penelitian ini, ekstrak kering daun sirih yang menandung senyawa fenol digunakan sebagai bahan aktif dalam sediaan ovula.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kestabilan ovula dengan menentukan kadar fenol total menggunakan spektrofotometer selama empat minggu. Setiap ovula yang mengandung 0,9 g ekstrak kering dari infusa 5% daun sirih.
Hasil penelitian menunjukkan sediaan ovula dengan konsentrasi gelatin 14% memiliki batas umur simpan 3,64 minggu dan ovula yang mengandung gelatin 20% memiliki batas umur simpan 3,30 minggu pada penyimpanan suhu dingin. Sedangkan pada penyimpanan suhu kamar ovula yang menngandung gelatin 14% memiliki batas umur simpan 2,98 minggu dan ovula yang mengandung gelatin 20% memiliki batas umur simpan 1,47 minggu."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
S32500
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>