Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143144 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
cover
Wulansari
"Dengan adanya berita-berita iinengenai kasus penganiaya an pembantu rumah tangga ( disingkat raenjadi PRT ) oleh majikan raereka dimana PRT tersebut bekerja pada ibu rumah tangga yang tidak bekerja, serta adanya ungkapan dari seorang psikolog ( Sartono Mukadia, 1987 ) yang mengatakan bahwa ibu rumah tangga yang tidak pernah bekerja sering sangat kasar terhadap PRT, raaka tirabul dua pertanyaan dalam diri peneliti, Pertama, apakah ada perbedaan perlakuan terhadap PRT antara ibu rumah tangga yang bakerja dengan ibu rumah tangga yang tidak bekerja? Kedua, faktor-faktor apakah yang ibu rumah tangga rasakan berpengaruh dalam memperlakukan PRT? Kedua pertanyaan ini lah yang hendak diteliti lebih lanjut. Penelitian dilakukan terhadap ibu rumah tang ga yang bekerja pada inatansi pemerintah atau swasta dan ibu rumah tangga yang tidak bekerja dalam jumlah sama melalui teknik sample yang inaidental. Alat yang dlgunakan adalah kuesioner yang dianalisa dengan teknik point bisprial disertai satu pertanyaan timggal. Metode analisa yang digunakan adalah t test.
Hasil penelitian menemukan bahv/a ada perbedaan perlakuan terhadap PRT antara ibu ruraah tangga yang bekerja dengan ibu ruinah tangga yang tidak bakerja dalam hal memberikan kesempatan PRT untuk mengembangkan kemampuannya, Ibu rumah tangga yang bekerja lebih memberikan perhatian dalam hal tersebut dibandingkan dengan ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Kehendak diri sendiri merupakan faktor yang dirasakan sangat berpengaruh, sedangkan mass media merupakan faktor yang dirasakan sangat tidak berpengaruh, Ajaran agama, keluarga, pendidikan dan pengalaman bekerja merupakan faktor-faktor yang dirasakan cukup berpengaruh, Suku bangsa, pengalaman berorgnnisasi dan tetangga meimpakan faktor-faktor yang dirasakan kurang berpengaruh. Ditemukan pula indikasi bahv;a faktor usia, agama, suku bangsa dan tingkat pendidikan mempengarulii pola perlakuan ibu rumah tangga terhadap PRT.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah faktor bekerja mempengaruhi ibu rumah tangga dalam memperlakukan PRT dalam hal memberikan kesempatan PRT untuk mengembangkan kemampuannya. Seberapa jauh hubungan usia, agama, suku bangsa dan tingkat pendidik an serta bagaimana hubungannya dengan jenis perilaku majikan tertentu, belum diketahui. Kiranya hal itu menarik untuk dilakukan penelitian lebih lanjut."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3496
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Katarina S Sulianti
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa pada saat ini terdapat kecenderungan dalam masyarakat menuntut kemampuan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan. Bem (dalam Papalia 2000) menyebutkan anggapan budaya mengenai jender sangat mungkin berubah-ubah. Pembahan-perubahan ini dapat terefleksikan dalam skema jender anak dan nantinya mempengaruhi sikap dan tingkah lakunya. Seseorang mungkin saja mempersepsi suatu masalah dari skema yang lainnya bukan hanya dari skema jender saja, namun Bem (dalam Boldizar, 1991) memberikan penekanan bahwa skerna jender menjadi hal yang penting, karena adanya kebiasaan dan ideologi sosial yang membentuk hubungan antara jender dengan tingkah laku, konsep, dan katagori-kategori tertentu berdasarkan jender, masyarakat sendiri menganggap perbedaan berdasarkan jender adalah hal yang penting, dan menggunakan jender sebagai dasar beberapa norma, keanggotaan kelompok, dan pengaturan di institusi-institusi. Bem (dalam Basow, 1992) menekankan bahwa bermula dari menyadari adanya perbedaan-perbedaan antara laki-laki dan perempuan di setiap situasi sehari-hari, anak merangkai sebuah skema berdasarkan jender, sehingga terbentuk identitas jender, yang kemudian ditampilkan melalui tingkah laku-tingkah laku yang dianggapnya sesuai untuk laki-laki atau perempuan. Seorang anak laki-laki tidak selalu harus membentuk identitas jender maskulin, demikian pula seorang anak perempuan tidak selalu harus membentuk identitas jender feminin. Beberapa penelitian sebelumnya menemukan bahwa anak-anak dan remaja yang memiliki identitas jender androgin dun maskulin lebih dapat diterima di lingkungannya, lebih percaya diri, lebih menghargai dirinya, dan lebih populer daripada mereka yang memiliki identitas jender feminin. Dan tampaknya dikaitkan dengan kondisi Zaman saat ini identitas jender androgin lebih tepat untuk dimiliki seorang anak. Di dalam proses pembentukan identitas jender, dipengaruhi oleh faktor internal yaitu perkembangan kognitif fisik, dan psikososial seseorang. Dengan adanya tekanan sosial dan perkembangan kognitif yang berbeda antara anak usia sekolah dan remaja, menyebabkan anak usia sekolah dan remaja berbeda."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy Susanti
"ABSTRAK
Fungsi orang tua adalah mengasuh anak. Meskipun pengertian orang tua
meliputi ayah dan ibu, namun masyarakat umum seringkali menganggap peran
orang tua dalam pengasuhan anak sinonim dengan peran ibu, yang secara
tradisional berbeda dari ayah.
Seiring dengan berjalannya waktu, pandangan tradisional tersebut mulai
mengalami perubahan. Peran ayah dalam pengasuhan anak, baik secara
psikologis mauan fisik, mulai diakui. Selain itu turut sertanya ayah dalam
pengasuhan anak akan menguntungkan bagi orang tua dan anak. Lamb (1981)
mengatakan turut sertanya ayah dalam pengasuhan akan membantu
perkembangan kepribadian anak yang positif serta perkembangan peran sex dan
identitas gender remaja putra dan putri. Bahkan Bigner (1994) menyebutkan anak
yang kurang mendapat asuhan ayah akan mengalami kesukaran penyesuaian diri,
perkembangan kepribadian dan perkembangan sosial.
Mengingat pentingnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak, kini
banyak para ayah yang ikut terlibat dalam pengasuhan anak. La Rossa (1986
dalam Bigner, 1994) menyebutkan saat ini para ayah berusaha untuk
menghabiskan lebih banyak waktu dengan anak igan anak-anak mereka. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak tidak menghilangkan peran ayah
sebagai pencari nafkah keluarga. Dunia pekerjaan tidak dapat dipisahkan dari diri
ayah, tetap menjadi bagian dalam hidupnya. Parson (1954 dalam Benson, 1972)
mengemukakan bahwa kehidupan pria dan kehidupan rumah tangga dapat
dianggap sebagai dua aspek dari serangkaian peran yang sama.. Benson (1972)
mengemukakan bahwa pekerjaan atau pendidikan pria penting dalam menentukan
pola pengasuhannya sebagai seorang ayah. Hal-hal yang biasa dilakukan oleh
ayah dalam melakukan pekerjaan ditransfer ketika berinteraksi dengan anak.
Penelitian ini hendak melihat bagaimana pola asuh ayah dikaitan dengan
jenis pekerjaannya. Jenis pekerjaan yang dikhususkan adalah pekerjaan sebagai
tenaga pendidik ABRI. Masyarakat umum menganggap bahwa pola asuh ABRI
terhadap anaknya cenderung autoritarian. Ott (1978, dalam Turner dan Heims,
1990) mengemukakan pendekatan autoritarian merupakan cara yang biasa
diterapkan oleh ayah militer dalam menerapkan disiplin pada anak-anaknya. Akan
tetapi, dapatkah disimpulkan bahwa tenaga pendidik ABRI juga mengasuh
anaknya secara autoritarian. Karena, walaupun memiliki persamaan dengan ABRI
umumnya, namun mereka juga berperan sebagai pendidik orang dewasa seperti
layaknya guru/pengajar di lembaga pendidikan.
Tenaga pendidik ABRI sendiri berdasarkan jenis tugasnya dapat dibedakan
menjadi 2 bagian yaitu guru militer dan instruktur. Guru militer lebih banyak
memberikan materi yang sifatnya teori, pekerjaan mereka lebih bersifat konseptual,
sedangkan instruktur lebih banyak bekerja di lapangan untuk mengajarkan
praktek/ketrampilan yang sifatnya praktis.
Untuk melihat pola asuh ayah yang bekerja sebagai tenaga pendidik ABRI
digunakan alat berbentuk kuesioner berisi 39 item yang terdiri dari 15 item
menggambarkan pola asuh autoritatif, 12 item menggambarkan pola asuh
autoritarian, dan 12 item menggambarkan pola asuh permisif. Hasil penelitian
menunjukkan ayah yang bekerja sebagai tenaga pendidik ABRI lebih autoritatif
dibandingkan permisif dan autoritarian dalam mengasuh anaknya. Selain itu dalam
penelitian ini juga tidak dilihat perbedaan yang signifikan dalam pola asuh autoritatif, autoritarian, dan permisif antara tenaga pendidik yang guru militer dan
tenaga pendidik yang instruktur.
Perhitungan nilai rata-rata subyek berdasarkan perbedaan karakteristik data
kontrol yaitu jenjang kepangkatan, jumlah anak, dan pendidikan umum, tidak
didapatkan perbedaan yang signifikan pada pola asuh autoritatif, permisif dan
autoritarian, kecuali pada pembagian kelompok subyek berdasarkan perbedaan
usia.
Hasil yang tidak signifikan dari penelitian ini mungkin dapat disebabkan
karena banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi pola asuh, bisa juga karena
alat ukur yang digunakan belum menggambarkan aspek pengasuhan secara
keseluruhan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, saran terutama ditujukan untuk
mengontrol hal-hal lain yang mempengaruhi pola asuh dan menggunakan alat ukur
lain yang sebelumnya telah diuji coba sebelum penelitian, agar dapat mengganti
item yang tidak baik."
1997
S2733
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dora Wulandari
"
ABSTRAK
Mempunyai seorang anak adalah dambaan bagi pasanagan yang sudah berkeluarga. Hadirnya anak akan membawa kebahagiaan tidak saja pada pasangan suami istri tersebut, tapi juga pada seluruh keluarganya. Namun kehadiran seorang anak terkadang juga membawa suatu masalah tersendiri bagi sebagian pasangan suami istri. Hal ini karena anak mempunyai kebutuhan yang sama besarnya dengan orang dewasa. Mereka selain membutuhkan pangan dan sandang, mempunyai banyak permintaan akan misalnya mainan (toys), rekreasi, tidak berguna atau sudah mereka miliki tetapi mereka inginkan karena temannya mempunyai yang lebih bagus.
Pemenuhan kebutuhan mereka terkadang tidak dapat dicukupi hanya dengan suami/ayah sebagai pencari nafkah tunggal dalam keluarga. Hidup di kota besar dengan uang sebagai faktor penentu bagi kita untuk mendapatkan barang dan jasa, mau tidak mau menuntut pengorbanan yang leih bear pada orang tua. Oleh karenanya istri diharapkan dapat memberi kontribusi ekonomi pada keluarganya, walau dengan skala yang lebih kecil. Cara yang dapat dilakukan istri untuk menambah pendapatan keluarga adalah dengan bekerja. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Renwick dan Lawler bahwa dengan bekerja seseorang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan akan materi, self-esteem dan self respect, penerimaan sosial, status sosial, memasuki dunia orang dewasa, sumber pemenuhan, tantangan, kemandirian, kepuasan dan kesenangan ( Lemme, 1995 ). dengan bapak dan ibu bekerja maka para ibu merasa perlu bantuan orang lain untuk menjaga, merawat dan mengasuh anaknya ( Carter dan McGoldrick, 1989 ). Salah satu alternatifnya adalah Taman Penitipan Anak ( selanjutnya disebut TPA). Pemilihan pengasuhan anak di TPA menandakan adanya suatu perubahan gaya hidup dan kehidupan keluarga sebagai akibat perubahan peran menjadi orang tua ( Lemme, 1995 ). Gaya hidup di definisi suatu cara hidup yang di identifikasi dengan bagaimana seeseorang menggunakan waktunya (aktivitas ). Apa yang mereka rasa penting dalam lingkungannnya ( minat ), dan apa yang mereka pikir tentang diri mereka sendiri dan dunia sekelilingnya (opini ) (Assael, 1984 ).
Oleh karenanya penelitian ini ingin mengetahui karakteristik gaya hidup dari kedua kelompok subyek yaitu ibu bekerja yang menitipkan anaknya di TPA dengan harapan ibu bekerja yang tidak menitipkan anaknya di TPA, serta alasan dan harapan ibu terhadap TPA. Teknik operasional yang digunakan untuk mengukur gaya hidup adalah psikografik. Psikografik umumya mengacu pada AIO (Aktivity, Interest, dan Opinion ).
Responden dalam penelitian ini adalah ibu bekerja yang menitipkan dan yang tidak menitipkan anaknya di TPA. Unutk mengumpulkan data digunakan kuesioner yang dibuat/disusun oleh peneliti berdasarkan hasil elisitasi. Alat pengumpul data itu adalah Kuesioner aktivitas, kuesioner minat, dan kuesioner opini. Teknik pengolahan data adalah menggunakan analisa klaster.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa para ibu bekerja dari kedua kelompok subyek dapat dikelompokkan kedalam tiga tipe gaya hidup berdasarkan 27 dimensi AIO. Selain itu ketiga tipe gaya hidup dari kedua kelompok subyek tidak dapat diperbandingkan. Hal ini karena pada ibu berkerja yang menitipkan anaknya di TPA memiliki dimensi aktivitas pekerjaan, dimensi minat rumah, pakaian, dan kemasyarakatan. Alasan ibu menitipkan anaknya di TPA adalah agar ibu dapat bekerja lebih tenang. Harapan ibu terhadap TPA adalah agar anak dapat bersosialisasi.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kelas sosial yang tinggi yang dimiliki para ibu - diketahui melalui pengeluaran keluarga setiap bulannya dan pendidikan - sangat mempengaruhi bagaimana para ibu melakukan aktivitas, dan mengekspresikan minat, serta opininya.
"
1998
S2693
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>