Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9310 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Fitriana
"Latar Belakang: Persalinan preterm adalah persalinan sebelum usia kehamilan 37 minggu lengkap. Persalinan preterm ini masih menjadi masalah di seluruh dunia. Pada laporan World Health Organization WHO , Indonesia menduduki peringkat kelima negara dengan persalinan preterm terbanyak yakni 675.700 persalinan pada tahun 2010. Berbagai faktor dihubungkan dengan penyebab terjadinya persalinan preterm, termasuk salah satunya adalah gangguan nutrisi selama kehamilan, terutama seng, selenium, besi dan tembaga.
Tujuan: Penelitian ini membandingkan kadar seng, selenium, besi dan tembaga pada serum maternal ibu hamil normal dan preterm.
Metode: Penelitian dilakukan dengan uji potong-lintang dengan subjek penelitian ibu hamil baik preterm maupun aterm yang akan melaksanakan persalinan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan RS Budi Kemuliaan Jakarta pada Januari hingga April 2017. Penelitian dilakukan dengan membandingkan kadar masing-masing mikronutrien pada kedua kelompok subjek.
Hasil: Dalam jangka waktu Januari hingga April 2017 didapatkan 53 subjek penelitian yakni 30 ibu hamil normal dan 23 ibu dengan kehamilan preterm. Seluruh subjek dimasukkan dalam analisis data. Kadar seng, selenium, besi dan tembaga pada ibu dengan kehamilan preterm secara berurutan adalah 42 g/dL, 72,39 g/L, 74 g/L, dan 2144,52 g/dL. Sedangkan kadar seng, selenium, besi dan tembaga pada ibu hamil normal secara berurutan adalah 42 g/dL, 67,27 g/L, 70,5 g/L, dan 2221 g/dL. Tidak ada perbedaan bermakna kadar mikronutrien pada kedua kelompok subjek.
Kesimpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kadar seng, selenium, besi dan tembaga pada ibu hamil normal dan ibu dengan kehamilan preterm.

Background: Preterm labor is delivery before 37 weeks of gestation. This preterm labor is still a worldwide burden. According to World Health Organization WHO report in 2010, Indonesia was ranked the fifth among other countries, with 675.700 preterm deliveries. Various factors were associated with the cause of preterm labour, including nutritional disorder in pregnancy, such as zinc, selenium, iron and copper.
Objective: The aim of this study is to compare zinc, selenium, iron and copper levels in maternal serum of normal and preterm pregnancy.
Methods: It is a cross sectional study with preterm and normal pregnant woman who will carry delivery in Dr. Ciptomangunkusumo National Hospital and Budi Kemuliaan Jakarta Hospital from January to April 2017. This study was conducted by comparing the levels of each micronutient in both groups of subjects.
Result: From January until April 2017, there were 53 subjects divided into 30 normal pregnant women and 23 preterm pregnant women. The levels of zinc, selenium iron and copper in preterm pregnancy were 42 g dL, 72,39 g L, 74 g L, and 2144,52 g dL. Levels of zinc, selenium, iron and copper ini normal pregnant women were 42 g dL, 67,27 g L, 70,5 g L, and 2221 g dL. There was no difference in micronutrients level in both groups.
Conclusion: This study concluded that there was no difference in zinc, selenium, iron and copper levels in normal and preterm pregnancy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Deviriyanti Agung
"Latar Belakang: Preeklamsia merupakan masalah penting yang dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal. Preeklamsia berhubungan dengan stres oksidatif pada sirkulasi maternal. Preeklampsia merupakan hasil dari ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dengan antioksidan sehingga terjadi reaksi inflamasi berlebihan pada kehamilan yang berakibat disfungsi endotel. Antioksidan dan inflamasi dalam tubuh ditentukan oleh status gizi ibu dan bayi yang dapat dinilai dari kadar serum ibu seperti zink, selenium, besi dan tembaga.
Tujuan: Diketahuinya perbedaan kadar zink, selenium, besi dan tembaga dalam serum maternal dan tali pusat pada preeklamsia.
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan jumlah sampel 35 yang melakukan persalinan di RS Cipto Mangunkusumo. Setelah itu data disajikan dalam tabel dan dianalisis dengan uji T berpasangan dan uji Wilcoxon. Penelitian ini sudah lolos kaji etik dan mendapat persetujuan pelaksanaan dari Komite Etik Penelitian Kesehatan FKUI-RSCM.
Hasil: Kadar rerata zink pada serum maternal dan tali pusat adalah 43,17 11,07 g/dl dan 86,66 25,54 g/dl dengan selisih rerata -43,49 27,83, nilai p

Background: Preeclampsia is a significant health problem and is the leading cause of maternal and perinatal mortality and morbidity. Preeclampsia is associated with oxidative stress in the maternal circulation. Preeclampsia was a manifestation of the free radical and antioxidant imbalance resulting inflammation and endothelial dysfunction. Antioxidant dan inflammation was determined by nutrition status that measured in maternal and fetal serum such zinc, selenium, iron and copper.
Objective: Investigate the mean difference of zinc, selenium, iron and copper in maternal serum and fetal umbilical cord in pregnancy with preeclampsia.
Methods: This was a cross sectional study enrolled 35 preeclampsia patients pregnancy visiting Cipto Mangunkusumo Hospital. Data was presented in table and was analyzed by paired T test and Wilcoxon test. This study had been granted ethical clearence and approved by Ethical Committee for Health Research Faculty of Medicine University of Indonesia Cipto Mangunkusumo Hospital.
Result: The zinc maternal level and fetal umbilical cord were 43,17 11,07 g dl and 86,66 25,54 g dl, p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arinda Lironika Suryana
"Kadar Zinc dan Cuprum pada Penderita Hipertensi Primer dan Normotensi. Salah satu pencetus hipertensi primer yaitu paparan radikal bebas. Pembentukan radikal bebas dalam tubuh dapat dicegah dengan antioksidan. Peran zinc dan cuprum adalah sebagai kofaktor dari enzim antioksidan endogen superoksida dismutase (SOD). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kadar serum zinc dan cuprum pada kelompok hipertensi primer dan normotensif. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional dan metode simple random sampling. Subjek adalah orang yang berusia 40-70 tahun, mengunjungi Rumah Sakit Haji Surabaya, dan terdiri dari 15 responden hipertensi primer dan 15 responden normotensif (kelompok pembanding). Data dikumpulkan melalui wawancara dan uji laboratorium klinis sampel darah. Konsentrasi serum zinc dan cuprum diukur dengan metode AAS (Spektrofotometer Serapan Atom). Data dianalisis dengan chi-square dan independent T-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat rata-rata serum zinc dan cuprum responden pada kelompok hipertensi primer lebih rendah daripada kelompok normotensif. Namun, secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan (p=0,852) kadar serum zinc antara kelompok hipertensi primer dan kelompok normotensi, tapi ada perbedaan yang signifikan pada kadar serum cuprum (p=0,022). Kesimpulannya adalah ada yang berbeda dari kadar serum cuprum antara dua kelompok sedangkan untuk kadar serum zinc tidak berbeda.;One of the causes of primary hypertension is an exposure to free radicals. The formation of free radicals in the body can be prevented by taking antioxidants. Zinc and copper are cofactors of endogenous antioxidant enzyme superoxide dismutase. This study aimed to analyze the differences of zinc and copper levels in primary hypertensive and normotensive patients. This was an analytical observational study with cross sectional design and simple random sampling method. Subjects were patients aged 40-70 years at Haji General Hospital consisting of 15 primary hypertensive patients and 15 normotensive individuals (comparison group). Data was collected through interviews and laboratory test of blood samples. Zinc and Copper serum concentrations were measured by AAS. Data were analyzed by chi-square and independent samples t-test. The results showed that the mean levels of zinc and copper in primary hypertensive patients was lower than normotensive. However, statistically there was no difference in zinc serum levels (p=0.852) in the two groups, and there was a significant difference in copper serum levels (p=0.032). It can be concluded that there were differences in copper serum levels between the two groups but not with the levels of zinc.

One of the causes of primary hypertension is an exposure to free radicals. The formation of free radicals in the body can be prevented by taking antioxidants. Zinc and copper are cofactors of endogenous antioxidant enzyme superoxide dismutase. This study aimed to analyze the differences of zinc and copper levels in primary hypertensive and normotensive patients. This was an analytical observational study with cross sectional design and simple random sampling method. Subjects were patients aged 40-70 years at Haji General Hospital consisting of 15 primary hypertensive patients and 15 normotensive individuals (comparison group). Data was collected through interviews and laboratory test of blood samples. Zinc and Copper serum concentrations were measured by AAS. Data were analyzed by chi-square and independent samples t-test. The results showed that the mean levels of zinc and copper in primary hypertensive patients was lower than normotensive. However, statistically there was no difference in zinc serum levels (p=0.852) in the two groups, and there was a significant difference in copper serum levels (p=0.032). It can be concluded that there were differences in copper serum levels between the two groups but not with the levels of zinc."
Faculty of Public Health UNAIR;Airlangga University. Faculty of Public Health, 2015
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Utama Surya
"LATAR BELAKANG : Gangguan implantasi pada awal kehamilan menyebabkanIskemia plasenta dan dapat berakibat preeklamsia pada kemudian hari. Pada tahapselanjutnya iskemia plasenta menghasilkan radikal bebas dan berakibat stres oksidatif.Preeklamsia merupakan hasil dari ketidakseimbangan antara produksi radikal bebasdengan antioksidan sehingga terjadi reaksi inflamasi berlebihan pada kehamilan yangberakibat disfungsi endotel. Antioksidan dan inflamasi dalam tubuh ditentukan oleh statusgizi seseorang yang dinilai dari kadar serum ibu seperti seng, selenium, besi dan tembaga.Oleh karena itu perlu penelitian untuk menilai status gizi mikro dengan preeklamsia.
TUJUAN : Diketahuinya perbedaan kadar seng, selenium, besi tembaga, danrasio tembaga seng serum maternal pada preeklamsia dibandingkan kehamilan normal.
METODE : Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan jumlah sampel30 preeklampia dan 30 normal yang melakukan persalinan di RS Cipto Mangunkusumodan RSUD Tangerang. Pasien diambil darah untuk kemudian diproses menjadi serum danlalu diukur kadarnya. Setelah itu data disajikan dalam tabel dan dianalisis dengan uji ttidakberpasangan. Penelitian ini sudah lolos kaji etik dan mendapat persetujuanpelaksanaan dari Komite Etik Penelitian Kesehatan FKUI-RSCM.
HASIL : Kadar serum seng pada preeklamsia dan normal adalah 45,03?10,84dan 41,37?10,59 ?g/dl dengan p=0,868, IK 95 3,66 -1,87-9,21 . Kadar seleniumadalah 84,93?13,67 dan 65,03?15,28 ?g/l dengan p=0,445, IK 95 19,9 12,4-27,39 .Kadar besi 115,77?49,14 dan 75,63?43,79 ?g/dl dengan p=0,409, IK 95 40,13 16,0964,17 .Kadar tembaga 219,85?45,92 dan 207,98?47,66 ?g/dl dengan p=0,73 IK 95 118,63 -123,25-360,52 dan rasio tembaga seng 5,15?1,54 dan 4,96?1,62 dengan p=0,803 1,9 IK 95 -6,25-10,06.
KESIMPULAN : Terdapat perbedaan rerata kadar selenium dan besi pada preeklamsiadengan kehamilan normal namun tidak berbeda bermakna secara statistik. Tidak terdapatperbedaan rerata kadar seng, tembaga dan rasio tembaga seng pada preeklamsia dengankehamilan normal.

BACKGROUND: Poor implantation in early pregnancy lead to placental ischemia wasthe pathogenesis of preeclampsia. On further stage, placenta ischemia generated oxidativestress. Preeclampsia was a manifestation of the free radical and antioxidant imbalanceresulting inflammation and endothelial dysfunction. Antioxidant dan inflammation wasdetermined by nutrition status that measured in maternal serum such zinc, selenium, ironand copper. Therefore, measuring micronutritional status in preeclampsia was needed.
OBJECTIVE: Investigate the mean difference of zinc, selenium, iron, copper, andcopper zinc ratio of maternal serum in preeclampsia comparing healthy pregnancy.
METHOD: This was a cross sectional study enrolled 30 preeclampsia patientsand 30 healthy pregnancy visiting Cipto Mangunkusumo and Tangerang Hospital. Bloodwas withdrawed from vein for further processed. Data was presented in table and wasanalyzed by unpaired t test. This study had been granted ethical clearence and approvedby Ethical Committee for Health Research Faculty of Medicine University of IndonesiaCipto Mangunkusumo Hospital.
RESULTS: The zinc maternal serum level in preeclampsia and healthypregnancy were 45.03 10.84 and 41.37 10.59 g dl, p 0.868, 95 CI 3.66 1.87 9.21 respectively. Selenium level were 84.93 13.67 and 65.03 15.28 g l, p 0.445, 95 CI19.9 12.4 27.39 . Iron level were 115.77 49.14 and 75.63 43.79 g dl, p 0.409, 95 CI40.13 16.09 64.17 . Copper level were 219.85 45.92 dan 207.98 47.66 g dl, p 0.7395 CI 118.63 123.25 360.52 and copper to zinc ratio were 5.15 1.54 and 4.96 1.62dengan p 0.803, 1.9 95 CI 6.25 10.06.
CONCLUSION: Selenium and iron level in preeclampsia and healthy pregnancy weresignificantly difference. However, it was not significance statistically. Zinc, copper andcopper to zinc ratio were not significantly different.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indina Sastrini Sekarnesia
"Latar belakang: Melasma merupakan kelainan hiperpigmentasi didapat yang
disebabkan disfungsi melanogenesis, berupa makula coklat kehitaman simetris,
terutama mengenai area wajah. Patogenesis melasma belum diketahui dengan jelas,
beberapa faktor yang diduga berperan, di antaranya disfungsi tiroid dan defisiensi seng.
Tujuan: Mengetahui kadar seng serum pada pasien melasma dan nonmelasma dengan
dan tanpa disfungsi tiroid.
Metode: Sebuah penelitian dengan desain potong lintang dilakukan di Jakarta pada
September-Desember 2019. Terdapat 60 pasien melasma dan 60 pasien nonmelasma.
Kedua kelompok dilakukan matching usia dan jenis kelamin. Atomic absorption
spectrophotometry digunakan untuk mengukur kadar seng serum. Laboratorium darah
untuk memeriksa fungsi tiroid (TSH dan FT4). Analisis statistik menggunakan software
SPSS.
Hasil: Rerata kadar seng serum pada kelompok melasma 10,25±1,89 μmol/L dan
nonmelasma adalah 10,29±1,46 μmol/L (p <0,901). Rerata kadar seng serum pada
pasien melasma dengan disfungsi tiroid 8,77±0,69, melasma tanpa disfungsi tiroid
10,33±1,89, nonmelasma dengan disfungsi tiroid 10,48±2,4, dan nonmelasma tanpa
disfungsi tiroid 10,27±1,4 (p <0,184).
Kesimpulan: Tidak didapatkan perbedaan bermakna antara kadar seng serum pada
kelompok melasma dan nonmelasma dengan dan tanpa disfungsi tiroid.

Background: Melasma is an acquired hyperpigmentation disorder, clinically as
asymmetrical blackish brown macules, especially on the facial area. Several factors are
thought to play a role, including thyroid dysfunction and zinc deficiency.
Objective: To determine serum zinc levels in melasma and non-melasma patients with
and without thyroid dysfunction.
Methods: A cross-sectional study was conducted in Jakarta in September-December
2019. There were 60 melasma patients and 60 non-melasma patients. The two groups
were matched for age and sex. Atomic absorption spectrophotometry was used to
measure serum zinc levels. Blood laboratory was used to check thyroid function (TSH
and FT4). Statistical analysis was done by SPSS software.
Results: The mean serum zinc level in the melasma group was 10.25 ± 1.89 μmol / L
and non-melasma was 10.29 ± 1.46 μmol / L (p <0.901). The mean serum zinc level in
melasma patients with thyroid dysfunction was 8.77 ± 0.69, melasma without thyroid
dysfunction 10.33 ± 1.89, non-melasma with thyroid dysfunction 10.48 ± 2.4, and nonmelasma
without thyroid dysfunction 10.27 ± 1.4 (p <0.184).
Conclusions: There was no significant difference between serum zinc levels in the
melasma and non-melasma groups with and without thyroid dysfunction.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Erdiyan Astato
"Latar Belakang : Wabah pneumonia akibat Corona Disesase 2019 (COVID-19) masih menjadi perhatian nasional maupun global. Wanita hamil termasuk dalam kelompok risiko tinggi/rentan terhadap infeksi COVID-19. Adanya badai sitokin akibat infeksi COVID-19 menyebabkan gejala klinis yang semakin berat. Zinc sebagai salah satu mikronutrien penting yang berpengaruh dalam regulasi produksi sitokin oleh sistem imun tubuh. Kondisi defisiensi zinc pada wanita hamil yang terinfeksi COVID-19 dapat menyebabkan disregulasi dari sistem imun dan menghasilkan badai sitokin yang mengakibatkan sindrom ancaman gagal napas akut dan kematian. Tujuan : Meneliti hubungan kadar zinc serum maternal terhadap kadar sitokin pro- inflamasi interleukin-6 (IL-6) dan interferon gamma (IFN-) pada wanita hamil yang terkonfirmasi COVID-19 dengan gejala ringan-sedang dan berat. Metode : Penelitian observasional dengan desain studi cross-sectional. Subyek penelitian adalah wanita hamil yang terkonfirmasi COVID-19 dengan gejala ringan-sedang dan berat. Faktor yang diteliti meliputi kadar zinc, IL-6 dan IFN- serum maternal dan hubungannya kadar zinc serum terhadap kadar IL-6 dan IFN- serum maternal.
Hasil : Jumlah total subyek sebanyak 48 orang dibagi menjadi 28 subyek untuk kelompok wanita hamil yang terkonfrimasi COVID-19 gejala ringan-sedang dan 20 subyek dengan gejala berat. Rata-rata usia responden 30,61 tahun untuk kelompok gejala ringan-sedang dan 32,9 tahun untuk kelompok gejala berat. Rata-rata usia kehamilan pada kelompok gejala ringan-sedang lebih tua dibanding kelompok gejala berat (38,1 minggu vs 34,5 minggu).Lama perawatan kelompok dengan gejala berat lebih lama dibanding kelompok gejala ringan-sedang. 60% subyek dari kelompok gejala berat berakhir dengan kematian maternal. Semua subyek dalam penelitian ini mengalami defisiensi zinc. Tidak terdapat perbedaan bermakna kadar zinc serum maternal pada kedua kelompok yaitu 54,0 (34-78) μg/dl untuk kelompok gejala ringan-sedang dan 52,0 (38-97) μg/dl untuk kelompok gejala berat. Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok gejala ringan-sedang dengan kelompok gejala berat terhadap kadar IL-6 serum (5,8 (1,5-69,6) pg/ml vs 18,6 (3,8-85,3) pg/ml) dan kadar IFN- serum (0,9 (0,1-16,8) pg/ml vs 9,0 (0,9-21,1) pg/ml). Tidak ada korelasi antara kadar zinc serum maternal dengan kadar IL-6 dan IFN- serum maternal. Kesimpulan : Kadar zinc serum maternal tidak berbeda bermakna diantara kedua kelompok penelitan. Kadar IL-6 dan IFN- serum kelompok gejala berat lebih tinggi dibanding kelompok gejala ringan-sedang. Tidak ada korelasi antara kadar zinc serum dengan kadar IL-6 dan IFN- serum maternal.

Bacground : The outbreak of Corona Disesase 2019 (COVID-19) is still a national and global concern. Pregnant women are included in the highrisk/susceptibility group for COVID-19 infection. The presence of a cytokine storm due to COVID-19 infection causes increasingly severe clinical symptoms. Zinc is one of the important micronutrients that influence the regulation of cytokine production by the immune system. Zinc deficiency in pregnant women with confirmed COVID-19 can cause dysregulation of the immune system and produce a cytokine storm that results in acute respiratory distress syndrome and maternal death. Objective: To evaluate the relationship between maternal serum zinc levels and the pro- inflammatory cytokines interleukin-6 (IL-6) and interferon-gamma (IFN-) in pregnant women with confirmed COVID-19 with mild-moderate and severe symptoms. Methods: A cross-sectional was adopted in this study. The subjects of the study were pregnant women with confirmed COVID-19 with mild-moderate and severe symptoms. We measure the maternal serum zinc levels, serum IL-6 and IFN- levels, then we evaluate the relation between the maternal serum zinc levels and the maternal serum IL- 6 and IFN- levels.
Results: The total number of subjects was 48 patiens, divided into 28 subjects for the pregnant women with confirmed COVID-19 with mild-moderate symptoms and 20 subjects with severe symptoms. The average age of the respondents was 30.61 years for the mild-moderate group and 32.9 years for the severe group. The mean gestational age in the mild-moderate group was older than in the severe one (38.1 weeks vs. 34.5 weeks). The length of stay of subjects with severe symptom was longer than the mild-moderate group. 60% cases from the severe group ended in maternal death. All the participants in this study suffered zinc deficiency. There was no significant difference in maternal serum zinc levels between the two study groups (54.0 (34-78) g/dl in mild-moderate group vs 52.0 (38-97) g/dl in severe group). There was a significant difference between mild- moderate vs severe groups in which the serum IL-6 levels were (5.8 (1.5-69.6) pg/ml vs 18.6 (3.8-85.3) pg/ ml) and the serum IFN- levels were (0.9 (0.1-16.8) pg/ml vs. 9.0 (0.9- 21.1) pg/ml). There is no correlation between maternal serum zinc level and maternal serum IL-6 and IFN- levels. Conclusion: The maternal serum zinc levels were not significantly different between the two study groups. The maternal serum IL-6 and IFN- levels in the severe group were higher than in the mild-moderate group. There is no correlation between maternal serum zinc level and maternal serum IL-6 and IFN- levels.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rishka Purniawati
"Saat hamil terjadi peningkatan kebutuhan berbagai mikronutrien salah satunya adalah seng. Asupan seng yang adekuat selama kehamilan berperan dalam kesehatan janin. Namun, defisiensi seng sebagai akibat dari asupan yang tidak adekuat atau bioavailabilitas seng yang rendah masih menjadi masalah bagi negara berkembang seperti Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara asupan seng dalam diet dengan kadar seng serum ibu hamil trimester satu dalam rangka menurunkan angka defisiensi seng di Indonesia. Penelitian ini menggunakan studi potong lintang dengan jumlah subjek penelitian adalah 62 ibu hamil trimester satu dipilih melalui simple random sampling.
Dari penelitian ini diperoleh nilai media asupan seng pada ibu hamil trimester satu adalah 2.26 (0.3-51.8) mg/hari. Sebanyak 90.3% subjek penelitian tidak memenuhi asupan seng sesuai rekomendasi AKG. Nilai median kadar seng serum ibu hamil trimester satu dalam penelitian ini adalah 61.29 (39.0-102.0) ug/dL.
Terdapat korelasi negatif lemah dan bermakna secara statistik antara kadar seng serum dan asupan seng dalam diet ibu hamil trimester satu (r = -0.266, p = 0.037). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kadar seng serum perlu dipertahankan dalam interval normal, antara lain dengan kecukupan asupannya dari makanan dan suplementasi, khususnya selama masa kehamilan

There is an increasing need in micronutrient including zinc as adequate zinc intake plays role in fetal health. Nevertheless, zinc deficiency as a result of insufficient intake or low bioavailability is a problem in developing countries including Indonesia. This research observe the association between zinc intake and the serum level of zinc in first trimester pregnancy with the goal to reduce zinc deficiency in Indonesia. There are 62 subjects of first trimester pregnant women and this study is done using cross-sectional design with simple random sampling.
It is found that the median of zinc intake in first trimester pregnant women is 2,26 (0,3-51,8) mg/day. This research found that 90,3% of subjects did not fulfill the recommended dietary allowances for zinc intake. The median serum level of zinc in first trimester pregnant women is 61,29 (39,0-102,0) ug/dL. There is weak inverse correlation that is significant statistically between zinc serum level and zinc intake in first trimester pregnant women (p = 0,037, r = -0,266). It is concluded that zinc serum level must be maintained in the normal interval, such as an adequate intake and supplementation, especially during pregnancy
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endi Ridwan
"ABSTRACT
Although iron supplementation exists for pregnant women, the prevalence of anemia during pregnancy remains high. The lack of compliance of the target group is one of the reasons which may reduce the efficacy of the supplementation program.
Recent studies in preschool children and non pregnant women has been reported that the administration of intermittent iron supplement was equally effective in improving the iron status as daily supplement.
This research was to investigate whether a weekly dose of 120 mg iron supplementation would improve the iron status in the same way as a daily dose of 60 mg iron supplementation in pregnant women.
The effect of daily vs weekly iron supplementation was studied in pregnant women in non randomized experimental community trial. The subjects were pregnant women who attended the selected Health Centers for the first time in their current pregnancy. Of the 176 pregnant women enrolled, a complete data set were available for 139 (79 %). Duration of supplementation was 8 - 20 weeks.
Three health centers each, matched with socioeconomic condition were allocated for control group and treatment group. Daily group served as control received 60 mg Fe + 0.25 mg folic acid daily (68 pregnant women), while weekly group received 120 mg Fe + 0.50 mg folic acid weekly (71 pregnant women).
Hemoglobin concentration in both group increased significantly after supplementation (p < 0.001). Improvement of hemoglobin was influenced by initial hemoglobin level (p < 0.001), and hookworm infestation (p < 0.05).
Serum ferritin level decreased in daily and weekly group (p > 0.05). Serum ferritin change was not influenced by initial hemoglobin level (p ] 0.05), however was influenced by hookworm infestation (p < 0.001).
The duration of supplementation had no effect on hemoglobin changes (p > 0.05), but it influenced serum ferritin changes (p < 0.05).
It was concluded that supplementation with 120 mg elemental iron on weekly basis had similar effects as daily dose of 60 mg on hematological status, but was not enough to improve iron stores in pregnant women.
"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>