Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 207210 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Supriyanto Widodo
"Penelitian di Kota Madya Surakarta, Jawa Tengah ini adalah penelitian sosiolinguistik yang metode pemerolehan datanya menggunakan metode penelitian kuantitatif dipadukan dengan metode penelitian kualitatif. Penelitian bahasa dengan ancangan sosiologi seperti yang dikemukakan oleh Joshua Fishman ini menerapkan analisis ranah. Penelitian ini hanya difokuskan pada ranah keluarga, ranah pekerjaan, dan ranah pendidikan. Untuk mengetahui adakah pergeseran atau pemertahanan bahasa digunakan analisis ranah keluarga karena benteng terakhir dari pemertahanan suatu bahasa ibu sering dirujuk dari pemilihan bahasa dalam ranah ini.
Korpus data terutama dikumpulkan dengan kuesioner survei. Di dalam kuesioner ini responden ditanya umur, jenis kelamin, pendidikan, dan jenis pekerjaannya. Didalam ranah keluarga, responden ditanya bahasa apa yang mereka gunakan ketika berbicara dengan orang tua, saudara, pembantu, dan tamu ketika berada di rumah dan bercakap-cakap tentang persoalan sehari-hari. Didalam ranah pekerjaan, responden ditanya bahasa apa yang mereka gunakan ketika berbicara dengan atasan, bawahan, dan teman sejawat/sekerja ketika bercakap-cakap tentang pekerjaan di kantor. Didalam ranah pendidikan, responden ditanya bahasa apa yang mereka gunakan ketika berbicara dengan guru dan teman sekolah/kuliah ketika bercakap-cakap tentang pelajaran sekolah/mata kuliah di sekolah/kampus. Teknik pengamatan digunakan juga dalam penelitian ini agar hasilnya benar-benar sahih.
Responden yang berhasil dijaring sebanyak 89 orang penutur jati bahasa Jawa yang semuanya mengaku sebagai orang Jawa dan masih fasih berbahasa Jawa (dwibahasawan bahasa Jawa-bahasa Indonesia). Dengan teknik pengamatan berhasil diamati sebanyak 56 peristiwa tutur.
Di dalam ranah keluarga, responden cenderung selalu/hampir selalu menggunakan bahasa Jawa, dengan siapa pun yang diajak bicara; dalam ranah pekerjaan, responden cenderung menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia sama seringnya; dan dalam ranah pendidikan responden cenderung lebih sering menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa Jawa.
Berdasarkan hasil analisis varian (anava, pada taraf signifikansi 0,05), di dalam ranah keluarga, ternyata perbedaan umur tidak berpengaruh secara signifikan dalam hal pemilihan bahasa, dengan siapa pun yang diajak bicara, kecuali ketika berbicara dengan tamu yang lebih tua. Implikasinya, ada pemertahanan bahasa Jawa di kalangan penutur jati bahasa Jawa di Kota Madya Surakarta. Dilihat dari segi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan, yang berpengaruh secara signifikan dalam hal pemilihan bahasa adalah tingkat pendidikan, itupun hanya di dalam ranah pekerjaan.
Dari penelitian ini berhasil pula diketahui sikap bahasa penutur Jati bahasa Jawa di Kota Madya Surakarta, sikap mereka sangat positif, baik terhadap bahasa Jawa maupun terhadap bahasa Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2001
T9951
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Supriyanto Widodo
"Penelitian ini mengambil lokasi penelitian di Kota Madya Surakarta, Jawa Tengah. Penelitian sosiolinguistik yang metode pemerolehan datanya terutama menggunakan metode penelitian kuantitatif dipadukan dengan metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif dimanfaatkan manakala metode kuantitatif kurang meyakinkan dengan harapan memperoleh hasil penelitian yang benar-benar sahih. Penelitian bahasa dengan ancangan sosiologi ini menerapkan analisis ranah. Penelitian hanya difokuskan pada ranah keluarga.
Responden yang berhasil dijaring sebanyak 89 orang terdiri dari laki-laki 46 orang dan perempuan 43 orang, berusia antara 10-69 tahun. Semua responden adalah dwibahasawan, yaitu menguasai bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Di dalam rumah, baik ketika berbicara dengan orang tua, paman/bibi, saudara: baik kakak maupun adik, pembantu rumah tangga, dan ketika menemui tamunya, sebagian besar resoponden menggunakan bahasa Jawa. Selama pembicaraan berlangsung, mereka pun ditanggapi dengan menggunakan bahasa Jawa.
Meskipun semua responden adalah dwibahasawan, selama berbincang-bincang menggunakan bahasa Jawa itu mereka hanya sedikit menyelingi dengan bahasa Indonesia. Selingan bahasa Indonesia banyak dilakukan oleh responden yang berusia muda. Semakin muda usianya semakin banyak selingan bahasa Indonesianya. Ini berarti bahwa di dalam masyarakat Kota Madya Surakarta sudah mulai terjadi pergeseran penggunaan bahasa.
Penggunaan bahasa Jawa yang masih dominan di dalam ranah keluarga ini disebabkan oleh hubungan antarpeserta tutur yang masih dekat. Kedekatan hubungan ini menyebabkan penggunaan bahasa Jawa dianggap lebih akrab. Di samping itu, penggunaan bahasa Jawa dianggap lebih sopan dibandingkan penggunaan bahasa Indonesia bila yang diajak berbicara adalah kerabat dekat atau orang yang perlu dihormati."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Supriyanto Widodo
"Penelitian ini mengambil lokasi penelitian di Kota Madya Surakarta, Jawa Tengah. Penelitian sosiolinguistik yang metode pemerolehan datanya terutama menggunakan metode penelitian kuantitatif dipadukan dengan metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif dimanfaatkan manakala metode kuantitatif kurang meyakinkan dengan harapan memperoleh hasil penelitian yang benar-benar sahih. Penelitian bahasa dengan ancangan sosiologi ini menerapkan analisis ranah. Penelitian hanya difokuskan pada ranah keluarga.
Responden yang berhasil dijaring sebanyak 89 orang terdiri dari laki-laki 46 orang dan perempuan 43 orang, berusia antara 10--69 tahun. Semua responden adalah dwibahasawan, yaitu menguasai bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Di dalam rumah, baik ketika berbicara dengan orang tua, paman/bibi, saudara: baik kakak maupun adik, pembantu rumah tangga, dan ketika menemui tamunya, sebagian besar resoponden menggunakan bahasa Jawa, Selama pembicaraan berlangsung, mereka pun ditanggapi dengan menggunakan bahasa Jawa. Meskipun semua responden adalah dwibahasawan, selama berbincang-bincang menggunakan bahasa Jawa itu mereka hanya sedikit menyelingi dengan bahasa Indonesia. Selingan bahasa Indonesia banyak dilakukan oleh responden yang berusia muda. Semakin muda usianya semakin banyak selingan bahasa Indonesianya. lni berarti bahwa di dalam masyarakat Kota Madya Surakarta sudah mulai terjadi pergeseran penggunaan bahasa.
Penggunaan bahasa Jawa yang masih dominan di dalam ranah keluarga ini disebabkan oleh hubungan antarpeserta tutor yang masih dekat. Kedekatan hubungan ini menyebabkan penggunaan bahasa Jawa dianggap lebih akrab. Di samping itu, penggunaan bahasa Jawa dianggap lebih sopan dibandingkan penggunaan bahasa Indonesia bila yang diajak berbicara adalah kerabat dekat atau orang yang perlu dihormati."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Khaeruddin Nawir
Jakarta: Universitas Indonesia, 2006
T36235
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Marcella A.
"Skripsi ini membahas bagaimana pelaksanaan pengisian jabatan camat dan lurah secara terbuka di DKI Jakarta dalam rangka reformasi birokrasi dalam bidang penataan sistem manajemen SDM aparatur. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui studi lapangan dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengisian jabatan camat dan lurah secara terbuka di DKI Jakarta berjalan dengan baik. Disisi lain, masih terjadi banyak masalah dalam setiap tahapan pelaksanaannya karena ini merupakan pertama kali diadakan di DKI Jakarta.

This thesis discusses how the implementation of open bidding subdistrict and urban village heads in DKI Jakarta in order to reform the bureaucracy instructuring the field of human resources management systems. Research has done in qualitative approach with field research and library research. The results showed that open bidding of subdistrict and urban village heads in DKI Jakarta has been going on well. However, many problems still occured in each phase of implementation because this was the first time was held in DKI Jakarta."
2014
S53474
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Yuda Istiqa
"Berlakunya Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa menuntut Desa untuk lebih mandiri dalam mengelola Pemerintahan dan berbagai sumber daya yang dimiliki, termasuk Pengelolaan Keuangan Desa. Dalam rangka memperkuat kedudukan desa sebagai subjek pembangunan dan meningkatkan status desa, Pemerintah melakukan retribusi ekonomi melalui kucuran dana desa yang berjumlah fantastis. Kepala Desa mempunyai kewenangan yang luas sebagai penguasa pengelola keuangan desa, sehingga sangat rentan terjadinya penyimpangan terhadap penggunaan keuangan Desa. Oleh karena itu, Peneitian ini bertujuan untuk menganalisa pertanggungjawaban kepala desa dalam mengelola keuangan desa khusunya dana desa dan melihat peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengawasi penggunaan Dana Desa oleh Pemerintah Desa.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa banyaknya laporan yang wajib disampaikan oleh kepala desa dan kurangnya pemahaman kepala desa dalam menyusun laporan pertanggungajwaban. Selain itu, peraturan pengelolaan keuangan desa masih terlalu banyak, rumit, tumpang tindih dan sering mengalami perubahan yang tidak diiringi dengan sosialisasi yang memadai. Sehingga, mengakibatkan meningkatnya kasus penyalahgunaan keuangan di tingkat Desa. Adapun peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengawasi penggunaa Dana Desa di Desa Lancang Kuning belum berjalan dengan efektif dikarenakan kurangnya pembinaan dan pelatihan dari Pemerintah, tidak efektifnya jam kerja BPD, dan tidak terjalinnya komunikasi yang baik antara Pemerintah Desa, BPD dan masyarakat Desa. Metode dalam penelitian ini adalah yuridis normative yang mengkaji rumusan masalah dari sudut padang peraturan perundang-undangan.

The enactment of Law Number 6 of 2014 concerning Villages requires villages to be more independent in managing the Government and various resources owned, including Village Financial Management. In order to strengthen the position of the village as the subject of development and improve the status of the village, the Government made an economic levy through the fantastic disbursement of village funds. The village head has broad authority as the manager of village financial management, making it very vulnerable to deviations from the use of village finances. Therefore, this Research aims to analyze the accountability of village heads in managing village finances especially village funds and see the role of the Village Consultative Body in overseeing the use of Village Funds by the Village Government.
The results of this study indicate that the number of reports that must be submitted by the village head and the lack of understanding of the village head in preparing accountability reports. In addition, village financial management regulations are still too numerous, complicated, overlapping and often undergo changes that are not accompanied by adequate socialization. Thus, resulting in increased cases of financial abuse at the village level. The role of the Village Consultative Body in overseeing the use of Village Funds in Lancang Kuning Village has not been effective because of the lack of guidance and training from the Government, ineffective BPD working hours, and no good communication between the Village Government, BPD and the village community. The method in this study is normative juridical which examines the formulation of the problem from the point of view of the legislation.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
T55122
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>