Ditemukan 11334 dokumen yang sesuai dengan query
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2003
320.959 KOR
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Rostineu
"Studi ini menganalisis peran organisasi perempuan Kristen yang dikenal sebagai Korea- YWCA (Young Women Christian Association), dalam demokratisasi bagi kaum buruh perempuan di kawasan industri kota Seoul, Republik Korea, tahun 1961 hingga 1987. Korea-YWCA adalah organisasi perempuan Kristen pertama yang dibentuk di Korea tahun 1922 pada masa kolonial Jepang (1910-1945). Melalui peristiwa demo buruh perempuan yang terjadi di kota Seoul tahun 1975, penelitian ini menganalisis peran organisasi Korea-YWCA dalam menghidupkan kembali semangat demokrasi dan sumbangsihnya dalam meruntuhkan kediktatoran pemerintah. Dengan menerapkan pendekatan strukturis dari Lloyd dan sumber arsip dari Republik Korea, penelitian ini menekankan dinamika peran Korea-YWCA dalam penegakan demokrasi yang terjadi sepanjang rentan waktu yang ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa secara konseptual, gagasan penegakan demokrasi oleh Korea-YWCA di periode 1961 hingga 1979 berakar dari reformasi politik nasional Korea di akhir abad ke-19 yang berhasil mencetak perempuan modern Korea, yang disebut sinyeoseong.Gerakan kemerdekaan rakyat Korea yang disebut Samil Undong, yang meletus di masa kolonisasi Jepang (1910-1945), menjadi titik tolak Korea-YWCA sebagai organisasi berbasis ajaran Kristen yang bersifat politis sehingga peran Korea-YWCA dalam demokratisasi pun sudah terlihat sejak dibentuk di tahun 1922. Peran Korea- YWCA dalam demokratisasi di tahun 1961 hingga 1987 berhasil mempresentasikan peran agency bernama Park Esterd dalam bentuk perluasan sektor kerja bagi kaum buruh perempuan Korea. Adapun peran Korea YWCA dalam demokratisasi pada periode ini bersumber dari gagasan Park Esterd yang diakui telah menghadirkanminjujueui room (ruang demokrasi) yang sangat menekankan kebebasan. Gagasan demokratis dari Park Esterd menjadi fondasi dalam transformasi pada kaum perempuan Korea yang dapat dijelaskan alasannya sebagai berikut. Bahwa, ajaran agama Kristen bagi masyarakat Korea tidak hanya dipandang sebagai agama baru, tetapi juga sebagai ideologi yang dipupuk dalam wadah organisasi sehingga melahirkan perempuan modern. Selain itu, terkait dengan demokratisasi, di bawah kepemimpinan Park Esterd, peran Korea-YWCA dapat sekaligus mengungkap semangat Puritanisme Amerika yang membentuk karakter kaum Kristen Korea yang menekankan nilai-nilai toleransi, tekun, dan rajin sehingga mengantarkan Republik Korea menjadi negara yang maju.
This study analyzes the role of the Christian women's organization known as Korea- YWCA (Young Women Christian Association) in the democratization for women workers in the industrial area of Seoul, Republic of Korea from 1961 to 1987. Korea- YWCA is the first Christian women's organization to be formed in Korea since 1922 during the Japanese colonial period (1910-1945). Through the events of the women's labor demonstrations that took place Seoul in 1975, this study analyzes the role of the Korea-YWCA organization in reviving the spirit of the democratization and its contribution to overthrowing the government dictatorship. Applying a structurist approach from Lloyd's and archival sources from the Republic of Korea, this study emphasizes the dynamics of the Korea-YWCA influence in social change that occurs over a defined period of time. The results showed that conceptually the idea of upholding democracy by the Korea-YWCA in the period 1961 to 1979 was rooted in the Korean national political reforms in the late 19th century which succeeded in producing modern Korean women called sinyeoseong. The Korean people's independence movement called Samil Undong which occured during the Japanese colonization (1910- 1945) became the starting point for Korea-YWCA as a political organization based on Christian teachings so that the roke of Korea-YWCA in democratization has been seen since its formation in 1922. The role of Korea-YWCA in democratization from 1961 to 1987 succeeded in presenting the role of an agency named Park Esterd in the form of expanding the employment sector for Koren women workers. The Korea YWCA’s role in democratization in the period stemmed from the idea of Park Esterd who has acknowledged to have presented the minjujuei room (democracy room) which strongly emphasized freedom. Park Estherd’s democratic ideas became the foundation for the transformation of Korean women, which can be explained as follows. Whereas, the teachings of Christianity for the Korean people are not seen as a new religion, but also as an ideology that is fostered in organization so as to give birth to modern women. In addition, with regard to democratization, under the leadership of Park Esterd, the role of Korea-YWCA can simultaneously reveal the spirit of American Puritanism that shapes the character of Korea Christians who emphasize the values of tolerance, perseverance, and diligence so as to lead the Republic of Korea to become a developed country."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership Universitas Indonesia Library
Haura Shafa Dewantari
"
ABSTRAKSistem patriarki di Korea Selatan masih melekat hingga abad ke-21 dan hal tersebut merupakan penyebab dari munculnya kasus diskriminasi terhadap perempuan dalam kehidupan keluarga, khususnya antara hubungan suami dan istri. Diskriminasi tersebut dapat dicontohkan dengan adanya sikap ketidakpedulian atas peran istri dan kekerasan seksual dalam rumah tangga. Perempuan yang dipaksa untuk bungkam akhirnya melakukan perlawanan terhadap sistem patriarki yang diwakili oleh organisasi perempuan dan juga pemerintah. Kejadian tersebut tergambar melalui cerita pendek Domabaem karya Kim Young Ha yang dipublikasikan pada tahun 1997. Melalui pendekatan sosiologi sastra dan metode penelitian kepustakaan, penelitian ini membahas mengenai pemikiran perempuan Korea Selatan terhadap hubungan keluarga khususnya pada perilaku suami terhadap istri dalam cerita pendek Domabaem. Adapun tujuan penulisan jurnal ini adalah untuk membahas pemikiran perempuan terhadap keluarga terkait dengan hubungan suami dan istri.
ABSTRACTThe patriarchal system in South Korea manages to adhere tightly to the society until the 21st Century. It is caused by the gender discrimination toward women in families, particularly between husband and wife. The issue of gender discrimination usually revolves around ignorant behavior and domestic violence. Women who were forced to be passive have finally started to stand up against the patriarchal system through organizations and the government. This phenomenon was depicted through Domabaem, a South Korean literature written by Kim Young Ha, which was published in 1997. With the sociology of literature approach and literary survey method, the writer would like to do a research regarding South Korean women rsquo s thoughts in familial relationship, specifically the relationship between husband and wife through the South Korean literature, Domabaem. As for the purpose of this writing is to examine women rsquo s thoughts concerning families with regard to the husband wife relationship."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Amelia Isti Farhan
"Pada masa pemerintahan Presiden Rhee Syngman (1948-1960), badan militer terbuka lebar bagi kaum perempuan untuk menghadapi Perang Korea (1950-1953). Namun, memasuki masa pemerintahan militer Park Chung-hee (1962-1979), badan militer justru ditutup erat dari peran perempuan. Penelitian ini menganalisis peran seorang tentara perempuan Angkatan Udara Korea Selatan, Letnan Kim Kyung Oh, dalam melakukan negosiasi dengan pemerintah untuk membuka kembali akademi militer bagi perempuan setelah berhenti beroperasi pada masa pasca-Perang Korea. Dengan menggunakan metodologi strukturisme Lloyd, penyusunan historiografi perempuan ini berfokus pada peran Letnan Kim Kyung Oh dalam menghadirkan kembali peran perempuan dalam badan militer Angkatan Udara Korea Selatan, dengan memfokuskan pada sumber sejarah lisan dan catatan otobiografi. Penelitian ini menunjukkan bahwa peran Letnan Kim Kyung Oh dalam menghidupkan kembali peran perempuan di badan militer Angkatan Udara pada tahun 1963 hingga 1990-an memberi konsekuensi ekspansi peran perempuan yang signifikan dalam peningkatan kesetaraan sosial sebagai bentuk upaya demokratisasi Presiden Kim Young-sam (1993-1997) dengan sistem pemerintahan sipilnya. Kontribusi Letnan Kim berhasil melahirkan pilot-pilot perempuan Korea Selatan yang mencetak prestasi dalam membangun dunia penerbangan dan militer Republik Korea.
During the reign of President Rhee Syngman (1948-1960), military bodies were wide open for women to face the Korean War (1950-1953). However, entering the military administration of Park Chung-hee (1962-1979), the military body was strictly closed from the role of women. This research analyzes the role of one of Korean War female soldier of the South Korean Air Force, Lieutenant Kim Kyung Oh, in negotiating with the government to reopen the air force military academy for women after it stopped operating in the post-Korean War era. Using Lloyd's structurism methodology, this women's historiography focuses on Lieutenant Kim Kyung Oh's role in representing the role of women in the military agency of the South Korean Air Force, by focusing on oral historical sources and autobiographical records. This research shows that the role of Lieutenant Kim Kyung Oh in reviving the role of women in the air foce military in 1963 to 1990s resulted in a significant expansion of the role of women in increasing social equality as a form of democratization efforts by President Kim Young-sam (1993-1997) with its civil government system. Lieutenant Kim's contribution succeeded in giving birth to South Korean female pilots who made achievements in building the aviation and military of the Republic of Korea."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Jung, Kyungja
New York: Routledge, 2014
305.420 951 JUN p
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Irene atalia Basana
"Perang Sipil Lebanon berlangsung selama 15 tahun karena konflik agama dan kesenjangan sosial. Keadaan perang memunculkan gerakan-gerakan sosial untuk melawan masalah ini, termasuk ketimpangan terhadap perempuan. Sebagai respon terhadap perang sipil, sastra Lebanon pascaperang banyak menggunakan tema ingatan sesorang sebagai cerminan keadaan perang. Charif Majdalani menggunakan tema ini dalam Villa des femmes (2015) untuk menceritakan kehidupan perempuan keluarga Hayek yang harus mempertahankan rumah dan kesejahteraan mereka setelah kematian kepala keluarganya. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana tokoh perempuan berperan dalam mengukuhkan wacana patriarki. Analisis dalam artikel menggunakan kajian naratif Barthes (1975) dan didukung oleh konsep fokalisasi Genette (1988), serta konsep Beauvoir (1949) tentang perempuan sebagai liyan dan respon subjektivitas perempuan. Temuan artikel ini menunjukkan bahwa tokoh perempuan ikut serta dalam mengukuhkan budaya patriarki karena telah menerima diposisikan sebagai liyan. Penerimaan ini ditunjukkan perempuan melalui peran gender dalam keluarga sehingga membatasi perempuan. Hal ini melestarikan wacana dalam budaya patriarki bahwa satu-satunya cara perempuan dapat terus menjalani kehidupan yang nyaman adalah melalui bantuan laki-laki.
The Lebanese Civil War lasted 15 years due to conflicts over religion and social inequality. The war brings up social movements that fight over the layers of this problem, including inequality against women. In response, post-war Lebanese literature highlight the theme of people’s memories as reflection of the war. Charif Majdalani uses this theme in Villa des femmes (2015) to narrate the life of women the Hayek family who are left to defend their home and their well-being after the death of their patriarch. This article aims to analyze how the female characters take part in preserving the patriarchal discourse. The analysis in the article uses Barthes's (1966) narrative study with the support of Genette's (1988) concept of focalization, as well Beauvoir’s (1949) concept of female Otherness and female subjectivity as a response. Finding show that female characters take part in the prolonging of patriarchal culture due to the acceptance of their Otherness. This acceptance is shown by women through the construction of gender roles in the family that limits women.This preserves the notion in patriarchal culture that the only way women can continue living a comfortable life is through the help of men."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
New York: Unicef, 2002
323.4 HUM
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Carter, April
London: Longman, 1993
305.420 CAR p
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Tomasevski, Katarina
London: Zed Books, 1993
305.42 TOM w
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library