Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94352 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Adila Alfa Krisnadhi
"Principal Componen Analysis (PCA) merupakan sebuah metode transformasi yang sangat berguna dalam sistem pengenalan wajah tiga dimensi. PCA berperan sangat baik sebagai alat pengekstraksi ciri yang sangat dibutuhkan dalam proses klasifikasi objek tiga dimensi yang diwakili oleh sekumpulan citra wajah dua dimensi. Dalam proses ekstraksi ciri dilakkan transformasi yang sekaligus melibatkan proses reduksi dimensi untuk mendapatkan ciri-ciri optimal sebagai basis ortogonal ruang wajah. Namun pada setiap himpunan citra wajah yang berbeda proses ini harus dilakukan berulang-ulang karena tingkat reduksi dimensi tersebut ditentukan oleh suatu parameter proporsi kumulatif nilai eigen yang harus ditentukan secara manual dari luar sistem. Akibatnya, proses untuk mendapatkan tingkat reduksi dimensi yang terbaik menjadi terhambat karena adanya proses trial and error tersebut. Disini akan dijelaskan sebuah metode untuk mengotomatisasi dan mengoptimasi proses di atas dengan menunjukkkan kinerja yang tidak kalah bahkan mampu memperbaiki kinerj PCA tanpa dikombinasikan dengan alogritma genetika, sehingga disini proses otomasi dan optimasi yang diharapkan dapat dinyatakan berhasil."
2003
JIKT-3-2-Okt2003-84
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aneka Sulita
"Jaringan saraf tiruan telah banyak dikembangkan untuk aplikasi pengenalan pola objek 3 dimensi. Salah satu metode pengenalan objek 3 dimensi melalui citra 2 dimensi dari berbagai sudut pandang telah dikembangkan dengan cara memodifikasi arsitektur lapis tersembunyi pada jaringan multi-layer perceptron menjadi bentuk silindris dan menggunakan metode pelatihan propagasi balik yang dikenal dengan Cylindrical Hidden Multi-Layer Perceptron Back Propagation (CHMLP-BP).
Metode ini melibatkan pasangan berarah antara vektor sudut pandang terhadap objek dengan vektor posisi neuron pada lapis tersembunyi yang diabstraksikan ke dalam konstanta yang akan berperan dalam proses pelatihan maupun pengenalan[1]. Kinerja JST CHMLP-BP tersebut masih kurang baik dan diperbaiki dengan menambah neuron pada lapis tersembunyi secara acak sehingga membentuk arsitektur lapis tersembunyi konsentris[2]. Walaupun kinerja meningkat, pertambahan neuron pada lapis tengah secara acak belum membuktikan bahwa struktur jaringan dan kinerja jaringan telah optimal.
Algoritma Genetika adalah sebuah teknik untuk pencarian solusi optimal untuk berbagai macam permasalahan. Penulis menggunakan Algoritma Genetika untuk mencari struktur jaringan dan kinerja jaringan yang telah optimal.
Penggunaan Algoritma Genetika untuk optimasi terhadap JST CHMLP-BP dilakukan terhadap dua hal. Satu, optimasi pada jumlah bobot-bobot koneksi jaringan, dengan membuang koneksi-koneksi yang tidak diperlukan. Dua, optimasi pada jumlah neuron-neuron tersembunyi, dengan membuang neuron-neuron tersembunyi yang tidak diperlukan.
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan parameter-parameter yang tepat, Algoritma Genetika dapat mereduksi ukuran jaringan dan meningkatkan kemampuan pengenalan pola. Analisa terhadap parameter-parameter tersebut menunjukkan penggunaan parameter-parameter yang berbeda untuk tiap persoalan optimasi JST."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pengembangan sistem pengenalan wajah yang optimal akan sangat bergantung pada proses seleksi ciri yang digunakan sebagai basis pada pengenalan pola. Dalam proses seleksi ciri tersebut akan terdapat dua aspek yang akan saling berpengaruh yaitu, aspek reduksi terhadap jumlah data yang digunakan pada klasifikasi dan peningkatan kemampuan pendiskriminasiannya. Dalam proyek mahasiswa ini, digunakan salah satu metode pengkodean citra wajah yang dapat memenuhi kedua aspek di atas, yaitu metode Fisherface yang berbasis pada Fisher?s Linear Discriminant (FLD). FLD merupakan metode class specific yang mampu memaksimalkan perbandingan antara between scatter class dengan within scatter class. Fisherface memiliki karakteristik mampu mengenali citra wajah dalam berbagai variasi pencahayaan, ekspresi, dan atribut [BELH97]. Transformasi Whitening kemudian diterapkan sebagai pre-processor FLD. Penerapan Whitening akan menghasilkan vektor baru yang komponennya tidak saling berkorelasi dan variansinya sama dengan unity. Sedangkan Algoritma Genetika digunakan untuk mengotomatisasi proses reduksi dimensi sehingga penentuan reduksi dimensi yang optimal tidak lagi dilakukan secara eksperimental. Eksperimen dilakukan pada dua jenis basis data wajah yang berbeda. Basis data wajah Yale digunakan untuk melihat pengaruh penerapan transformasi Whitening pada citra wajah frontal. Sedangkan basis data wajah 3 Dimensi digunakan untuk melihat pengaruh transformasi Whitening pada citra wajah 3 dimensi. Hasil eksperimen dengan basis data Yale menunjukkan tingkat pengenalan Fisherface dengan transformasi Whitening relatif sama dengan yang tidak menggunakan Whitening. Sementara pada basis data 3 Dimensi, penerapan Whitening diduga dapat memperbaiki tingkat pengenalan Fisherface pada saat jumlah citra acuan relatif sedikit. Pada kedua basis data, transformasi Whitening dapat meningkatkan tingkat pengenalan pada kondisi di mana dimensi ciri yang dihasilkan sangat kecil."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Restomi
"Dalam bidang pengenalan citra wajah dua dimensi telah diujikan sistem
jaringan saraf tiruan hibrida (JST-Hibrida) dan Averaging Representation berbasiskan Eigenface dan Fisherface. Dalam pengujiannya, JST-Hibrida memiliki kemampuan pengenalan yang lebih buruk dibandingkan Averaging Representation. Dalam penelitiannya, penulis mengimplementasikan jaringan saraf tiruan propagasi balik (JST-PB) yang ternyata memiliki kemampuan pengenalan di atas JST-Hibrida dan Averaging Representation. Untuk meningkatkan kinerja jaringan dan sekaligus mengoptimasi struktur jaringan maka digunakan algoritma genetika untuk memangkas koneksi-koneksi
yang tidak diperlukan. Algoritma genetika ternyata mampu menemukan solusi yang bagus dengan jumlah koneksi yang lebih kecil.
Dalam pengujiannya dipergunakan berbagai citra wajah dua dimensi
dengan berbagai variasi ekspresi dan pencahayaan. Metode yang digunakan untuk mereduksi dimensi citra adalah metode Fisherface. Metode Fisherface dapat mengenali wajah, baik untuk berbagai variasi cahaya dan ekspresi wajah. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Algoritma Genetika mampu meningkatkan kemampuan pengenalan JST-PB terhadap citra wajah dua dimensi."
2000
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Khairani
"Penelitian ini merupakan kombinasi dari penelitian-penelitian sebelumnya mengenai pengenalan sudut-pandang dan wajah 3D dengan menggunakan Jaringan Saraf Tiruan (JST) yang sebelumnya menggunakan Self Organizing Map (SOM) dalam representasi ruang eigen dan penerapan algoritma genetika dalam menentukan ruang ciri yang optimal. Pada penelitian kali ini Jaringan Neural Buatan yang digunakan adalah Learning Vektor Quantization (LVQ) dalam ruang eigen dengan mengaplikasikan algoritma genetika untuk mengoptimasi ruang ciri. Untuk menganalisa seberapa baik pengenalan dengan menggunakan algoritma LVQ ini, dilakukan beberapa eksperimen dalam penelitian ini untuk memperbandingkan tingkat pengenalan pada sistem fully-KLT dan Subset II-KLT, dengan menggunakan algoritma genetika dan dengan menggunakan full eigen untuk sistem dengan dan tanpa reduksi awal pada PCA untuk masing-masing dataset yang telah ditentukan. Tingkat pengenalan terbaik untuk pengenalan sudut basis mencapai 96,9 %, pengenalan sudut tengah mencapai 67,7 % pada sistem fully-KLT dan pengenalan sudut tengah pada subset II-KLT mencapai hasil tertinggi sebesar 80,6 %. Sedangkan untuk pengenalan wajah, tingkat pengenalan terbaik mencapai 79,2 %, pada pengenalan wajah peningkatan jumlah citra uji GA ternyata tidak memberikan perbaikan hasil pengenalan. Secara umum pengenalan dengan menggunakan algoritma genetika belum mampu menyaingi tingkat pengenalan dengan menggunakan keseluruhan eigen (full eigen). "
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lila Puspita Ardiati
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S39091
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
T. Faisal
"Beginning with the Airline Deregulation Act of 1978 in US, followed by the European Union in 1997, airlines have been constructing route networks of their own choosing rather than operating ones implicitly chosen for them by civil aviation authority. These changes have had profound effects on many aspects of airline operation, particularly fares, service, quality, and safety. But, most importantly, airlines have altered their route structures by developing hub-and-spoke networks, and this has affected all of these aspects. This structure is likely to flourish around the world as a consequence of airline liberalization and the growing trend toward privatization of this industry.
In a hub-and-spoke network, centrally located service facilities serve as the hubs. Flows from a set of outlying nonhub nodes arrive at hubs and, after regrouping, all leave the hub facilities bound either to other hubs or to their ultimate destinations. Thus, the flows from the same origin with different destinations are consolidated on the route to a hub facility and the flows with different origins but the same destination on the route out of a hub facility. The centralization and broader scope of operations let the system take advantage of economies of scale.
This paper proposes a framework to optimize the flight network using hub-and-spoke system. This problem consists of the determination of hub number, hub location and route assignment in order to minimize the overall transportation cost. The model is solved using genetic algorithm approach. Two networking strategies are considered:
1. Strict hubbing, in which a spoke is assigned to exactly one hub and all flows to/from spoke are channeled trough the same hub and
2. Nonstrict hubbing, in which a spoke can be assigned to more than one hub under certain condition. Different values of airport fixed costs are also implemented. Variations of these strategies are evaluated along with various parameters of air transport production using data on air passenger flows between top 30 Indonesian airports in 2000.
The result shows that the adoption of hub-and-spoke network increase the overall system performance with increasing load factor, frequency, coverage area, revenue passenger kilometer, available seat kilometer and more efficient utilization of aircraft. Moreover, Nonstrict hubbing strategy offers smaller total system cost, more routes and more nonstop flights."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T10674
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusuma Dewi
"Pengenalan wajah merupakan salah satu bidang dalam pengenalan pola. Pengenalan pola adalah disiplin ilmu yang bertujuan untuk mengklasifikasikan objek menjadi sejumlah kategori atau kelas. Seperti halnya pengenalan pola, pengenalan wajah bertujuan untuk mengklasifikasikan citra wajah menjadi sejumlah kategori wajah. Yang dimaksud dengan kategori wajah di sini adalah, siapakah pemilik wajah tersebut atau wajah tersebut termasuk kategori wajah siapa. Selama ini, umumnya feature untuk sistem pengenalan wajah berupa nilai grayscale per-pixel. Dalam tugas akhir ini, dilakukan uji coba untuk meneliti apakah feature kedalaman per-pixel dari gambar wajah memiliki pengaruh atau seberapa pentingnya feature kedalaman ini terhadap hasil pengenalan wajah. Representasi feature nilai grayscale dan kedalaman per-pixel ini adalah sebagai input untuk 2*32*32 neuron. Untuk mengetahui seberapa penting feature kedalaman ini, maka dilakukan perbandingan antara 3 macam hasil pengenalan yaitu hasil pengenalan dengan feature nilai grayscale saja, hasil pengenalan dengan feature kedalaman saja, dan hasil pengenalan dengan feature nilai grayscale dan feature kedalaman. Untuk pengujian, pengenalan wajah dilakukan dengan menggunakan Jaringan Neural Buatan (JNB) propagasi balik. Selanjutnya dilakukan pengenalan wajah dengan menggunakan JNB propagasi balik yang dioptimasi dengan algoritma genetika. Untuk memampatkan data masukan, maka digunakan transformasi Karhunen-Loéve. Pengujian dilakukan untuk data yang tidak ditransformasi dan data yang ditransformasikan dengan Karhunen-Loéve. Hasil uji coba menunjukkan bahwa feature kedalaman memiliki arti penting, yaitu dalam hal meningkatkan hasil pengenalan dengan memanfaatkan feature nilai grayscale digabung dengan feature kedalaman."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haries Efrika
"Penelitian ini adalah kelanjutan dari penelitian-penelitian sebelumnya mengenai pengenalan wajah dan penentuan sudut pandang wajah 3D dengan metode Nearest Feature Line (NFL) dan optimasi ruang ciri lewat Algoritme Genetika (GA). Umumnya, ruang ciri dibentuk berdasarkan vektor-vektor eigen dengan nilai-nilai eigen terbesar. Fokus utama penelitian ini terletak pada pengkombinasian vektor eigen (bukan hanya yang terbesar) dalam membangun ruang ciri. Untuk menganalisis seberapa baik ruang ciri yang dibentuk lewat cara tersebut, dilakukan beberapa eksperimen pengenalan wajah dan penentuan sudut pandang wajah 3D pada tiga skema-sistem: Fully-KLT, Subset-1-KLT dan Subset-2-KLT. Tingkat pengenalan yang diperoleh mencapai 91,7% untuk pengenalan wajah pada skema Fully-KLT dan Subset-2-KLT, dan mencapai 87,5% untuk penentuan sudut pandang wajah pada skema Fully-KLT. Berdasarkan hasil eksperimen, diperoleh kesimpulan bahwa ruang ciri dengan kombinasi vektor eigen dapat lebih optimal dalam hal representasi data spasial. Namun, ruang ciri yang tersusun atas vektor-vektor eigen terbesar unggul dalam hal perbandingan antara tingkat pengenalan yang diberikan dengan pengurangan lebar dimensi. "
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>