Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109189 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"Pewamaan serat dengan menggunakan pewama aiami cukup sederhana. Berbagai infonnasi tentang pewama alami dan cara penggunaannya sudah banyak tersedia dan cukup mudah untuk ditemukan. Oleh karena ltu masyarakat dapat dengan mudah mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, meski
penggunaan pewama a!ami sudah cukup dikenal oleh masyarakat, inforrnasi secara ilmiah tentang pengaruh penggunaan pewama alami sebagai pewarna kain terhadap sifat fisika dan kimia kain atau serat masih sedikit sekali. Pada kondisi operasi temperatur 80 O'C dan tekanan I atm. kain sutera dengan ukuran 4 x 40 em dipanaskan dalam larutan pewama kulit akar pohon mengkudu (Morinda Citrifolia) dengan variasi kandungan berat (1; 3; 5; 10; 15; 20) g daiam 300 mL air, variasi waktu perendaman (30 menit dan 60 rnenit) serta variasi dengan dan tanpa penggunaan kalsium karbonat (kapur atau CaCO:;) sebanyak 0.26 g scbagai bahan jembatan kimia dan pengarah warna. SeteJah diberi wama, kaln diltii kekuatan tarik, ketuaan wama, dan ketahanan luntur wama terhadap pencucian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil optimum diperoleh pada pewamaan menggunakan mordan dengan variasi berat 10 g/300 rnl air pada waktu perendaman 30 menit yang memilik.i penunman kekuat.an tarik yaitu &.96% (dalam batas toleransi SNI 08-434\l-1996 yaitu lrurang dari 10%), wama dengan keecrahan (L*) sebesar 73,92; arab merah (a*) sebcsar 27,33; arab lcuning (b*) sebesar 32.25; dan ketahanan luntur
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49519
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pewamaan serat tekstil dengan menggunakan pewama alami cukup sederhana. Berbagai infonnasi tentang pewarna alami dan cara penggunaaonya te1ah tersedia dan cukup mudah untuk ditomukan. Oleh karena itu masyarakat dapat dengan mudah mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-harL Akan tetapi, meski penggunaan pewarna alaml sudah cukup dikenai oleh masyarakat, informasi secara ilmlah tentang pengaruh penggunaan pewama alami sebagai pewama kain terhadap sifat fisika dan kimia kain atau serat masih sedikit sekali.
Pada temperatur 87 °C dan tekanan J atm, kain sutern dengan ukuran 4 x 40 em dipanaskan dalam larulan pewarna kayu secang (Caisalpinea Sappan) dengan kandungan berat 20 g dalam 500 mL air. Dan variasi waktu perendaman (30 menit dan 60 menit) serta variasi penambahan mordant (0.25g, 0.5g, lg, 1.5g, 2g, 3g, 4g).Tawas (Alz(SO,),) sebagai bahan jembatan ldmia dan pengarab warna. Setelah diberi warna., kain diuji ikatan yang teljadi menggunakan spektroskopi FTlR. Pada uji FTlR diketahui ikatan yang teljadi pada pewarnaan tanpa mordant adalah ikatan kovalen antara gugus OH pada brazilin dengan gugus amino pada seratsedangkan pada pewamaan dengan mordant terbentuk ikatan kompleks antara pcwama dan serat.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49468
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Berbagai informasi tentang pewarna alami dan cara penggunaannya sudah
banyak tersedia dan cukup mudah untuk ditemukan. Akan tetapi, meski penggunaan
pewarna alami sudah cukup dikenal oleh masyarakat, informasi secara ilmiah
tentang pengaruh penggunaan pewarna alami sebagai pewama kain terhadap sifat
fisika dan kimia kain atau serat masih sedikit sekali. Hasil pewamaan alami perlu
memiliki kualitas dalam hal warna, tidak luntur, dan sifat fisik yang memenuhi
syarat sebagai bahan pakaian atau bahan keperluan rumah tangga sehingga
menghasilkan warna yang menarik dan terbaik untuk dapat dipasarkan.
Pada kondisi operasi temperature 87°C, kain sutera dipanaskan dalam
larutan pewarna kayu tingi dengan variasi berat pewarna sebesar 10 g, 15 g, dan
20 g dalam 500 ml air. Selain itu, dilakukan variasi penambahan mordan ( 0.03 g;
0.1035 g; 0.17 g; 0.242 g; 0.34 g ) dan lama waktu pencelupan ( 30 dan 60 menit ).
Setelah dilakukan proses pewarnaan seperti diatas, dilakukan uji FTIR pada sampel
kain sutera. Hasil dari FTIR menunjukkan bahwa terjadi ikatan antara N pada
fibroin sutera dan O pada senyawa pewarna tingi yaitu catechin jika dilakukan
proses pewarnaan tanpa mordan. Jika menggunakan mordan CaCO3, maka Ca akan
memutus ikatan ganda C=O pada fibroin sutera dan berikatan dengan O baik pada
fibroin sutera maupun dengan pewarna.
Selain itu, juga dilakukan uji ketahanan luntur dari kain sutera. Uji
pencucian ini dilakukan dengan mencuci sampel menggunakan deterjen sebanyak 3
kali. Persentase kelunturan yang terjadi adalah sebesar 0.252 - 0.262 %. Jika
dibandingkan dengan skala abu - abu, maka akan bernilai 4 -5 atau baik terhadap
ketahanan luntumya.
Wama yang dihasilkan dari proses pewarnaan ini bermacam - macam,
tergantung dari berat pewarna, lama pencelupan dan berat mordan yang digunakan.
Sehingga disimpulkan bahwa pada proses pewarnaan menggunakan kayu tingi
sebagai pewarna alami pada pewarnaan kain sutera tidak mempunyai wama yang
paling baik atau optimum. Semua wama yang dihasilkan akan mempunyai kualitas
warna yang berbeda tergantung pada pemakai"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49484
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pewarna alami sudah lama dikenal orang tetapi pembahasan ilmiah secara ilmiah
belum banyak diperoleh. Di bawah ini akan diuraikan pembahasan pewarna alami Bixa
orellana dari sudut pandang fisika dan kimia yang terjadi pada kain.
Bixa orellana terdiri dari senyawa utama bbcin dan norbirin. Dalam penelitian ini
tidak dilakukan pemisahan walaupun masing-masing senyawa tersebut menghasilkan
warna yang berbeda. Pada kondisi operasi 32 °C dan tekanan 1 atm kain sutera Thailand
dengan ukuran 4 x 40 cm dipanaskan dalam larutan pewama bixin (Bixa orellana) dengan
variasi berat 1 g, 3 g, 5 g, 10 g, 15 g dan 20 g, variasi waktu pencelupan 30 dan 60 menit,
Serta variasi penggunaan alum (AI2(SO4)3) sebanyak 0.28 g sebagai bahan pengikat
wama.
Pembahan sifat Esika ditandai oleh perubahan kekuatan tarik dan warna kain.
Perubahan sifat kimia ditandai oleh perubahan tahan luntur wama terhadap pencucian dan
dari ikatan ion (pewarnaan tanpa mordant) menjadi ikatan kovalen (pewarnaan dengan
mordant). Hasil penelitian menunjukkan bahwa basil nilai optimum yang diperoleh
adalah pada pewarnaan menggunakan mordant dengan kandungan berat pewarna dalam
larutan 15 g dengan waktu pencelupan 60 menit. Sutera putih (standar) memiliki kekuatan
tarik sebesar 54.699 kg/75 cm2 mengalami perubahan sifat fisika, yaitu kekuatan tarik
menjadi 39.65 kg, warna dalam paramater L*(Iightness) sebesar 79-77 (skala 0-100),
a*(merah) sebesar 20.13, b*(kuning) sebesar 68.31 (skala -100-100) serta ketahanan
luntur warna 4 (balk). Secara umum, dengan pertimbangan kelayakan jual dan pakai,
hasil uji sifat fisika (kuat tarik, ketuaan warna) dan sifat kimia (ketahanan luntur warna)
kain sutera hasil pewarnaan dengan Bira orellana masih memenuhi nilai jual dan pakai."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49440
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tingginya tingkat pencemaran yang berasal dari limbah buangan industri tekstil telah mendorong pabrik tekstil terutama pabrik batik untuk menggunakan zat wama alami. Penggunaan pewama alami menguntungkan bagi produsen wama alami I-:arena biayanya murah sedangkan untuk konsumen ada rasa kebanggaan tersendiri memakai kain ( pakaian ) yang diberi wama alami.
Hasil pewamaan alami perlu memiliki kualitas dalam hal wama, tidak lunmr, dan sifat iisik yang memenuhi syarat sebagai bahan pakaian atau bahan keperluan rumah tangga.
Pada kondisi operasi suhu 82 "C dan tekanan 1 atm, kain katun dengan ukuran 4x40 cm dipanaskan dalam larutan pewama kunyit ( Curcuma Ionga )
dengan variasi kandungan berat kunyit ( 10, 20, 30, 40, 50 g dalam 600 mL air ), variasi walml perendaman ( 30 menjt dan 60 menit ] Serta variasi dengan clan tanpa penggunaan alumunium sulfat ( alum atau A12(SO4)3 ) sebanyak 0.28 g sebagaj bahan pengawet wama ( mordan ). Setelah diberi wama dengan variasi diatas, lcain diuji sifat
Hasilnya yaitu kuat tarik dan kemampuan kain menahan tarikan tersebut ( elongasi ) dan kemuclian dianalisis perubahan sifat fisika dan kimia dari kain tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penarnbahan kandungan berat kunyit dalam larutan pewarna serta semakin lamanya percndaman menurunkan kuat tank kain katun dan juga menaikkan elongasi ( perpanjangan ) kain_ Hasil Iainnya adalah kuat tarik kain katun berwama tanpa mordan lebih tinggi daripada kain yang menggunakan mordan Dengan demjkian elongasi kain wama tanpa mordan menjadi lebih pendek dibandingkan elongasi kain wama dengan mordan. Pewarnaan optimum diperoleh pada variasi kandmagan kunyit 30 g dengan waktu perendaman 30 dan 60 menit."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49418
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakhru Adlan Ayub
"Radikal bebas pada tubuh salah satunya Reactive Oxygen Species (ROS) dapat dihasilkan dari metabolisme seluler normal dari tubuh. Radikal bebas dapat menyebabkan stress oksidatif yang dapat mengganggu fungsi fiologis tubuh. Stress oksidatif dapat dicegah oleh antioksidan yang dapat dihasilkan oleh tubuh ataupun dari luar tubuh seperti dari tumbuhan. Mengkudu (Morinda citrifolia) merupakan salah satu tumbuhan herbal yang dikenal memiliki antioksidan dan digunakan sebagai pengobatan. Penelitian mengenai analisis fitokimia dan aktivitas antioksidan mengenai daun mengkudu khususnya dari Jakarta Utara masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan komponen senyawa fitokimia dan aktivitas antioksidan pada ekstrak etanol, etil asetat, dan heksana daun mengkudu dari daerah Jakarta Utara. Sampel daun mengkudu (Morinda citrifolia) diekstrasi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol, etil asetat, dan heksana. Kandungan fitokimia diujikan secara kualitatif melalui skrining fitokimia dari senyawa alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin, triterpenoid, steroid, dan uji kromatografi lapis tipis (KLT) serta diujikan secara kuantitatif dengan menguji kandungan total fenol, flavonoid, dan triterpenoid. Aktivitas antioksidan diuji dengan metode DPPH (2,2- diphenyl-1-picryl hidrazil) menggunakan kontrol positif Vitamin C dan diukur dengan spektofotometri UV-Vis dengan panjang gelombang 515 nm dan aktivitas antioksidannya dinyatakan dalam nilai IC50. Ekstrak etanol dan etil asetat daun mengkudu (Morinda citrifolia) dari daerah Jakarta Utara mengandung flavonoid, glikosida, fenol, dan triterpenoid, sedangkan ekstrak heksana mengandung flavonoid dan fenol. Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol dan etil asetat memiliki nilai IC50 secara berurutan 1258,02 µg/mL dan 4865,62 µg/mL. Daun mengkudu (Morinda citrifolia) dari daerah Jakarta Utara memiliki kandungan senyawa fitokimia flavonoid, fenol, glikosida, dan triterpenoid. Aktivitas antioksidan daun mengkudu pada penelitian ini termasuk ke kategori tidak aktif.

Free radicals in the body, one of which is Reactive Oxygen Species (ROS), can be generated from the normal cellular metabolism of the body. Free radicals can cause oxidative stress, interfering with the body's physiological functions. Oxidative stress can be prevented by antioxidants produced by the body or from outside the body, such as plants. Noni (Morinda citrifolia) is one of the herbal plants known to have antioxidants and is used as a treatment. Research on phytochemical analysis and antioxidant activity on noni leaves, especially from North Jakarta, is still limited. This study aims to determine the component content of phytochemical compounds and antioxidant activity in ethanol extract, ethyl acetate, and hexane of noni leaves from North Jakarta. Noni (Morinda citrifolia) leaf samples were extracted using the maceration method with ethanol, ethyl acetate, and hexane as solvents. Phytochemical content was tested qualitatively through phytochemical screening of alkaloids, flavonoids, glycosides, saponins, tannins, triterpenoids, steroids and thin layer chromatography (TLC). It was also quantitatively tested by testing the content of total phenols, flavonoids, and triterpenoids. The antioxidant activity was tested by the DPPH method (2,2-diphenyl-1-picryl hydrazil) using a positive control of Vitamin C and measured by UV-Vis spectrophotometry with a wavelength of 515 nm. The antioxidant activity was expressed in IC50 values. Ethanol and ethyl acetate extracts of noni (Morinda citrifolia) leaves from North Jakarta contain flavonoids, glycosides, and triterpenoids, while hexane extract contains flavonoids and phenols. The results of the antioxidant activity test of ethanol and ethyl acetate extracts had IC50 values ​​of 1258.02 g/mL and 4865.62 g/mL, respectively. Noni (Morinda citrifolia) leaves from North Jakarta contain phytochemical compounds, such as flavonoids, phenols, glycosides, and triterpenoids. In this study, the antioxidant activity of noni leaves is included in the inactive category."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bima Dharmaputera
"Tanaman mengkudu ( Morinda citrifolia ) merupakan salah satu
tanaman obat tradisional yang tumbuh sampai dengan ketingian 500 m dari
permukaan iaut. Tanaman ini berasal dari Asia Tenggara tapi penyebarannya
begitu luas sampai ke daerah Pasifik selatan.
Bagian dari tanaman ini yang digunakan sebagai sumber obat adalah
daun, akar, batang, bunga dan buahnya. Banyak penelitian yang telah
dilakukan untuk mengetahui kandungan zat apa saja yang terdapat pada
tanaman mengkudu, ternyafa zat-zat tersebut merupakan senyawa alkaloid,
terpenoid, antrakuinon dan kumarin.
Ada bagian dari tanaman ini yang belum banyak diketafiui kandungan
zatnya yaitu biji dari buah mengkudu. Maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan zat apa saja yang terdapat pada biji mengkudu
dari buah matang dan apakah zat yang terdapat pada biji buahnya sama
dengan zat yang terdapat pada buahnya.
Pada penelitian ini biji buah mengkudu direfluks dengan berbagai
pelarut, seperti air, etanol dengan variasi kelarutan dan kloroform. Namun
yang berhasii mengekstrak biji mengkudu adalah pelarut etanol dengan kadar
40% dan campuran etanol 40% dan kloroform. Hasil ekstraksi kernudian
dianalisis dengan menggunakan IR dan GC-MS. Dari analisis tersebut
didapat senyawa yang biologis aktif pada ekstrak etanol 40% dan ekstrak
campuran etanol 40% dan kloroform. Senyawa tersebut adalah skopoletin
dengan rumus molekul C10H8O4 dan limonen dengan rumus molekul C10H18.
Pada hasil ekstrak pelarut etanol 40% dari 50 gram biji buah
mengkudu didapat minyak kuning kecoklatan seberat 1,32 gram ( 2,64% ).
Kadar skopoletin yang diperoleh adalah 37,42%. Sedang pada hasil ekstrak
pelarut campuran etanol 40% dan kloroform dari 50 gram biji buah mengkudu
didapat minyak kuning seberat 1,48 gram ( 2,96% ). Kadar skopoletin yang
diperoleh adalah 55,87% dan kadar limonen yang diperoleh adalah 4,29"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rimania Dwi Haryani
"Beberapa jenis obat memiliki sifat sukar larut dalam air sehingga perlu ditingkatkan kelarutannya menggunakan sistem pembawa obat. Pada penelitian ini digunakan miselbiosurfaktan sebagai pembawa obat carvedilol, obat yang memiliki kelarutan 0.0044 mg/mL dalam air. Biosurfakan saponin didapatkan dari ekstrak daun mengkudu Morinda citrifolia L. yang mudah didapat di Indonesia. Saponin dalam fraksi air diidentifikasi dengan uji fitokimia dan dikarakterisasi dengan FTIR, spektrofotometer UV-Vis, dan mikroskop optik. Nilai CMC saponin didapatkan 500 ppm dalam air, 300 ppm dalam media pH 1.2, dan 600 ppm dalam media pH 7.4. Nilai solubilisasi carvedilol dalam misel dilakukan dengan spektrofotometer UV-Vis. Solubilisasi optimum didapatkan pada konsentrasi saponin 1000 ppm, konsentrasi carvedilol 300 ppm, dan waktu kontak 5 jam. Dalam media pH 7.4, carvedilol dapat terdisolusi lebih baik dibandingkan dalam media pH 1.2 dalam waktu 1 jam.

Some of medicines have the characteristic of insoluble in water so they require a drug carrier system to enhance its solubilization. This research uses a micelle drug carrier system to carry carvedilol, which is a drug with 0.0044 mg mL of water solubility. Bio surfactant saponin got from the extract of noni Morinda citrifolia L. leaves that easily get in Indonesia. The saponin is extracted from the water fraction that has been identified byfito chemical test and has been characterized using FTIR, spectrophotometer UV VIS, and through optical microscope. The CMC value is 500 ppm in water, 300 ppm in pH 1.2, and 600 ppm in pH 7.4. The measurement of micelles rsquo s optimum solubilization for carvedilol is measured by UV Vis spectrofotometry. Result shows that the maximum solubilization of carvedilol in the maximum saponin concentration of 1000 ppm is 300 ppm, and the time required of making contact is 5 hours. The disolution percentage of carvedilol better in pH 7.4 than in pH 1.2 within 1 hour.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66830
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>