Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19285 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Slamet Irwan
"Skripsi ini bertujuan mengidentifikasi alur material besi tulangan pada pengelolaan limbah pembongkaran konstruksi sebagai salah satu limbah yang dihasilkan oleh pembongkaran rumah dari beton. Pengelolaan limbah konstruksi di Jakarta tidak dilakukan oleh kontraktor resmi, tetapi oleh penyedia jasa pengangkut sampau atau ""waste subcontractor ""yang kelembagaannya tidak resmi. Material besi hasil pembongkaran bangunan bersumber dari besi tulangan beton, dari kerangka atap baja, dari pagar besi, dari besi teralis, tangga dari besi pipa dll. Pada besi tulangan beton, ukuran material yang bisa didapatkan dari hasil pembongkaran adalah besi ukuran ?6-?20 mm. Besi-besi ini dipilah-pilah menjadi besi olahan dan besi rongsokan yang biasanya didefinisikan oleh para pelaku melalui penampilan fisik dari luar. Besi bermutu baik apabila bisa diperbaiki kembali, diluruskan dan diolah, bermutu rendah apabila terlihat rusak mengalami pelapukan. Material besi bekas bermutu baik ternyata dapat dipergunakan kembali untuk bangunan rumah sederhana, yaitu untuk besi tulangan dan sengkang. Pengolahan lain oleh tukang besi dapat menghasilkan barang seperti linggis, baut, pisau, pahat serta barang lainnya. Sedangkan material rongsokan biasanya dijual ke pabrik peleburan besi untuk dilebur kembali."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34766
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tito Prastyo Rahman
"Limbah Industri baja mill scale sudah berhasil diolah menjadi pigmen besi oksida warna kuning dan merah. Hasil pigmen besi oksida melalui variasi pH (4,7 dan 11) pengendapan menghasilkan fasa berupa goethit α-FeOOH, lepidokrosit γ-FeOOH dan magnetit Fe3O4. Pengaruh peningkatan pH saat pengendapan maka menurunkan terbentuknya fasa besi hidrat dan terbentuknya fasa besi oksida. Sedangkan pigmen merah hematit Fe2O3 diperoleh setelah proses kalsinasi 900oC selama 2 jam penahanan. Disimpulkan bahwa hasil sintesa mill scale menjadi pigmen kuning terbaik terjadi pada pH-4 dan pigmen merah terbentuk pada calsinasi CpH-11, kondisi ini yang paling mendekati produk pigmen komersil. Perlu penguasaan teknologi milling untuk mencapai standard ukuran partikel pigmen komersil.

Industry Steel Waste (Mill Scale) have processed successfully into yellow and red iron oxide by precipitate method. Variation pH (4, 7, and 11) in the precipitate method resulted Goethite (α-FeOOH), Lepidocrosite (γ-FeOOH), and Magnetite (Fe3O4) phase. Increasing pH value in the precipitate method show decreasing fraction iron hydrate's phase and growing iron oxide's phase. Red oxide was processed by calcination temperature until 900oC for 2 hour. As conclution of this research is yellow oxide synthetic pigment occur in pH value 4 and red oxide synthetic pigment occur in pH value 11. This condition shown like identic with iron oxide commercial pigment. Fine milling will be needed to reach particle size commercial pigment standard.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T41518
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
06 Pur p-1
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ibrahim Sofjan
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S49242
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triadi Sugiarto
"Indonesia mempunyai jebakan endapan bgiih besi berbenfuk pasir sekilar 1.020 milyar ton, terletak di paniai seiaran P. Jawa, rnulai dari Pasuruan di Jawa Timur sampai dengan Jampang Kulon di Jawa Barat. BWI: besi tersebui jika a'ikonsentrasikan dapaf mencapai kadar°50-60 % Fe, berjumlah selahzr 127 juta ton dengan kandungan 4-22% Ti0;. Oleh karena itu, Imnsenrrar ini merupakan sumber iim euit yand dapar diproses untuk pembuaran pigmen Ti0;.
Pembuatan pigmerk Ti02 dengan pemrosesan pasir besi titanium' (PBT) merupakan upaya pemanfaaran PBT yang endapannya banyak terdapat di panti selaran P. Jawa. Penelitian tahap awal ekstraksi ini melputi pemeriksaan sampel di Iaborarorium, baik sifat jisilm maupun Icimia dan juga mineraioginya. Selanjumya difakukan proses pelindian untuk mencari kondisi qpitimal untulr dilakukan proses selanjutnya sebagni tahapan untuk mendapatkan pigmen .'I`i02.
Setelah dilakukan pengujian dilzasiikan kondisi optimal unruk proses pelindian pasir besi Cilacap ini yaifu pada kondisi konsenrrasi HCI 30 % berat, temperatur I 05° C dan walctu pelbldian 75 menit. Pada kondisi ini dihasilkan persen ekstraksi T i0; sebesar 7725 7 % dan ekstraksi Fe total sebesar 82,82%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S41526
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukmanul Hakim
"Nanoteknologi telah menjadi harapan dan tumpuan masyarakat dunia untuk menunjang teknologi masa depan. Material nanopartikel biasanya menunjukkan sifat elektrik, optik, magnetik dan kimia yang sangat unik yang tidak diperoleh pada material bulknya. Terutama besi oksida dan ferrite memperlihatkan sifat yang sangat menarik karena kepentingan teknologinya dalam nanoteknologi pada pasar informasi, agen kontras MRI, dan ferrofluida. Akan tetapi nanopartikel memiliki kecenderungan untuk saling beragregasi. Sehingga diperlukan senyawa tertentu untuk melapisinya. Dalam penelitian ini, nanopartikel besi oksida disintesis menggunakan asam oleat dan asam laurat sebagai molekul pelapis. Pembuatan nanopartikel besi oksida menggunakan metode dekomposisi termal dengan prekursor besi(III) asetilasetonat, Fe(acac)3. Garam Fe(III) terlebih dahulu direduksi oleh alkohol menjadi Fe(II) yang kemudian diikuti dengan dekomposisi pada suhu tinggi. Asam oleat dan asam laurat bertindak sebagai molekul pelapis (capping reagent) yang berfungsi untuk melapisi permukaan nanopartikel dan mencegah agregasi nanopartikel besi oksida. Spektra fourier transform infrared (FTIR) menunjukkan bahwa molekul asam oleat teradsorbsi pada permukaan nanopartikel magnetite. Analisis dengan scanning electron microscopy (SEM) menggambarkan asam oleat melapisi partikel dengan isolasi dan memiliki dispersibilitas yang baik. Pengukuran dengan particle size analyzer menghasilkan nanopartikel besi oksida dengan ukuran 23.3 nm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30374
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sulaksana Permana
"Saat ini tantalum dan niobium yang merupakan salah satu dari empat belas unsur kritis di dunia telah mengalami defisit pasokan sejak tahun 2015. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha untuk mendapatkan sumber lain dalam rangka memenuhi kebutuhan tantalum dan niobium di berbagai segmen industri yang semakin meningkat. Salah satu sumber alternatif untuk memenuhi kebutuhan tantalum dan niobium tersebut adalah terak timah Bangka (TTB) yang mengandung Ta2O5 0,33 % berat dan Nb2O5 0,64 % berat.
Tinjauan pada terak timah Bangka yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya menyatakan bahwa perolehan nilai rasio pengayaan yang rendah disebabkan kurang efektifnya proses pelindian, baik melalui rute asam-basa maupun basa-asam. Oleh karena itu, kebaruan penelitian ini difokuskan pada penggunaan proses roastingquenching (pemanggangan diikuti dengan pencelupan secara cepat ke dalam air) sebagai pre-treatment proses pelindian dengan lima rute berbeda. Dengan proses roasting-quenching tersebut diharapkan akan terjadi peretakan panas (thermal cracking), reduksi ukuran partikel yang akhirnya memperluas area pembasahan. Dengan lebih luasnya area pembasahan akan memudahkan terjadinya reaksi antara oksida berharga maupun oksida lain dengan larutan pelindi dan pada akhirnya diharapkan akan meningkatkan rasio pengayaan tantalum oksida dan niobium oksida dalam TTB tersebut. TTB yang telah mengalami pemanggangan pada suhu 900⁰C diikuti dengan pencelupan secara cepat ke dalam air dan pengayakan, hasil prosesnya disingkat TTB-TPP.
Pada studi ini TTB-PPP dilakukan pelindian dengan 5 rute variasi pelarut dan variasi konsentrasi pelarut. Adapun 5 rute variasi pelarut adalah: (i) HF; (ii) HCl; dilanjutkan ke dalam NaOH; (iii) NaOH dilanjutkan ke dalam HClO4; (iv) NaOH dilanjutkan ke dalam H3PO4 dan (v) NaOH dilanjutkan ke dalam HClO4 terakhir H2SO4.
Hasil karakterisasi menggunakan X-Ray Fluorescence (XRF), Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-ray Analysis (SEM-EDAX), Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) dan Inductively Coupled Plasma-Optical Emission Spectrometry (ICP-OES) yang dilakukan terhadap TTB, TTB-PPP, residu dan filtrate hasil pelindian ditemukan bahwa TTB-PPP yang dilakukan pelindian dengan larutan NaOH 8 M (2 jam), dilanjutkan pelindian dengan larutan HClO4 0,8 M (2 jam), dan terakhir dilakukan pelindian dengan larutan H2SO4 0,8 M (2 jam), menghasilkan rasio pengayaan paling optimum yaitu 4,09 untuk tantalum oksida dan 3,34 untuk niobium oksida. Sedangkan pelindian TTB-PPP dengan NaOH 8 M (2 jam) dilanjutkan dengan H3PO4 1,5 M (2 jam) menghasilkan rasio pengayaan tantalum oksida 3,7 dan niobium oksida 3,02.

Currently tantalum and niobium which are one of the fourteen critical elements in the world has experienced supply deficits since 2015. Therefore, efforts are needed to obtain alternative sources in order to meet the supplies of tantalum and niobium in various industry segments that are increased. One alternative source to meet the needs of tantalum and niobium is Bangka tin slag (BTS) containing Ta2O5 0.33 % wt and Nb2O5 0.64 % wt.
A review of the Bangka tin slag that has been performed by previous researchers stated that low enrichment ratio values are due to ineffective leaching processes, both acid-base and acid-base routes. Therefore, the novelty of this research is focused on the use of roasting-quenching process (roasting followed by rapid quenching into water) as pre-treatment of leaching process with five different routes. With the roastingquenching process it is expected to provide thermal cracking, reduction of particle size which eventually expanded the wetting area. With a wider area of the wetting will facilitate the reaction between the precious oxide and other oxides with the leachate solution and ultimately it is expected to increase the ratio of enrichment of tantalum oxide and niobium oxide in tin slag Bangka. In the 900⁰C roasted BTS followed by a rapid quenching into the water and sieving, the result of the process is abbreviated as BTS-RQS.
In this study, BTS-RQS leached with 5 routes of solvent variation and variation of solvent concentration. The 5 routes of solvent variation are: (i) HF; (ii) HCl is continued into NaOH; (iii) NaOH is continued into HClO4; (iv) NaOH is continued into H3PO4 and (v) NaOH is continued into HClO4 and the final into H2SO4.
The results of characterization using X-Ray Fluorescence (XRF), Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-ray Analysis (SEM-EDAX), Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) and Inductively Coupled Plasma-Optical Emission Spectrometry (ICP-OES) performed on BTS, BTS-RQS, leaching residues and leaching filtrates found that BTS-RQS leached by 8 M NaOH solution (2 h), followed by leaching with HClO4 0.8 M (2 h), and lastly leached with a solution of H2SO4 0.8 M (2 h), yielding the most optimum enrichment ratio of 4.09 for Ta2O5 and 3.34 for Nb2O5. While BTS-RQS leaching with 8 M NaOH (2 h) followed by 1.5 M H3PO4 (2 h) resulted in an enrichment ratio of 3.7 for Ta2O5 and 3.02 for Nb2O5."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
D2448
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Ekstraksi zink oksida dari dross zink umumnya dilakukan melalui proses pirometalurgi, yang membutuhkan biaya besar karena berlangsung pada temperatur tinggi Dengan demikian suatu teknik produksi tampa pross temperatur tinggi tentulah akan jauh lebih ekonomis dan lebih mudah penanganannya. Untuk itulah dilalcukan penelitian ini sebagai altematifdalam menghasilkan zink oksida dari dross zink.
Penelitian ini dilakukan dengan dua jalan pengendapan oleh natrium hidroksida, yaitu pengendapan hidroksida tertentu dan bertingkat dengan terlehih dahulu dilakukan penelitian untuk mendapatkan konscntrasi leaching optimum dari HQSO4. Pada pengendapan hidroksida tertentu digunakan 10 gr dross zink yang telah terlebih dahulu direduksi ukurannya dalam 250 ml H3804 2 M, sedangkan pengendapan hidroksida bertingkat mengguuakan 120 gr dross zzink dalam 1800 ml H2304 2 M. Proses pencucian yang dilakukan sampai tiga kali cukup berpengaruh dalam menghilangkan dan memisahkan garam-garam anhidrat (Na2S04) dari zink hiroksida, akan tetapi belum cukup optimal untuk menghilangkannya secara total. Proses kalsinasi diperlukan untuk mengubah zink hidroksida menjadi zink oksida, dengan temperatur 250 °C selama 2 jam.
Melalui perbandingan hasil XRD terhadap data satandar PDF (kartu JCPDS, Powder Digiacliun File) didapatkan bahwa fasa yang terbentuk adalah zink oksida.
Zink oksida yang dihasilkan dari penelitian ini, memiliki tingkat kemunjan yang tinggi (95,0ll'7% untuk pengendapan selektif dan 93,66% untuk pengendapan bertingkat).
Dengan demikian, proses leaching H2304 dan pcnegndapan hidroksida ini cukup Iayak dijadikan sebagai metode altematif untuk menghasilkan zink oksida dari dross zink_"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41451
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifahny Intan Satria Akhmad
"Ion tripolifosfat (P3O10-5) merupakan salah satu bentuk fosfat yang umumnya ditemukan pada limbah deterjen. Apabila tidak diolah dapat menyebabkan eutrofikasi (blooming alga). Karbon aktif yang dimodifikasi dengan besi oksida dapat digunakan untuk mengurangi jumlah ion tripolifosfat. Karbon aktif dibuat dengan memanfaatkan limbah lindi hitam hasil samping produksi bioetanol. Preparasi komposit karbon aktif/besi oksida dilakukan dengan menambahkan larutan besi dari FeSO4.7H2O ke dalam karbon aktif.
Hasil karakterisasi menggunakan difraksi sinar-X menunjukan bahwa besi oksida yang terbentuk pada komposit karbon aktif/besi oksida merupakan fase goethite (α-FeOOH) dan berdasarkan data EDX jumlah kandungan besi yang terdapat pada kompossit karbon aktif/besi oksida adalah 17%. Kinerja komposit karbon aktif/besi oksida terhadap adsorpsi ion tripolifosfat dievaluasi berdasarkan uji variasi konsentrasi larutan awal tripolifosfat, pH, kecepatan agitasi dan waktu kontak. Persentase efisiensi maksimum ion tripolifosfat mencapai 96,87% dengan kapasitas adsorpsinya 1,5992 mg/g pada pH 3, konsentrasi awal larutan tripolifosfat 3 mg/L dan dosis adsorben 0,1 g.
Hasil tersebut menunjukan bahwa karbon aktif yang dikompositkan dengan besi oksida memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi untuk menurunkan ion tripolifosfat. Pada penelitian ini juga dilakukan desorpsi fosfat menggunakan medium asam sulfat, asam sitrat dan akuades. Jumlah fosfat yang terdesorpsi lebih besar dalam medium asam sulfat dengan persentase desorpsinya sebesar 87,71% selama 9 jam.

Tripolyphosphate ion, known as P3O10-5, is one of phosphate forms which mostly recognized in the laundry wastewater. The abundant quantities of trpolyphosphate ions in the water resources potentially lead eutrophication or algae blooming therefore it damaged the inside-living organisms. To mitigate excess ion, activated carbon was modified with iron oxide can be used to remove the amount of tripolyphosphate ions. Activated carbon was made by utilizing black liquor waste water from bioethanol side-production. Activated carbon/iron oxide composites were prepared by introducing activated carbon into iron solution made from FeSO4.7H2.
The result from X-ray diffraction characterization showed the main iron oxide actually present in the composites was goethite (α-FeOOH) and based on the result of SEM-EDX measurement it contained 17% of iron element. The performance of activated carbon/iron oxide composites on the adsorption of tripolyphosphate ions was evaluated by various initial concentrations of tripolyphosphate solutions, which were adsorbent dose, pH, mixing speed, and contact time. The maximum efficiency percentage of tripolyphosphate ions reached 96.87% with adsorption capacity of 1,5992 mg/g at an initial tripolyphosphate concentration of 3 mg/L, solution pH of 3 and 0,1 g of adsorbent dose.
The results indicated that activated carbon/iron oxide were more effective to decrease tripolyphosphate ions than only activated carbons. This study also conducts desorption experiments of phosphate on sulfuric acid, citric acid, and aquades solutions. Amount of phosphate desorption in sulfuric acid medium was the highest desorption percentage around 87,717% within 9 hours.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T54411
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>