Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12739 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Widya Ayu Larasati
"ABSTRAK
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang berpotensi untuk menjadi obat diuretik selain dari obat sintetis yang ada saat ini. Namun belum diteliti secara preklinis bagaimana interaksi dari obat herbal dan obat sintetis yang memiliki khasiat yang sama dalam hal ini sebagai diuretik apabila diminum secara bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol 70% daun kumis kucing terhadap efek diuretik furosemid pada tikus putih jantan galur Sprague Dawley. Penelitian dilakukan pada 30 ekor tikus putih jantan yang dibagi ke dalam 5 kelompok yaitu kontrol, ekstrak, furosemid, dan dua kelompok dosis kombinasi antara ekstrak dan furosemid. kelompok diberi perlakuan berupa pemberian ekstrak selama 4 hari kemudian pada hari ke-4 ditambah pemberian furosemid . pengukuran volume urin dilakukan pada hari ke-4, tekanan darah pada hari ke-0 dan ke-4 menggunakan pengukur tekanan dara non invasive CODA, serta pengukuran kadar natrium dan kalium pada hari ke-5 pada urin 24 jam menggunakan spektrofotometer serapan atom. Kemudian, hasil dianalisis menggunakan SPSS dan hasil analisis statistic menunjukan bahwa pada pengukuran volume urin jam ke-1, ke-2, ke-3, ke-4, ke-5, ke-6, kadar natrium, dan tekanan darah sistol terdapat perbedaan secara bermakna antara kelompok kombinasi dengan kelompok kontrol, ekstrak, dan furosemid (α < 0,05) dan terdapat perbedaan bermakna antara kelompok kombinasi 1 (dosis ekstrak 700 mg/kg bb ditambah furosemid 7,2 mg/kg BB) dan kombinasi 2 (dosis ekstrak 350 mg/kg bb ditambah furosemid 7,2 mg/kg BB) (α < 0,05)

ABSTRACT
Indonesia has many kinds of biodiversity that may become a potential drug that has diuretic effect besides synthetic drugs. But there is no preclinic research about interaction between herbal drug and synthetic drug who have same effect as a diuretic drugs and are consumed together. This study aimed to find out the effect of 70% ethanol extract of kumis kucing leaves to diuretic effect of furosemide in white male rats from Sprague Dawley strain. Thirty white male rats divided into five group of six animals each were used and administrative orally for 4 days with CMC 0,5% as control, furosemide, kumis kucing leaves extract, and the rest of the groups are for combination of furosemide and extract. Urine volume is measured in the fourth day, blood pressure is measured on the day before treatment and on the fourth day using CODA non-invasive blood pressure measurement, and, and the level of sodium and potassium are measured the day after urine volume measurement using atom spectrophotometer and the obtained data is processed by SPSS. Statistic analysis results show that there are significantly difference (α < 0,05) on 1st, 2nd, 3rd, 4th, 5th, 6th hour urine volume, sodium levels, and systole blood pressure between control, furosemide, and extract group to 1st combination group (contain 700 mg/kg bw extract and 7,2 mg/200g bw furosemide) and 2nd combination group (contain 350 mg/kg bw extract and 7,2 mg/200g bw furosemide). There is significantly difference between 1st combination group to 2nd combination group (α < 0,05)."
2016
S64411
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marisa Sharon Hartanto
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S32408
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riana Maya Oktaviani
"ABSTRAK
Penggunaan bersama furosemid dengan ekstrak etanol 70% daun kumis kucing (Orthosiphonis stamineus Benth.) menyebabkan interaksi farmakokinetik yang dapat mengubah kadar furosemid dalam plasma. Kemiripan mekanisme antara keduanya memungkinkan terjadinya interaksi yang menimbulkan efek sinergis melalui penghambatan reabsorbsi natrium dalam nefron. Penelitian ini bertujuan mengetahui adanya pengaruh pemberian ekstrak etanol 70% daun kumis kucing terhadap parameter farmakokinetik furosemid pada tikus putih jantan. Delapan belas ekor tikus putih jantan galur Sprague Dawley dengan berat sekitar 200 gram dibagi dalam 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol normal yang diberikan CMC 1%, kelompok furosemid yang diberikan suspensi furosemid dosis 7,2 mg/200 g BB, dan kelompok kombinasi yang diberikan suspensi ekstrak etanol 70% daun kumis kucing 700 mg/kg BB selama 4 hari yang dilanjutkan dengan pemberian suspensi furosemid 7,2 mg/200 g BB. Pada hari ke-4 perlakuan dilakukan pengambilan darah melalui sinus orbital mata tikus dan dianalisis kadar furosemid dalam plasma menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol 70% daun kumis kucing meningkatkan parameter farmakokinetik furosemid pada Cpmaks, dan Area Under Curve (AUC) (P < 0,05). Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak etanol 70% daun kumis kucing meningkatkan parameter farmakokinetik furosemid pada tikus putih jantan.

ABSTRACT
The combinations of furosemide and 70% ethanolic extract of kumis kucing leaves (Orthosiphonis stamineus Benth.) cause pharmacokinetic interactions that can alter levels in plasma. Similarities between the mechanisms of both allows the interaction that causes a synergistic effect through inhibition of sodium reabsorption in the nephron. This study aimed to observed the effect of 70% ethanolic extract of kumis kucing leaves on the pharmacokinetic parameters of furosemid in male white rats. Eighteen Sprague Dawley male rats were divided into 3 groups, which are normal control group was given only 1% CMC, furosemide group was given 7,2 mg/200 g bw suspension of furosemide, and combinations group was given 700 mg/kg bw suspension of 70% ethanolic extract of kumis kucing leaves for 4 days followed by the given a suspension of furosemide 7,2 mg/200 g bw. On the 4th day of treatment performed orbital sinus blood sampling on the eyes of rats and analyzed the levels of furosemide in plasma using High Performance Liquid Chromatography (HPLC). The results showed 70% ethanolic extract of kumis kucing leaves improve pharmacokinetic parameters of furosemide on Cpmaks, and Area Under the Curve (AUC) (P < 0,05). The conclusion is the 70% ethanolic extract of kumis kucing leaves improve the pharmacokinetic parameters of furosemide on white male rats."
2016
S65176
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ihlus Fardan
"ABSTRAK
Gaya hidup, perilaku kurang aktifitas fisik, konsumsi makanan yang tinggi garam, dan stres, menjadi penyebab masalah hipertensi pada keluarga di perkotaan. Relaksasi hipnoterapi sebagai alternatif manajemen stres untuk menurunkan tekanan darah. Karya ilmiah ini memberikan gambaran keefektifan relaksasi hipnoterapi untuk menurunkan tekanan darah. Metode yang digunakan adalah asuhan keperawatan keluarga dan studi kasus dengan menerapkan intervensi hipnoterapi selama delapan sesi dalam periode 3 minggudengan tahap evaluasi. Intervensi relaksasi hipnoterapi dengan hipertensi dapat menurunkan tekanan darah 30 mmHg pada tekanan sistolik dan 20 mmHg pada tekanan Diastolik. Intervensi relaksasi hipnoterapi dapat direkomendasikan menjadi salah satu intervensi untuk manajemen stres dalam menurunkan tekanan darah yang dialami keluarga.

ABSTRACT
Lifestyle, less physical activity, high salt intake, and stress, cause hypertension problems in urban families. Hypnotherapy relaxation as an alternative stress management to lower blood pressure. This scientific work provides an overview of the effectiveness of hypnotherapy relaxation to lower blood pressure. The methods used were family nursing care and case studies by applying a hypnotherapy intervention for eight sessions in a period of 3 weeks with evaluation stage. Hypnotherapy relaxation interventions with hypertension can lower blood pressure 30 mmHg at systolic pressure and 20 mmHg at diastolic pressure. Hypnotherapy relaxation interventions can be recommended to be one of the interventions for stress management in lowering blood pressure experienced by the family."
2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Melisa Resmiati
"ABSTRAK
Hipertensi adalah komorbid utama namun sulit untuk dikelola pada pasien hemodialisis. Peran apoteker untuk meningkatkan hasil klinis pasien hemodialisis hipertensi perlu dievaluasi. Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi pengaruh konseling apoteker dalam menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada pasien hemodialisis hipertensi di unit hemodialisis Rumah Sakit Fatmawati Jakarta pada tahun 2018, dengan mengendalikan beberapa perancu. Penelitian ini menggunakan desain quasi- eksperimental dengan pretest-posttest. Sampel penelitian diambil dengan metode consecutive sampling untuk 30 pasien dalam kelompok intervensi dan 28 pasien dalam kelompok kontrol. Konseling apoteker hanya dilakukan pada kelompok intervensi. Parameter yang digunakan adalah predialisis, intradialisis, dan tekanan darah sistolik dan diastolik postdialisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam pretest dan posttest (p < 0,05) untuk tekanan darah sistolik dan diastolik predialisis pada kelompok konseling. Berdasarkan analisis multivariat dengan metode backward, konseling apoteker ditemukan menjadi faktor yang paling menentukan dalam mengurangi tekanan darah sistolik predialisis (p < 0,05) yang dikontrol oleh pendidikan dan frekuensi hemodialisis. Konseling apoteker juga secara signifikan mengurangi tekanan darah diastolik predialisis (p < 0,05) dikontrol oleh jenis kelamin, tekanan darah intradialisis sistolik (p < 0,05) dikontrol oleh frekuensi hemodialisis, dan tekanan darah diastolik intradialisis (p < 0,05) dikontrol oleh usia. Kesimpulan dari penelitian ini adalah konseling apoteker adalah faktor yapng paling menentukan dalam menurunkan tekanan darah pra- dan intradialisis pada pasien hemodialisis dengan hipertensi.

ABSTRACT
Hypertension is a major comorbid yet difficult to manage in hemodialysis patients. Pharmacist's role to improve the clinical outcome of hypertensive hemodialysis patients needs to be evaluated. The study objective was to evaluate the effect of pharmacist counseling in lowering systolic and diastolic blood pressure in hypertensive hemodialysis patients in hemodialysis unit of Fatmawati Hospital Jakarta in 2018, by controlling some confounders. The study used a quasi-experimental with pretest- posttest design. The research sample was taken by consecutive sampling method for 30 patients in the intervention group and 28 patients in the control group. Pharmacist counseling was carried out only in the intervention group. The parameter used were predialysis, intradialysis, and postdialysis systolic and diastolic blood pressure. The results showed that there were significant differences in pretest and posttest (p < 0.05) for predialysis systolic and diastolic blood pressure in the counseling group. In multivariate analysis with backward method, pharmacist counseling was found to be the most determinant factor in reducing predialysis systolic blood pressure (p < 0.05) controlled by education and hemodialysis frequency. It also significantly reduced predialysis diastolic blood pressure (p < 0.05) controlled by gender, intradialysis systolic blood pressure (p < 0.05) controlled by hemodialysis frequency, and intradialysis diastolic blood pressure (p < 0.05) controlled by age. The conclusion of the study is pharmacist counseling was the most determinant factor in lowering pre- and intradialysis blood pressure in the hypertensive hemodialysis patient.
"
2018
T52531
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Merry Lusi N.B.
"Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan penanganan yang baik. Daun Apium graviolens Linn. dan daun Sonchus Arvensis Linn. telah dikenal sebagai obat herbal antihipertensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui khasiat antihipertensi dari ekstrak campuran daun Apium graviolens Linn. dan daun Sonchus arvensis Linn.
Pada penelitian ini digunakan lima kelompok tikus putih jantan galur Sprague-Dawley yang masing-masing kelompok terdiri dari lima ekor tikus. Tikus pada kelompok uji dan kontrol hipertensi diinduksi hipertensi dengan menggunakan larutan NaCl 2% sebagai air minum selama 3 minggu.
Besar dosis yang digunakan untuk uji dosis I: ekstrak seledri 0,011 g/200g bb + ekstrak tempuyung 0,057 g/200g bb; uji dosis II: ekstrak seledri 0,023g/200g bb + ekstrak tempuyung 0,114 g/200g bb; dan uji dosis III: ekstrak seledri 0,034g/200g bb + ekstrak tempuyung 0,171 g/200g bb. Pengukuran tekanan darah dengan cara langsung pada minggu keempat setelah pemberian ekstrak uji menggunakan manometer air raksa.
Data dianalisa secara statistik menggunakan analisa homogenitas varians menurut Levene dan Kruskal-Walis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak campuran daun Apium graviolens Linn. dan daun Sonchus arvensis Linn dapat menurunkan tekanan darah tikus putih jantan yang dibuat hipertensi.

Hypertension is a global health problem which needs a good treatment. Apium graviolens Linn and Sonchus arvensis Linn. have been known as antihypertension herbal drugs. The aim of this research is to know antihypertensive effect of Apium graviolens Linn and Sonchus arvensis Linn mixed extract.
In this research, five groups of white male rats Sprague-Dawley strain were used, each groups contains 5 rats. The rats in the test groups and the hypertensive control induced to be hypertensive by giving 2% Sodium chloride solution as its drinking water for 3 weeks.
Dose were used in this research at group I: Apium graviolens Linn. 0,011 g/200b body weights and Sonchus arvensis Linn. 0,057 g/200g body weights; group II: Apium graviolens Linn. 0,023 g/200b body weights and Sonchus arvensis Linn. 0,114 g/200g body weights; and group III: Apium graviolens Linn. 0,034 g/200b body weights and Sonchus arvensis Linn. 0,171 g/200g body weights. The measurement of blood pressure was done directly by using Hydragyrum Manometer on fourth weeks after the test extract were given.
Data was analyzed statistically using analysis of variance by Levene and Kruskal-Walis methods. The result indicated that mixed extract of Apium graviolens Linn and Sonchus arvensis Linn decreased the mean arterial blood pressure of hypertensive white male rats.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32569
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, M. Yusuf
"The aim of this study was to investigate the effect of ant (hypertensive agents with different degrees of renal excretion lisinopril (L) eliminated in the kidney and fosinopril (F), only 50% of which is eliminated through the kidney on renal function in hypertension patients with mild to moderate renal failure.
Materials and methods: Patients were divided into two groups. The first group was given F 10 mg/day and the second group was given L 10 mg/day. Groups were divided randomly, and drugs were given for 6 weeks each night at 8.00p.m. The hypertension status of each subject was determined from systolic blood pressureJ140 mmHg or diastolic blood pressure -f 90 mg/dl. Subjects were both male and female, with an age range of 18- 65 years old.
Results: The results from the creatinine examination of the 10 mgF group was (3.06 ±0.97) mg/dl after drug use, which showed no decrease in renal function. The difference was insignificant (p=0.17). The 10 mgL group the creatinine level was (3.22 ±0.17), where as in the 10 mg L group the creatinine level was (3.22 ± 0.75) mg/dl before the use of the drug and (4.11 ± 2.14) mg/dl after the use of the drug respectively. There was no worsening of the renal function, which did not differ significantly (p=0.11). There was a significant difference (p < 0.05) in the creatinine level of the 10 mg F and 10 mg L groups. The serum creatinine level before and after treatment did show any significant changes at. 6 week. However, the serum creatinine profile over 6 week was more significant in the F group than in the L groups."
2002
AMIN-XXXIII-3-JulSept2001-94
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adina Zharifah
"Dalam dunia farmakologi, peningkatan kelarutan obat hidrofob seperti gliklazid sebagai antidibetes diperlukan untuk membantu proses penyerapan obat ke dalam tubuh. Peningkatan kelarutan gliklazid biasanya menggunakan surfaktan sintesis sehingga diperlukan biosurfaktan yang bersumber dari bahan alam agar lebih aman saat dikonsumsi. Pada penelitian ini, dilakukan studi saponin dari daun kumis kucing sebagai biosurfaktan untuk meningkatkan kelarutan dan bioavabilitas gliklazid. Studi solubilisasi dan uji disolusi gliklazid dengan surfaktan saponin daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus (Blume) Miq) yang berperan sebagai drug carrier berhasil dilakukan. Metode yang digunakan antara lain ekstraksi, solubilisasi misel dan disolusi secara in vitro. Fraksi air ekstrak daun kumis kucing digunakan dengan variasi konsentrasi dalam uji tegangan permukaan untuk mengetahui nilai CMC.
Spektrofotometer UV-Vis digunakan untuk melihat kandungan fraksi air yang didapatkan serta menganalisis setiap perubahan absorbansi yang terjadi terhadap jumlah gliklazid yang mampu dilarukan pada konsentrasi tertentu. Bentuk misel diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10/0,25 menunjukkan bahwa konsentrasi saponin daun kumis kucing sebagai surfaktan pada 2 kali CMC atau 1000 ppm merupakan kondisi terbaik untuk diaplikasikan dalam studi ini. Fouried Transform Infra Red (FTIR) digunakan untuk melihat gugus fungsi EDKK yang menunjukan adanya senyawa saponin serta perubahan ketika sudah dicampurkan dengan obat setelah proses solubilisasi selesai.
Uji disolusi digunakan untuk mengidentifikasi media pelepasan gliklazid oleh misel. Hasil uji disolusi menunjukkan misel stabil tidak pecah pada pH1,2 dan kondisi optimum gliklazid released pada pH 7,4 menandakan misel pecah secara bersamaan lepasnya obat.

In pharmacology, increasing solubility of hydrophobic drugs such as gliclazide as antidibetics is a challenging task to help the drug absorbed in the body. Surfactant synthesis becomes a choice for enhanced the solubilization of gliclazide so far, but it gives some drawbacks. In this research, we used surfactant saponin from cat whiskers leaves as biosurfactant to increase the solubility and bioavailability of gliclazide. Solubilization studies of gliclazide and the dissolution test with saponin surfactant cat whiskers (Orthosiphon aristatus (Blume) Miq) leaves, which acts as a drug carrier. Cat whiskers leaf extracts are used in water fraction with varying concentrations for surface tension test to determine the CMC.
UV-Vis spectrophotometer is used to view any changes in absorbance that occurs on the number of gliclazide which soluble at certain concentrations. Micelle shape was observed using a microscope with a magnification of 10 / 0.25 indicates that the concentration of saponin leaves cat whiskers as a surfactant at 2 times the CMC or 1000 ppm is the best condition to be applied in this study. Fouried Transform Infra Red (FTIR) was used to look the cat whiskers water fractions functional groups which showed the presence of saponins and changes when it is mixed with the drug after solubilization process is completed.
The dissolution test used to identify media for gliclazide able to be released by the micelle. In the result, in pH 1.2 micelle was stable and when dissolution study was found at pH 7.4 show the release effect and micelles alteration occurred was investigated.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67918
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>