Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14439 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Rengganis Lenggogeni Biran
"Masa remaja adalah suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini banyak terjadi perubahan pada beberapa aspek yang saling berhubungan, baik dalam aspek fisik, kognitif, maupun psikososial (Papalia, Olds & Feldman, 2001). Masa ini merupakan masa yang tergolong kritis dimana individu harus rnulai serius memikirkan masa depannya, termasuk didalamnya masalah karir. Merencanakan dan memilih karir yang sesuai dengan diri adalah suatu hal yang penting, karena karir seseorang akan menentukan berbagai segi kehidupannya (Sukadji, 2000). Pada remaja, perencanaan dan pemilihan karir adalah saatnya mengarahkan diri kepada Suatu tahap baru dalam kehidupan, melihat posisi mereka dalam kehidupan dan menentukan arah yang akan dituju. Suatu bidang pekerjaan biasanya didukung oleh program pendidikan tertentu. Hal ini dimulai dari penentuan jurusan atau program pendidikan (Bahasa, IPS maupun IPA) di sekolah lanjutan (SMU) kemudian diikuti dengan penetapan fakultas maupun jurusan bidang di perguruan tinggi (Sukadji, 2000).
Pada kenyataannya masih banyak remaja yang bingung akan arah karirnya, hal ini terkadang membuat mereka terjebak dalam arus yang penting kuliah atau yang penting jadi sarjana. Fenomena ini pun tampak di berbagai daerah di Indonesia. Melakukan perencanaan dan pemilihan karir memang bukan suatu hal yang mudah, karena hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor-faktor tersebut antara lain adalah: kemampuan, bakat, minat, pengetahuan vokasional, kepribadian, self-efficacy, keluarga, teman sebaya, sekolah. gender serta kemewahan dan gengsi. Mengingat pentingnya perencanaan karir yang tepat sangatlah dibutuhkan olah seorang remaja dan melihat kenyataan yang ada di kalangan remaja saat ini, peneliti merasa perlu diadakan semacam pelatihan yang djadakan bagi para remaja, khususnya para siswa sekolah menengah umum. Melalui pelatihan diharapkan para siswa SMU ini dapat mengembangkan perencanaan karir yang tepat sehingga dapat memberikan kepuasaan pada dirinya yang berdampak pada kualitas pekerjaan yang baik.
Untuk membuat rancamgan suatu program pelatihan perlu didahului dengan analisa kebutuhan. Analisa ini berguna untuk menentukan kebutuhan pelatihan dan jenis pelatihan yang dibutuhkan untuk mengatasi perbedaan yang tampak antara apa yang seharusnya dilakukan/terjadi dengan kenyataan yang muncul (Kroehnert, 1995). Hasil analisa kebutuhan untuk pelatihan ini dilakukan kepada 72 orang siswa dari berbagai SMU melalui teknik kuesioner dan 7 orang siswa juga dari berbagai SMU melalui teknik wawancara.
Hasil yang diperoleh adalah kcbutuhan terbesar yang terkait dengan perencanaan karir adalah perlunya peningkatan self-efficacy. Hal ini disebabkan masih banyaknya siswa yang ragu dapat meraih pendidikan dan pekeljaan yang mereka inginkan. Ketidakyakinan ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: pemahaman diri yang belum cukup, keinginan yang masih berubah-ubah dan takut menghadapi kegagalan yang dapat menyebabkan kekecewaan yang mendalam. Hal-hal ini selanjutnya membuat mereka tidak berani untuk membayangkan dirinya di masa depan, sehingga mereka lebih memilih untuk menjalani aktivitas sehari-harinya saja tanpa ada tujuan yang jelas. Dengan melihat kondisi tersebut, maka perlu disusun suatu program pelatihan perencanaan karir yang dapat membantu meningkatkan self-efficacy para siswa. Pokok bahasan dalam modul pelatihan ini, adalahz (1) Mimpi dan Cita-cita, (2) Pengenalan Diri: kecerdasan/bakat, kepribadian dan minat, (3) Kesuksesan dan (4) Goal Setting. Melalui serangkaian pelatihan ini diharapkan para siswa dapat memperoleh bekal pengetahuan dan keterampilan untuk merencanakan karir yang terbaik baginya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18570
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Komposisi sebagian besar dunia adalah remaja. Pada masa remaja terjadi pertumbuhan fisik, seksual, dan prilaku sosial, jika tidak mendapatkan pengetahuan dan arahan menyebabkan remaja terjerumus dalam perilaku seks bebas, kehamilan yang tidak dikehendaki, dan melakuakan tindakan aborsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan remaja tentang aspek kesehatan, sosial dan hukum aborsi sebelum dan sesudah penyluha di SMU Negeri 6 Yogyakarta. Penelitian ini merupakan eksperimental dengan menggunakan rancangan pretest posttest. Jumlah responden adalah 61 siswa, laki-laki 17 dan perempuan 44 orang. Data dianalisis secara deskriptif menggunaan tst of normality dan secara analitik memggunakan uji coba Wilcoxon. Hasil penelitian ini menujukkan terdapat peningkatan rerata pengetahuan siswa mengenai aspek kesehatan (0,85), sosial (0,45) dan hukum (1,04) aborsi, yang mendekati nilai maksimal. Disimpulakn bahwa penyuluhan terhadap siswa tentang aborsi pengaruh positif"
610 MUM 10:2(2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dewa Ketut Sukardi
Surabaya: Usaha Nasional, 1993
658.3 DEW p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Gusni Elvira
"Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (Napza) merupakan sekelompok zat yang umumnya mempunyai risiko kecanduan (adiksi) dan ketergantungan (dependensi). Penyalahgunaan Napza tidak hanya beraldbat buruk terhadap fisik, tetapi juga mental, perilaku dan ekonomi masyarakat. Target utama penyalahgunaan Napza adalah remaja, hal ini disebabkan karena remagia merupakan fase yang sangat rawan dengan kondisi kepribadian yang masih Sangat labil dan mudah terpengaruh lingkungan dan dalam banyak hal mereka biasa memuaskan keingintahuannya dengan coba-coba, termasuk Napza.
Pcnelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku pencegahan siswa tcrhadap pcnyalahglmaan Napza serta hubunganya dengan faktor sosio-psiko demografi (jenis kelamin, tingkat pengetahuan, konsep diri dan dukungan teman sebaya), faktor persepsi (kerentanan, keseriusan, manfaat dan rintangan) serta faktor dukungan (dari keluarga, sekolah dan media massa). Metode pcnelitian yang digunakan adalah observasional melalui pendekatan kuantitatif dengan disain potong lintang (cross sectional). Data yang digunakan adalah data primer, yang dikumpulkan rnclalui angket. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas satu dan dua di enam SMU di Kota Depok dengan jumlah sampel sebanyak 411 orang dan dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2008.
Hasil penelitian menunjukkan lebih separuh dari responden sudah memiliki perilaku pencegahan yang baik (54,5%). Variabel yang ditemukan berhubungan secara bcrmakna dcngan perilaku pencegahan adalah variabel jenis kelamin, konsep diri, tingkat pengetahuan, dukungan teman sebaya, persepsi manfaat, persepsi rintangan dan dukungan keluarga. Faktor yang dominan berhubungan adalah dukungan keluarga,jenis kelamin, dan dukungan teman sebaya.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah, responden yang memiliki dukungan keluarga yang baik, akan berpeluang melakukan pencegahan 2,2 kali dibandingkan responden yang rnemiliki dukungan keluarga kurang baik, responden perempuan memiliki peluang 2,0 kali untuk berperilaku pencegahan baik dibandingkan rcspondcn laki-Iaki dan responden dengan dukungan tcman sebaya yang baik berpeluang 1,9 kali untuk melakukan perilaku pencegahan dibandingkan responden yang memiliki dukungan teman sebaya kurang baik.
Disarankan kepada Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Badan Narkotika Depok dan pihak lainnya seperti LSM, komite sekolah dan keluarga bekerjasama dalam meningkatkan perilaku pencegahan terhadap penyalahgmmaan Napza antara lain dengan peningkatan pemberian informasi tentang Napza yang tepat dan benar, melalui mata pelajaran, penyuluhan, konseling, seminar, pelatihan/training of trainers siswa untuk menjadi konselor bagi teman-temannya, serta meningkatkan pengawasan terhadap pergaulan dan perilaku siswa baik disekolah maupun di rumah.

Narcotics, Psychotropics and Others Additive?s Substances (drugs), are the groups of essences that generally have may cause addicted and depended. Drugs abuse not only make physic disorder, but also mental, behavior, and public economic, Main target of drugs abuses is adolescent, it is caused adolescent is a gristle period with personality condition is still really unstable and easy effected by their social life or environmental and In so many occasions, they are so eager to try new things, including drugs abuse.
This research is performed on student first and second class in senor high school at Depok City with the purpose to know behavior preventive student to drug's abuse and its relations to socio-psycho demogtaphy factors (sex, intelligence, self concept and peer group support), perception factors (perceived of susceptibility, and seriousness, perceived of benefits and barriers) and support factors (of family, school and mass media). Data which is utilized is primary data as questionnaire through quantitative observation approach, with design cross sectional. The research perforrned on February to March 2008.
The result show that more than half of respondent has had good prevention behavior (54, 5%). Found variable concerning with variable preventive is sex variable, self concept, intelligence, peer group support, perceived of benefit, and barrier and family support (p<0,05). The dominant factor which is related was family support, sex and peer group support.
The conclusion of this research are respondent who has good family support, will get opportunity to perfomr prevention 2,l time tl1an respondent who have poor family support, female have opportunity 2,0 time to get good prevention behavior than male, and respondent with good peer group support will gets opportunity 1,9 times to do prevention than who have poor peer group support.
Suggested to Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Badan Narkotika Depok and another party as NGO, school committee and family collaborates to improves prevention behavior to drug?s abuse for example with increasing information distribution concerning about drugs clearly, through studies, counseling, seminar, training/training of trainers student to become counselor for its friend, and increases observation to their social life and behavior even at school and also at the house.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, 2008
T33627
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S7312
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohanis
"Masalah perilaku seksual di kalangan remaja, tidak saja sebagai akibat faktor biologis semata tetapi juga berkenaan dengan faktor lingkungan serta kurangnya pembekalan informasi tentang seksualitas yang sehat secara utuh dan menyeluruh.
Beberapa penelitian menunjukkan telah terjadi pergeseran nilai dan moral perilaku dalam kehidupan remaja khususnya yang berkaitan dengan perilaku seksual. Hal ini juga berlaku di kota Padang yang kuat dengan adat dan agamanya, dibuktikan dengan hasil penelitian PKBI (1995) untuk 100 responden remaja ditemui kasus hubungan seksual 10,5% dan panelitian yayasan Widya Prakarsa (1999) ditemui dari 339 responden remaja telah melakukan hubungan seksual 5,9%.
Melihat permasalahan diatas dan belum adanya penelitian yang menjawab permasalahan tersebut di kota Padang, maka dilakukanlah penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri (SMU, SMK dan MA) yang berada diwilayah kota Padang tahun 2001.
Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional, populasinya adalah siswa kelas dua Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri (SMU, SMK dan MA) di kota Padang dengan sampel sebanyak 200 orang. Penelitian ini menggunakan uji statistik univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian ini menunjukkan 27% responden berperilaku seksual berisiko berat dan 73% responden berperilaku seksual berisiko ringan, didapati 2,5% telah melakukan hubungan seksual. Variabel-variabel independen yang mempunyai hubungan yang berrnakna dengan perilaku seksual adalah pengetahuan, sikap, agama, peran media massa dan peran teman sebaya, sedangkan variabel yang tidak bermakna yaitu jenis kelamin dan peran prang tua, dari variabel tersebut yang paling dominan adalah pengetahuan dengan OR sebesar 3,80.
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan perlu adanya upaya untuk meningkatkan pengetahuan yang berkaitan dengan seksualitas remaja oleh Instansi berwenang dengan melibatkan organisasi kemasyarakatan dan pemuka masyarakat baik melalui pendidikan formal maupun informal seperti seminar, pelatihan yang dapat menggiring remaja ke arah perilaku seksual yang baik.

Factors Related to Sexual Behavior of Public High School Students (SMU, SMK, MA) in Padang City 2003Sexual behavior problem among teenagers, not only caused biologically, but also regarding on environment factors and minimum information about sexuality health.
Some of this study showed that that there is shiftiness on value and moral of behavior in teenager especially in sexuality behavior. This is happened in Padang which has strong and strictness cultural on religion, this evidence found by PKBI study (1995) for 160 respondents 10,5% have sexual relationship experience and study of Widya Praicarsa Foundation found from 339 respondents 5,9% do sexual intercourse.
This study tries to find out factors that related to sexual behavior of public high school student (SMU, SMK, and MA) in Padang City 2002.
This study use cross sectional design, population is second grade of public high school in Padang City with 200 samples and statistically analyzed by univariate, bivariate and multivariate analysis.
Result of this study showed that 27% respondents have bad severe sexual risk behavior and 73% have light sexual risk behavior, 2,5% have sexual intercourse. Independents variables which have significant relation to sexual behavior are knowledge, attitude, religion, mass media, and peer group. While the insignificants variables are sex and role of parent, the most dominant variable is knowledge (OR=3,so).
Based on result of this study, we recommend there should be some efforts to improve knowledge about sexuality which involving social organization and public figures through formal and informal education, seminar, training that could lead teenagers to have better sexual behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12981
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Nurhidayah
"Masalah yang muncul di kalangan remaja bukan hanya dirasakan oleh remaja sendiri,tetapi juga oleh orang tua dan orang lain di sekirarnya dan bahkan menjurus menjadi masalah moralitas, Menurut Kohlberg perkembangan moral seseorang mengikuti tahap-tahap yang terdiri dari tahap pra konvensional tahap konvensional dan tahap pasca konvensional, dan selama masa remaja tahap perkembangan moral ketiga, yaitu moralitas pasca konvensional harus dicapai. Rangsangan lingkungan merupakan hal penting bagi penyusunan struktur moral yang baru.
Seorang remaja yang menghabiskan waktunya selama 24 jam di lingkungan sekolah (SMU Berasrama) tentu akan memperoleh rangsangan yang berbeda dengan remaja lain yang hanya menghabiskan waktunya selama 8 jam sehari di seko1ah Berdasarkan kenyataan tersebut maka diajukan hipotesis bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada perkembangan moral siswa SMU Umum dan siswa SMU berasrama, siswa SMU berasrama lebih tinggi perkembangan moralnya daripada siswa SMU Umum. Dengan menggunakan alat ukur dari Rest yaitu The Defining Issue Tesr (DID dilakukan tes tertulis untuk mengungkap tingkat perkembangan moral individu.
Hasil analisis item dari alat tes ini menunjukkan reliabilitas sebesar 0,7042 Dari hasil uji hipoicsis dengan menggunakan t-test didapatkan nilai t sebesar 0,134 dan p sebesar 0,894. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perkembangan moral siswa SMU Umum dan siswa SMU Berasrama Keterbatasan penelitian yang hanya melibatkan dua buah sekolah yang homogen (keduanya mempakan sekolah Islam yang memiliki kurikulum sama), harus diperluas dalam penelitian dengan melibatkan sekolah umum maupun sekolah dengan basis agama yang berbeda sehingga dapat dilakukan pengolahan data yang lebih baik dengan hasil yang lebih baik pula."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
T38187
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harisnal
"Jentik Demam Berdarah Dengue (DBD) mengacu pada nyamuk Aedes aegypti yang merupakan vektor utama penyebab penyakit DBD telah menjadi masalah besar bagi kesehatan di banyak negara tropis. Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J), melibatkan setiap rumah tangga sebagai pemantau jentik, pada penelitian ini melibatkan anak (sismantik) dan ibu (jumantik rumah) untuk melakukan pemantaun jentik di rumah tangga. Studi ini menggunakan quasi experiment yang menekankan bahwa ada perbedaan Container Indeks (CI) pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol yang dan melihat pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan,sikap dan tindakan responden dalam penurunan CI di dua wilayah endemis DBD di Kota Pariaman,
Pada kelompok intervensi (G1R1J Plus Sismantik), rata-rata pengetahuan responden sebelum yaitu 55,4%, mengalami peningkatan menjadi 91,7%. Hasil uji T dependen didapatkan nilai p < 0,001. Sikap 78,8%, mengalami peningkatan sesudah intervensi menjadi 85,8%. Hasil uji T dependen didapatkan nilai p < 0,001. Tindakan 48,9%, mengalami peningkatan menjadi 83,7%. Hasil uji T dependen didapatkan nilai p < 0,001. Efektifitas intervensi terhadap pengetahuan, yaitu sebesar 13%, terhadap sikap sebesar 13%, terhadap tindakan 48,5%. Variabel berpengaruh terhadap penurunan angka CI adalah variabel intervensi (p = 0,010) dan pendidikan perguruan tinggi (p = 0,024).Studi ini menunjukkan bahwa program G1R1J plus sismantik, secara signifikan menurunkan indeks kepadatan nyamuk (CI). Penggabungan program G1R1J dengan Sismantik dapat menurunkan jumlah vektor nyamuk Aedes aegypti. Penelitian ini menawarkan panduan strategis untuk membangun kebijakan pemantau jentik yang lebih berkelanjutan dan efisien di daerah endemis lainnya.

Dengue hemorrhagic fever (DHF), primarily transmitted by Aedes aegypti mosquitoes, remains a major public health challenge in many tropical regions. The "One House, One Larvae Observer Movement" (Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, G1R1J) empowers households to actively participate in larvae surveillance efforts. This study enhances the program by incorporating the roles of children (Sismantik) and mothers (Jumantik Rumah) to strengthen larvae monitoring practices at the household level.This study employs a quasi-experimental design, focusing on the difference in the reduction of the Container Index (CI) between the intervention group, and the control group. The study also examines the impact of training on respondents' knowledge, attitudes, and practices regarding the reduction of CI in two dengue-endemic areas in Pariaman City.In the intervention group (G1R1J plus child participation), the mean knowledge score increased significantly from 55.4% to 91.7% post-intervention (paired t-test, p<0.001). the mean attitude score improved from 78.8% to 85.8% (paired t-test, p<0.001), and the mean performance score increased from 48.9% to 83.7% (paired t-test, p<0.001). The intervention was effective in increasing knowledge by 13%, attitude by 13%, and performance by 48.5%. Variables influencing the reduction in CI include the intervension variable (p = 0.010) and higher education level (p = 0.024) This study demonstrates that the G1R1J plus Sismantik program can significantly reduce the Container Index (CI). The integration of the G1R1J program with Sismantik has proven effective in decreasing the population of Aedes aegypti mosquito vectors.The findings of this study provide strategic guidance for developing more sustainable and efficient larvae monitoring policies in other endemic areas."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>