Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3502 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Moch. Lukman Fatahullah Rais
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997
345 MOC t (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniati Abidin
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
S6243
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
S6218
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasballah M. Saad
Yogyakarta: Galang Press , 2003
371.782 HAS p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Andary Yusiana
"Tekanan kehidupan yang terjadi dalam kehidupan syarakat memberikan banyak permasalahan pada kalangan remaja. Untuk mendapatkan jalan keluar dari permasalahannya, cara yang termudah adalah melakukan pertukaran informasi atau berkomunikasi. Komunikasi terbuka dapat dilakukan dengan meningkatkan penilaian remaja terhadap dari sendiri. Pandangan seorang remaja terhadap dirinya ini baik pada remaja yang terlibat maupun yang tidak terlibat dalam perkelahian pelajar dapat dijadikan gambaran untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan dorpngan untuk berkelahi Sehingga dengan mengetahui faktor-faktor tersebut perkelahian pelajar dapat dihindari. Dalam memahami bagaimana seorang remaja mempersepsikan dirinya penelitian yang bersifat kualitatif ini menggunakan definisi konsep diri dari Adler clan Towne, terutama bagaimana seseorang melihat dirinya dalam tiga dimensi dari diri itu perceived self, desired self dan presenting self."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 1994
S4130
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Mustofa
"Penelitian tentang gejala perkelahian massal pelajar antar sekolah ini menempatkan gejala tersebut dalam konteks tingkah laku kolektif. Dengan demikian yang menjadi unit analisanya adalah kolektifa. Model analisa yang dipergunakan diilhami oleh teori tingkah laku kolektif dari Smelser. Berdasarkan teori tersebut gejala perkelahian massal pelajar dibagi menjadi faktor-faktor tradisi permusuhan, kemampuan mobilisasi, faktor pemicu, dan kesempatan.
Metodologi penelitian yang dipergunakan adalah studi kasus berganda dalam tradisi konstruksivisme. Kolektifa pelajar dibagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok pelajar yang terlibat tawuran dari sekolah yang mempunyai tradisi tawuran, kelompok pelajar yang tidak terlibat tawuran dari sekolah yang mempunyai tradisi tawuran, dan kelompok pelajar yang berasal dari sekolah yang tidak mempunyai tradisi tawuran.
Hasil penelitian menunjukkan adanya faktor mendasar yang membedakan kelompok pelajar yang terlibat tawuran dengan kelompok pelajar yang tidak terlibat tawuran. Perbedaan tersebut ditemukan dalam latar belakang status ekonomi yang berpengaruh pada perbedaan kelompok dalam membangun realitas sosial dalam kerumunan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
D229
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Mustofa
"This research examines mass fighting instances among high school students in Jakarta, which has been existing since 1970s up to now. Mass fighting instances were studied as collective behavior phenomena. Thus its unit of analysis are collectivities, i.e. groups of high school students who are involved in the incidence of mass
fighting. The analysis model developed in this research was derived from Smelser's as well as Tilly's theories on collective behavior. As a consequence the analysis of mass fighting has four components: i.e. conflict tradition, ability for mobilization, precipitated factors, and opportunity which should be found simultaneously in every incidence.
Research method used was a multiple-case study as based for the reconstruction of the reality of mass fighting. To conduct this method, high school student collectivities were divided into three categories, i.e. fighting group of high school with conflict tradition, non-fighting group of a high school with conflict tradition, and non-fighting
group of high school without conflict tradition. Each group were repsresented by 50 male students, who were selected incidentally.
Research results suggest that the differences found between fighting group with non-fighting group rooted in whether or not the components of mass fighting were existed. Such differences lead to the differences in their subjectivity in constructing reality. Since individual of students from different group (of this research) reveal
social-economics differences, as a consequence their life experience, opportunity, and expectation were also different. They will comprehend and react differently when they face similar situation problems existed in every incidence of mass fighting.
"
2000
MJSO-7-2000-7
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ronni Rombe
"Jakarta adalah kota besar dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Selain padat penduduk Jakarta juga berasal dari berbagai daerah dan suku dengan perkembangan yang tinggi. Perkembangan masyarakat ini juga menimbulkan berbagai masalah-masalah sosial yang sebelumnya tidak terpikirkan. Salah satu masalah sosial yang seringkali terjadi adalah masalah perkelahian antar pelajar. Dari statistik terlihat bahwa akibat dari perkelahian pelajar inipada tahun 1996 tercatat 73 orang luka ringan, 19 orang Iuka berat,dan 13 orang meninggal, belum lagi kerusakan-kerusakan fasilitas umum lainnya. Umumnya perkelahian yang dilakukan oleh para peiajar ini terjadi karena hal yang sepele, tetapi adanya nilai solidaritas yang tinggi yang ditampilkan melalui tingkah laku konform dalam kelompok kemudian memperkuat tingkah laku mereka. Yang jadi pertanyaan kemudian adalah apakah mereka ini terlibat perkelahian pelajar hanya untuk diterima oleh kelompoknya atau mereka berkelahi memang karena kemauan sendiri dan kebetulan sesuai dengan keinginan kelompok mereka.
Pada masa remaja ini memang ada dorongan yang kuat dari dalam diri remaja untuk dapat diterima oleh kelompok teman sebayanya. Tingkat kesetiakawanan mereka lebih tinggi pada teman sebaya daripada kepada lembaga (SMU/Sekolah). Hal ini mendorong mereka untuk konform dengan harapan dan tuntutan kelompok yang mereka terima. Keinginan untuk konform ini didasari juga oleh adanya norma yang berlaku didalam kelompok dan ketakutan akan sanksi yang akan diberikan kelompok bila individu melanggar norma tersebut.
Konformitas merupakan perubahan tingkah laku dari individu sehingga makin menyerupai tingkah laku kelompok. Konformitas mempunyai 2 bentuk yaitu Acceptance dan Compliance. Pada bentuk konformitas compliance individu bertingkah laku sesuai dengan tekanan kelompok, sementara secara pribadi ia tidak menyetujui tingkah laku lersebut, sedangkan pada bentuk konformitas acceptance, tingkah laku dan keyakinan individu sesuai dengan tekanan kelompok yang diterimanya.
Dalam kaitannya dengan harga diri, individu yang mudah terpengaruh, mudah terbawa arus, tidak memiliki keberanian menolak ajakan teman serta takut kehilangan kawan dikatakan memiliki harga diri yang rendah. Tingkat kesetiakawanan mereka yang tinggi lebih didasari adanya rasa takut dianggap tidak konform dengan tuntutan dan harapan kelompoknya.
Harga diri merupakan penilaian individu terhadap diri, yang kemudian diekspresikan dalam sikap terhadap dirinya tersebut. Harga diri juga dapat diartikan sebagai penilaian antara 2 kemampuan pengenalan diri, yaitu pengenalan seseorang akan kualitas dirinya yang sesungguhnya (actual self ) dan pandangan tentang bagaimana orang tersebut seharusnya (ideal self). Keseimbangan antara actual self dan ideal self ini menentukan bagaimana individu menilai dirinya.
Berdasarkan uraian diatas, maka dikatakan bahwa individu yang menampilkan konformitas compliance memiliki harga diri yang lebih rendah daripada individu yang menampilkan konformitas acceptance, karena mereka kurang berani menampilkan diri mereka yang sesungguhnya (actual self-nya rendah), kurang memiliki penghargaan yang baik terhadap diri dan mudah untuk mengikuti tekanan kelompok.
Didalam penelitian ini yang ingin dikaji adalah bagaimana hubungan antara bentuk konformitas yang ditampilkan remaja yang terlibat perkelahian pelajar dengan tingkat harga diri yang mereka. Pertanyaan yang ingin dijawab adalah apakah ada hubungan antara tingkat harga diri dengan bentuk konformitas siswa SMU dalam perkelahian pelajar?
Penelitian ini dilakukan di Jakarta terhadap 60 responden. Sampel penelitian ini adalah siswa SMU pelaku perkelahian pelajar, dengan rentang usia antara 15-I9 tahun, dan pernah terlibat dalam perkelahian pelajar dalam 6 bulan terakhir. Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur konformitas yang dikonstruk sendiri oleh peneliti dan Self Esteem Inventory dari Coopersmith.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara bentuk konformitas dengan tingkat harga diri yang dimiliki oleh individu, Walaupun demikian terlihat bahwa frekuensi tinggi pada subyek dengan bentuk konformitas acceptance juga dimiliki oleh subyek dengan tingkat harga diri tinggi dan frekuensi rendah terlihat pada subyek dengan tingkat harga diri rendah pula, sedangkan pada bentuk konformitas compliance tidak terlihat adanya perbedaan tersebut."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2283
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dodi Setyono
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1988
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
S6220
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>