Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181364 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aminuddin
"Krisis ekonomi yang berlangsung sejak tahun 1997 di Indonesia mengakibatkan bertambahnva jumlah orang miskin, Jaya bell masyarakat menurun, harga bahan pokok melambung, munculnya ancaman kelaparan dan kerawanan gizi terutama pada kelompok anak Balita.
Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPSBK) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencegah agar masyarakat miskin tidak makin terpuruk , Program tersebut meliputi: peiayanan kesehatan dasar bagi anggota keluarga miskin; pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas dan balita; perbaikan gizi ibu hamil, menyusui dan balita serta pengembangan model JPKM.
Studi longitudinal program JPSBK pada 5 propinsi di Indonesia memperlibatkan adanya kecenderungan perbaikan status gizi dan penurunan infeksi pada balita. Dalam rangka mengetahui dampak program JPSBK terhadap status gizi anak BADUTA maka Pusat Studi Gizi dan Pangan (PSGP) Universitas Hasanuddin bekerjasama dengan Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI melakukan penelitianpada 2 Kabupaten yakni Maros Propinsi Sulawesi Selatan dan Tangerang Propinsi Banten. Data yang dianalisis dalam rangka pembuatan Iesis ini adalah bagian dari penelitian yang diiaksanakan di Kabupaten Tangerang.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak program JPSBK terhadap status gizi dan prevalensi penyakit infeksi anak BADUTA dengan desain penelitian Time Series (trend)_ Sedangkan yang menjadi sampel daiam penelitian ini adalah bayi dan anak yang berumur 6 - 23 buaan.
Dari hasil analisis dengan menggunakan indikator < -2 z- score untuk PBIU,BBIPB dan BBIU ditemukan anak baduta Gakin malnutrisi setelah setahun program 3PSBK masing-masing berturut-turut 43,3°/x; 14% dan 45,1% . Untuk poia asupan makanan meningkat pads. BADUTA GAKIN dan non GAKIN setelah setahun program JPSBK. Prevalensi penyakit infeksi meningkat pada kasus diare dan demam tetapi menurun untuk kasus ISPA. Pada BADUTA non GAKIN prevalensi diare dan ISPA menurun tetapi meningkat pads kasus demain. Variabel yang bermakna dalam penalitian ini hanya pola asupan makanan, penyakit Diare dan ISPA.
Dari basil yang diperoleh dalam penekitian ini maka disarankan untuk mencontoh model program JPSBK untuk menanggulangi status gizi anak Baduta yang sifatnya darurat.

Impact of Infectious Diseases and Quality of Nutrition Intake Method Concerning to Nutrition status of Children Under Two Years Age Before and After One Year of Social - Health Safety Net Program (SHSNP) at Tangerang District Banten Province in Year 2000
During Indonesia economic crisis since 1997 has made impact to increase the numbers of poor, decrease the purchasing power of people, to rise the prices of primary goods then starvation and malnutrition comes up among children under five years old.
Social - Health Safety Net Program (SHSNP) is one of action of government to prevent the poor people should not be more savers. This program included primary health services for poor family, maternal and child services, mother nutrition, breastfeeding and develops SHSNP model
Longitudinal study of this program at five provinces in Indonesia has shown the improvement of nutrition status and decrease of infectious diseases on children under five years old or BALITA. Recording to find out the effect of this program to the improvement of nutrition status on children under five years old, Direktorat Bina Gizi Masyarakat or Directorate of Cultivate of Community Nutrition Ministry of Health, Republic of Indonesia has studied at 2 (two) Districts; Maros on South Sulawesi Province and Tangerang on Banten Province. The data that analyzed in this study is part of research that has run on Tangerang District.
This study focuses on the effect of SHSNP to nutrition status and prevalence of infectious diseases on children under two years old or BADUTA Design of this study is quasi experimental. Babies and children with age 6 - 23 months are become sample in this study.
The result of this study by using indicator < -2 z- score Height/Age, Weight/Height and Weight/Age, and after one year it was founded children with malnutrition, each of them are 43,3 %, 14,0 % and 45,1%. The nutrition intake method increase an BADUTA GAKIN and Non-BADUTA GAKIN after one year of this program. Infectious disease prevalence of diarhoea and fever increase, but respiratory tract infection decrease. BADUTA Non GAKIN has decreasing of diarrhea and
respiratory infection, but fever increase. The significant variables are food intake, diarrhea and respiratory tract infection.
This study has recommendation to imitate Social - Health Safety Net Program (SHSNP) to take care the emergency nutritional status on children under two years age (BADUTA)."
2001
T690
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Zainudin
"Zinc merupakan mikronutrien yang mempengaruhi status gizi anak usia 10-12 tahun. Status gizi yang tidak ideal merupakan salah satu masalah kesehatan anak usia sekolah 10-12 tahun di SD Negeri X Kampung Serang yang lokasinya berdekatan dengan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status gizi anak usia sekolah dan hubungannya dengan asupan zinc dari makanan. Desain penelitian adalah cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan Januari 2011 dari hasil pengukuran antopometri dan wawancara survei konsumsi makanan (Food Frequency Questionnaire) pada 68 subjek dengan yang dipilih berdasarkan consecutive sampling. Data yang terkumpul kemudian diolah melalui nutrisurvey untuk mengetahui asupan zinc dalam makanan sedangkan data status gizi didapat dari klasifikasi berdasarkan IMT/U, BB/U dan TB/U. Mayoritas responden memiliki status gizi kurang, yakni 51.2% berdasarkan BB/U dan 51.5% berdasarkan TB/U. Dilihat dari asupannya, 67 responden (99%) memiliki asupan zinc kurang. Dari uji statistik (Fisher), diketahui terdapat hubungan tidak bermakna antara asupan zinc dengan status gizi anak, baik berdasarkan IMT/U, BB/U maupun TB/U dengan nilai probabilitas masing-masing adalah p=0.879, p=0.576 dan p=0.515 (p>0.05). Disimpulkan bahwa status gizi dan asupan zinc pada anak sekolah usia 10-12 tahun di SDN X tidak memiliki hubungan yang bermakna.

Zinc is a micronutrient that affects nutritional status of children aged 10-12 years. Nutritional status which is not ideal is one of the health problems of children aged 10- 12 years in the SDN X, Serang Village, which is located close to the Final Disposal Waste Bantar Gebang. The purpose of this study is to determine the nutritional status of school-age children and its relation to zinc intake from food. The research is designed using cross sectional method. The data was collected in January 2011 from an antopometri measurement and an interview of food consumption in 68 subjects based on consecutive sampling. The data then processed through nutrisurvey to know he intake of zinc in the diet while the nutritional status data was classified based on weight-age percentil, height-age percentil and body mass index-age percentil. Most respondents have less nutritional status, which is 51.2% based on weight-age percentil and 51.5% based on height-age percentil. 67 respondents (99%) have less zinc intake. Based on statistical tests (Fisher), there is no significant relationship between zinc intake and nutritional status of children based on the weight-age percentil, height-age percentil and body mass index-age percentil with probability value p = 0879, p = 0576 and p = 0515 (p> 0.05). In conclusion, nutritional status of school children aged 10-12 years in SDN X has no significant relationship with zinc intake."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Marina Arifin
"Status gizi memegang peran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan produktifitas, menurunkan daya tahan serta meningkatkan kesakitan dan kematian. PMT JPS-BK merupakan salah sate kegiatan pelayanan program JPS-BK dalam rangka mencegah semakin memburuknya status kesehatan dan gizi masyarakat terutama keluarga miskin yang diakibatkan adanya krisis ekonomi. Adapun tujuan dari PMT tersebut adalah mempertahankan dan meningkatkan status gizi anak balita keluarga miskin.
PMT IPS-BK pada anak balita telah dilaksanakan semenjak tahun 1999 di Kabupaten Indragiri Hilir, namun hingga saat ini prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tetap tinggi yaitu gizi buruk sebesar 5,0 % tahun 2001 dan gizi kurang 1,9 % tahun 2001. Disamping itu angka ini lebih tinggi dari angka propinsi Riau pada tahun yang sama sehingga perlu dilakukan penelitian hubungan antara PMT JPS-BK dan faktor-faktor lain dengan status gizi anak balita.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status gizi balita sebelum dan sesudah Pemberian Makanan Tambahan program JPS-BK setelah dikontrol dengan variabel penyakit infeksi, konsumsi energi dan konsumsi protein.
Desain penelitian yang digunakan adalah one group pre and postest. Dimana perbedaan status gizi dilihat dan sebelum dan sesudah PMT JPS-BK. Sampel penelitian adalah anak balita usia antara 12 - 59 bulan yang mempunyai data penimbangan berat badan sebelum dan sesudah PMT JPS-BK. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 165 anak balita.
Hasil penelitian memperlihatkan prevalensi gizi kurang sebelum PMT JPS-BK sebanyak 70 anak (42,4 %) dan sesudah PMT JPS-BK menurun menjadi 60 anak (36,4 %). Berdasarkan hasil uji 11rMc1Vemar terdapat perbedaan yang bermakna antara status gizi sebelum dan sesudah PMT JPS-BK. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penurunan prevalensi gizi kurang tidak begitu besar sehingga penelitian ini menyarankan agar program PMT JPS-BK lebih berhasil, maka pemberian makanan perlu dilakukan dengan model ibu asuh sehingga petugas dapat memantau dan mengawasi PMT yang dikonsumsi anak. Disamping itu PMT yang diberikan diharapkan sesuai dengan komposisi zat gizi yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan.
Daftar bacaan : 52 (1971- 2003)

The Relationship between Providing Supplement Foods (PSF) JPS-BX and Other Factors of Infants Nutrition Status (12 - 59 months) in Indragiri Hilir Regency in the Year 2002 Nutrition status has a significant role in improving the quality of human resources. Insufficiency of nutrition could restrain physical improvements and intellectual developments, decrease productivity, decrease immunity, and increase illness and causality. PSF JPS-BK is one of the JPS-BK service program activities in the prevention of health status and society nutrition degeneration, specially the impoverished families which caused by the economic crisis. Whereas, the objectives of the PSF is to maintain and improve nutrition status of infants of impoverished families.
PSF JPS-BK of infants has been undertaken since 1999 in lndragiri Hilir Regency, but until now the nutrition prevalence of less nutrition and bad nutrition are still high in which bad nutrition is 5,0 % in 2001 and less nutrition is 1,9 % in 2001. Beside that, this number is higher from the number of Riau Province in the same year, thus a study of the relationship of PSF JPS-BK and other factors of infants nutrition status needs to be undertaken
This study is to find out the differences of infants nutrition status before and after Providing Supplement Foods in JPS-BK program subsequent to being controlled with infection illness variable, energy consumptions, and protein consumptions.
The research design which is used is one group pre- and post test. Whereas the differences of nutrition status is observed before and after PSF JPS-BK. The samples are infants aged between 12 - 59 months which has weight measurement data before and after PSF WS-BIC The amounts of samples in this study are 165 infants.
The result of the study shows that the less nutrition prevalence before PSF JPSBK is 70 children (42,2 %) and after PSF JPS-BK decrease to 60 children (36,4 %). Based on the McNemar test result, there is a significant difference between nutrition status before and after PSF JPS-BK.
From the result of this study, it can be concluded that the decrease of less nutrition prevalence is not quite high, thus this study recommends that in order for the PSF JPS-BK program to be successful, providing of foods need to be undertaken through foster mother model so that the officers could monitor and supervise the PSF consumptions by the children. Furthermore, the provided PSF is expected to be in accordance to the composition of nutrition elements, which is established by the Health Ministry.
Bibliography Iist : 52 (1971-- 2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T11258
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafik
"Kemarau panjang yang terjadi pada tahun 1997 berdampak pada kekeringan yang berkepanjangan dan turut berkonstribusi timbulnya krisis ekonomi, moneter dan krisis pangan. Dampak ini sangat dirasakan oleh kelompok masyarakat ekonomi menengah ke bawah terutama keluarga miskin. Untuk mencegah terjadinya peningkatan angka penderita gizi kurang pada balita keluarga miskin, maka pemerintah melaksanakan bantuan khusus pelayanan kesehatan dan gizi melalui Program Jaring Pengamanan Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK). Salah satu bentuk bantuan tersebut adalah Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada Baduta (umur 6-23 bulan) dari keluarga miskin.
Program PMT -P Baduta ini telah berjalan sejak tahun 1998, namun sampai saat ini belum diketahui sampai dimana keberhasilan program tersebut. Penelitian bertujuan untuk menganalisis sejauhmana keberhasilan program PMT-P baduta keluarga miskin dihubungkan dengan faktor-faktor yang berperan dalam pelaksanaannya di Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan.
Disain penelitian ini adalah cross sectional. Sampel terdiri dan 111 baduta keluarga miskin dan 45 kader yang terlibat langsung dalam pelaksanaan PMT-P. Pengolahan data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan PMT-P di Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan belum berhasil, bila dilihat dari indikator kenaikan berat badan baduta baru mencapai 47,7 % pencapaian cakupan baru 26,7 %. Ada hubungan bermakna antara prosedur pemberian dan tempat pemberian dengan kenaikan berat badan baduta (p<0,05), demikian juga terhadap pencapaian cakupan ada hubungan bermakna dengan variabel pencapaian sasaran, pendataan sasaran dan pendanaan.
Dana PMT-P dari pusat masih kurang, banyak sasaran baduta keluarga miskin yang belum mendapat paket PMT-P, sementara itu prevalensi KEP masih cukup tinggi. Maka untuk mencegah KEP balita bertambah dan menjadi lebih buruk perlu dukungan dana yang berasal dari pemerintah daerah baik dukungan dana PMT -P maupun dana operasionalnya dalam rangka membangun surnber daya manusia sejak dini dan mencegah terjadinya lost generation.

Prolonged dry period in 1997 had impacted on extended drought and had contributed to the raise of economics, monetary, and food crises. These impacts were strongly felt among middle-low economic community especially those who were poor. To prevent the increasing prevalence of malnourished children among poor families, Government implemented a special aid in health and nutrition care through Social Safety Net in Health (JPS-BK). One form of the aid was Food Supplementation Program Recovery Type (PMT-P) targeted to children under two years old (6-23 months old) of poor families.
This PMT-P program had been running since 1998, however until now there was no information about the success of the program. This study aimed to analyze how success was the PMT -P program in Rajabasa Subdistrict, District of South Lampung, as well as its contributing factors the program and, in turn, fulfill local community's demand.
Design of the study is cross sectional. Subjects were 111 under two children of poor families and 45 cadres who directly involved in the implementation of PMT-P program. Data were analyzed univariately and bivariately. The study results show that the implementation of PMT-P program in Rajabasa Subdistrict was not successful as indicated by the increase of body weight which was only 47.7%, and very low coverage of 26.7%. There was significant relationship between supplementation procedure and place of supplementation with body weight increase (p
The PMT-P funding from Central Government was insufficient, there were lot of targets who did not receive the supplementation, and Protein Energy Malnutrition (PEM) prevalence was still high. To prevent worsening PEM, local government should support funding of PMT-P program to improve the quality of local human resources since the beginning of life and to avoid Iost generation phenomena."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12692
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Damayanti
"Di Indonesia, masalah gizi buruk masih sangat memprihatinkan dan salah satu daerah dengan status gizi buruk terbanyak adalah Nusa Tenggara Timur NTT. Salah satu desa di NTT yang juga merupakan desa miskin dan sulit air adalah Desa Pero Konda di Sumba Barat Daya. Oleh karena itu, diduga banyak kejadian kekurangan gizi pada daerah tersebut sehingga perlu dilakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan asupan protein pada anak usia 2-12 tahun di Desa Pero Konda. Desain penelitian ini adalah potong lintang analitik. Data yang digunakan adalah data primer. Data diambil melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan, serta dengan bantuan instrumen kuesioner food recall 24 jam. Status gizi ditentukan berdasarkan Kurva CDC-2000 dengan indeks berat badan menurut usia BB/U, tinggi badan menurut usia TB/U, dan berat badan menurut tinggi badan BB/TB. Setelah itu, data diolah dengan SPSS versi 20 dan dianalisis dengan uji chi-square. Terdapat 99 responden pada penelitian ini. Hasilnya menunjukkan terdapat 52 orang responden perempuan 52,5 dan 47 orang responden laki-laki 47,5. Dari hasil pengukuran status gizi berdasarkan indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB didapatkan 57 responden 57,6 berperawakan kurus, 33 responden 33,3 berperawakan pendek, dan 34 responden 34,3 memiliki status gizi kurang. Sebanyak 34 responden 34,3 memiliki asupan protein yang cukup dan 65 responden 65,7 memiliki asupan protein kurang. Berdasarkan anamnesis food recall, asupan protein terbanyak didapat dari protein hewani cumi dan ikan. Pada uji chi-square, tidak terdapat perbedaan bermakna antara kecukupan asupan protein dengan status gizi berdasarkan indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB. Disimpulkan, status gizi pada anak di Desa Pero Konda tergolong kurang dan tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik dengan asupan protein.

In Indonesia, undernourished is still become a concern problem and province which has the most undernourished children is Nusa Tenggara Timur NTT. One of its village where poverty and lack of water are common is Pero Konda at Sumba Barat Daya. Based on the data, a study needs to be done. This study aims to evaluate the association between protein intake with the nutritional status of children age 2-12 years old in Pero Konda. Analytic cross sectional studies using primary data was used in this study. The weight and height of the children were measured, and the 24 hour food recall was gathered through questionnaire. Nutritional statuses were assessed using curve of CDC 2000 grow chart with weighth for age index W/A, height for age index H/A, and weight for height index W/H. After that, the data processed using SPSS version 20 and analyzed with chi square test. There were 99 respondent in this study. The results showed there were 52 girl respondents 52,5 and 47 boy respondents 47,5. Based on the results of nutritional statusses rsquo measures using W/A, H/A, and W/H index, there were 57 respondent 57,6 wasting, 33 respondent 33,3 stunting, and 34 respondent 34,3 undernourished. A total of 34 respondents 34,3 had adequate protein intake and 65 respondents 65,7 have poor protein intake. Based on the anamnesis food recall, the highest protein sources were from animal protein squid and fish. In the chi square test, there are no significant differences between the protein intake and nutritional status based on W/A, H/A, and W/H index. In conclusion, the nutritional status of children in Pero Konda was considered undernourished and there was no statistically significant association with protein intake."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70358
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sacha Audindra
"Latar Belakang: Prevalensi infeksi parasit usus masih tinggi di Indonesia, terutama pada anak-anak usia sekolah karena beberapa faktor termasuk kebersihan yang buruk, faktor sosial ekonomi, perilaku, dan penduduk yang padat. Saat ini faktor-faktor tersebut masih ditemukan di Indonesia, sehingga angka infeksi masih tinggi. Nutrisi dan infeksi parasit memiliki hubungan erat. Infeksi parasite usus dapat menyebabkan gangguan penyerapan makanan dan status gizi pada anak usia sekolah yang membutuhkan nutrisi yang cukup untuk tumbuh. Infeksi parasit usus sebagai penyebab kekurangan gizi masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat dan dapat menunda pertumbuhan anak.Metode: Sampel diperoleh dari SDN Kalibata 04, Jakarta Selatan dengan cara mengumpulkan tinja dari murid kelas 1-5. Secara total ada 157 anak mengumpulkan sampel mereka. Pemeriksaan langsung dari tinja dilakukan di Departemen Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia menggunakan lugol dan eosin. Data status gizi didapatkan dengan pemeriksaan fisik langsung berat dan tinggi badan yang digunakan untuk menghitung persentil indeks massa tubuh IMT. Setelah itu, data dianalisis menggunakan uji Chi-square; SPSS versi 20 untuk mengetahui apakah ada hubungan antara infeksi parasit usus dan status gizi.Hasil: Sampel diperiksa sebanyak 157 tinja dan ditemukan adanya 60 anak 38.2 positif terinfeksi dengan berbagai macam parasit. Sebagian besar infeksi disebabkan oleh B. hominis, yang menginfeksi 44 anak 69,4. Infeksi lain disebabkan oleh G. intestinalis 15,3, T. trichiura 1,4, cacing tambang 1,4, dan infeksi campuran B. hominis dan E. coli 4,2 , dan B.hominis dengan G. intestinalis 4,2. Dari total anak yang terinfeksi, 17 anak 28,3 memiliki IMT di bawah 5 persentil, dianggap sebagai kekurangan gizi. Secara statistik, terdapat hubungan antara infeksi parasit usus dan status gizi di SDN Kalibata 04, Jakarta Selatan. Kesimpulan: Kejadian infeksi parasit usus di SDN Kalibata 04 adalah 38,2 dengan 28,3 dari anak-anak yang terinfeksi memiliki gizi kurang. Pada penelitian ini bisa disimpulkan ada hubungan antara infeksi parasit usus dan status gizi di SDN Kalibata 04, Jakarta Selatan.

Background Prevalence of intestinal parasitic infection still high in Indonesia, especially in the school aged children. Several factors including poor hygiene, socioeconomic factors, behavior, and crowded population have a contribution in this high prevalence. Nutrition and parasitic infection are closely linked. Intestinal parasitic infection can cause malabsorption and malnutrition especially in school aged children while they need adequate nutrition intake to grow. Therefore, intestinal parasite infection in school aged children is become a major public health problem since it will delay their growth.Methods Sample is obtained from SDN Kalibata 04, South Jakarta by collecting the children's stool from 1st 5th grade. Direct examination of the stool is conducted in the Parasitology Department, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia by Lugol and eosin staining. Additionally, data of nutritional status was obtained by direct physical examination of the weight and height of the children and then they were used to calculate the BMI percentile. Thereafter, data was analyzed using Chi square test, SPSS version 20 to know is there any association between intestinal parasitic infection and nutritional status.Results From the total 157 stool examined in the laboratory, there were 60 38.2 children positively infected with various kinds of intestinal parasites. Mostly the infection is caused by B. hominis, which infect 44 children 69.4 . Other infection is caused by G. intestinalis 15.3, T. trichiura 1.4, hookworm 1.4, and mixed infection of B. hominis and E. coli 4.2, and B.hominis with G. intestinalis 4.2 . From the total of infected children, 17 children 28.3 have BMI below 5th percentile, and it was considered as malnourished. Moreover, 67 uninfected children have healthy weight. Statistically, there is association between intestinal parasitic infection and nutritional status in SDN Kalibata 04, South Jakarta. Conclusion The incidence of intestinal parasitic infection in SDN Kalibata 04 is 38.2. Moreover, 28.3 of the infected children were malnourished and it is suggested that children with intestinal parasite infection has low nutritional status in SDN Kalibata 04, South Jakarta. "
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Wandini
"Secara umum studi cross sectional ini bertujuan untuk mengetahui status gizi dan praktik pemberian makan yang diterima oleh anak usia 0-59 bulan yang tinggal di panti asuhan di Jakarta. Penelitian dilakukan di tiga panti asuhan yang dikhususkan untuk menampung anak usia balita. Sebanyak 144 anak usia balita di panti dilibatkan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil studi, sebesar 21.9% anak termasuk dalam kategori gizi kurang, 35.2% pendek, dan 6,5% kurus. Hampir 90% anak yang kebutuhan protein dan vitamin A nya terpenuhi, namun lebih dari 90% anak yang kebutuhan zinc nya tidak terpenuhi. Pada kenyataannya, kandungan gizi pada makanan yang disajikan oleh panti pun tidak memenuhi kebutuhan anak untuk zinc.
Penelitian ini menemukan beberapa praktik pemberian makan yang tidak tepat seperti, tipe makanan dan respond pengasuh yang tidak tepat, juga praktik pemberian makan saat anak sakit dan dalam masa pemulihan. 71,5% anak menderita ISPA dan 22,2% menderita diare, sementara 18.8% anak menderita ISPA dan diare. Penelitian ini menemukan beberapa praktik yang tidak tepat seperti dalam hal penanganan makanan, penggunaan botol makanan (bottle feeding), tidak praktik cuci tangan yang tidak dilakukan oleh anak maupun pengasuh ketika menyajikan makanan atau menyuapi anak, serta beberapa hal lain yang dapat memungkinkan terjadinya kontaminasi silang ataupun memudahkan terjadinya penyebaran penyakit menular.

In general, this cross sectional study aims to explore nutritional status and feeding practice received by orphanage children aged 0-59 months in Jakarta. This study was conducted in three orphanages that are specifically accomodate under five children. Totally, 144 under five children in the orphanages were included in this study. This study found, 21.9% of children were underweight, 35.2% were stunting, and 6.5% were wasting. Almost 90% children had adequate protein and vitamin A, but more than 90% of them had zinc inadequacy. In fact, nutrient content in the food served by orphanage was also not fulfilled child's requirement for zinc.
This study found inappropriate feeding practice received by children, i.e in appropriate food type, inappropriate respond from caregiver during feeding and improper feeding during illness and recovery. 71.5% of children were suffered from ARI, 22.2% suffered from diarrhea and 18.8% children suffered from ARI and diarrhea. This study found some inappropriate practice of food handling such as the use of bottle feeding, hand-washing which was not practiced by children or caregivers when serve food or feeding children, as well as some other things that could allow cross-contamination, or facilitate the spread of infectious diseases.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31539
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yusnita
"Anak usia sekolah merupakan pemirsa televisi yang paling rawan, karena mudah dipengaruhi iklan. Televisi saat ini didominasi oleh iklan makanan dan minuman yang tinggi lemak, gula dan garam. Survei pendahuluan menunjukkan bahwa anak menonton televisi lebih dari 2 jam per hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh iklan makanan dan minuman di televisi terhadap preferensi makanan dan minuman anak usia sekolah di SDN 115466 Kabupaten Labuhanbatu Utara Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016. Penelitian dilaksanakan pada bulan April- Juni 2016. Penelitian menggunakan disain kuasi eksperimen (one group pretestposttest design), dengan total sampel 68 siswa kelas IV dan V. Analisis yang digunakan adalah Uji T Dependen. Intervensi dilakukan dengan melihat rekaman 10 iklan makanan dan minuman yang ada di televisi dengan durasi 5 menit dan tanpa pengulangan. Pre test preferensi makanan dan minuman dilakukan sebelum intervensi, post test1 dilakukan sesaat setelah intervensi, post tes2 dilakukan 1 minggu setelah post test1, dan post test3 dilakukan 1 minggu setelah post test2.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh iklan makanan dan minuman di televisi terhadap preferensi makanan dan minuman anak sebelum dan sesudah intervensi. Preferensi Pre Test - Post Test1 (p=0,0005), Pre Test - Post Test2 (p=0,0005), Pre Test - Post Test3 (p=0,0005). Tidak terdapat perbedaan preferensi makanan dan minuman Post Test1 - Post Test2 (p=0,541), Post Test2 - Post Test3 (p=0,436), hal ini menunjukkan bahwa preferensi dapat bertahan lebih dari 2 minggu setelah melihat iklan. Perlu dilakukan pembatasan paparan iklan terhadap anak, dengan membatasi waktu menonton televisi, dan pendampingan oleh orang tua.

The school age children is viewers television that most prone to be affected by ads. Television program is dominated by ads of foods and beverages with high fat, sugar dan salt. Priliminary survei found that duration of the school age children watching television is more than 2 hours a day. The purpose of this research is to know the influence of foods and beverages ads on television to the school age children foods and beverages preferences, May-June 2016. The design of research is quasi experiment (one group pretest-posttest design) with 68th student on IV and V degree as the sample. The analysis used the T dependent test. The intervention is by looking at the footage 10 food and beverage advertising on television with 5 minutes duration and without repetition. Pre test food and beverage preferences conducted before the intervention, post test1 conducted shortly after the intervention, post tes2 held 1 week after post test1 and test3 held 1 week post after post test2.
The results of the research show that there is the influence of foods and baverages ads in television on childrens preferences before and after intervension exposure to foods and baveragess ads. There are difference preferences in foods and baverages Pre Test - Post Test1 (p=0,0005), Pre Test-Post Test2 (p=0,0005), Pre Test -Post Test3 (p=0,0005). There aren?t difference preferences in foods and baverages in Post Test1-Post Test2 (p=0,541), Post Test2-Post Test3 (p=0,436), it show that the preferences can stay more than 2 weeks after intervention. The restriction of exposure the ads of children is needed with limiting time of watching television and parents instruction."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rooswidiawati Dewi
"Penyebab langsung status gizi adalah asupan dan penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung adalah pola asuh, ketersediaan pangan, sanitasi ,air bersih, dan pelayanan kesehatan dasar. Prevalensi balita kurus di Kecamatan Beruntung Baru berada lebih tinggi dari ambang batas 0.5% yaitu 13.36%. Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan melalui wawancara dan observasi menggunakan kuesioner. Metode yang digunakan Cross Sectional. Analisis univariat menunjukkan prevalensi anak dengan status gizi sangat kurus 0.75 %, 28% kurus, 69% normal dan 2.25% gemuk.
Hasil analisis Bivariat ditemukan berhubungan bermakna pada jumlah balita dalam keluarga (p=0.000), Jumlah anggota keluarga (p=0.007), jumlah penghasilan keluarga (p=0.027), pola asuh gizi (p=0.030), pemberian ASI ekslusif (p=0.029), Penyakit infeksi (p=0.029), asupan energi (p=0.001), asupan protein (p=0.00) dan variabel sanitasi dasar (p=0.010) serta pelayanan kesehatan (p=0.002). Variabel tidak berhubungan adalah umur, jenis kelamin dan berat badan lahir.
The immediate cause nutritional status is the intake and of infectious diseases. Indirect cause is the pattern of care, availability of food, sanitation, clean water and basic health services. The prevalence of underweight children in the District of Beruntung Baru higher than the 0.5% threshold is 13,36%. This study uses primary data collected through interviews and observation with questionnaires. Used Cross Sectional methods. Univariate analysis showed the prevalence of nutritional status of children with a very thin 0.75%, 28% lean, 69% normal and 2.25% fat.
Bivariate analysis of the results found to be related significantly to the number of children in the family (p=0.000), number of family members (p=0.007), number of family income (p=0.027), parenting nutrition (p= 0.030), exclusive breastfeeding (p=0.029), Infectious diseases (p = 0.029), energy intake (p = 0.001), protein intake (p = 0.00) and basic sanitation (p = 0.010) as well as health services (p = 0.002).Variables are not related to age, sex and birth weight.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Azrimaidaliza
"Hasil pemantauan gizi dan kesehatan (Nutrition and Health Surveillance System/NSS) tahun I999-2003 menunjukkan tingginya prevalensi gizi kurang (berat badan menurut umur <-2 SD dari median NCHS), yaitu di atas 30% (klasifikasi WHO) pada balita di daerah kumuh perkotaan maupun pedesaan. Prevalensi gizi kurang tersebut lebih tinggi di daerah kumuh perkotaan dibandingkan daerah kumuh pedesaan. Kota Jakarta merupakan salah satu daerah kumuh perkotaan yang terrnasuk dalam daerah pengumpulan data NSS. Di daerah ini, prevalensi gizi kurang tinggi pada anak usia 12-23 bulan (Juni-September 2003), yaitu 42% dan prevalensi ASI eksklusif paling rendah dibandingkan dengan ketiga daerah kumuh perkotaan lainnya (Surabaya, Semarang dan Makassar), yaitu hanya 1%.
Penelitian ini merupakan penelitian survei menggunakan data sekunder NSS yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak umur 6-24 bulan daerah kumuh perkotaan di Jakarta tahun 2003. Jumlah sampel sebanyak 1031 anak dan analisis data meliputi univariat, bivariat dan multivariat. Analisis multivariat menggunakan analisis Regresi Logistik Ganda.
Hasil penelitian menunjukkan anak umur 18-24 bulan berisiko mengalami gizi kurang 3,041 kali dan anak umur 12-17 bulan berisiko mengalami gizi kurang 2,443 kali dibanding anak umur 6-11 bulan. Kemudian anak dengan berat badan lahir < 2,5 kg berisiko mengalami gizi kurang 3,018 kali dibanding anak dengan berat badan lahir > 2,5 kg. Selanjutnya ibu dengan IMT S 18,5 berisiko mempunyai anak gizi kurang sebesar 1,828 kali dibanding ibu dengan IMT > 18,5. Adapun keluarga dengan jumlah balita > 2 orang berisiko mempunyai anak gizi kurang 1,407 kali dibanding keluarga dengan jumlah balita 1 orang. Faktor paling dominan berhubungan dengan status gizi anak adalah umur bayi/anak berikutnya berat badan lahir, IMT ibu dan jumlah balita. Umur bayi/anak terutama umur 18-24 bulan berisiko lebih besar menderita gizi kurang karena pada umur tersebut anak mulai mengalarni gangguan pertumbuhan akibat efek kurnulatif dani faktor ASI dan makanan yang tidal( diberikan secara adekuat pada umur sebelumnya. Di samping itu, anak mempunyai riwayat berat badan lahir rendah sehingga sulit mengejar ketinggalan pertumbuhannya, status gizi ibu yang kurang balk dan banyaknya balita dalam keluarga berdampak pada pertumbuhan anak. Oleh karena itu, perlu pemantauan status gizi anak, status gizi ibu prahamil, selama hamil dan pasta hamil. Selain itu, perlu penyuluhan mengenai pemberian MP-ASI umur 4-6 bulan dan pemberian makanan tambahan pada anak serta suplementasi vitamin pada ibu.

Nutrition and Health Surveillance System (NSS) year 1999-2003 shows prevalence of underweight (weight for age < -2 SD from NCHS median) is very high , that is above 30% (WHO classification) on infant at rural and urban slum areas. An underweight prevalence at urban slum areas is higher than rural slum areas. Jakarta is the one of slum area that include in NSS data collection area. In this area, prevalence of underweight children 12-23 months of age (June-September 2003), is 42% and prevalence of exclusive breastfeeding is the lowest compared with other three urban slum areas (Surabaya, Semarang and Makassar), is only 1%.
This research is a survey research using NSS secondary data that aimed to identify factors that related with nutrient status of children 6-24 months of age in urban slum of Jakarta year 2003. Total sample are 1031 children and data analysis consist of univariate, bivariate and multivariate. Multivariate analysis use double logistic regression analysis.
Research result show child 18-24 months of age have risk in having underweight 3,041 times and child 12-17 months of age have risk in having underweight 2,443 times compared with child 6-11 months of age. Moreover, child with birth weight < 2,5 kilo have risk in having underweight 3,018 times compared with child with birth weight >. 2,5 kilo. While mother with Body Mass Index (BMI)
BMI > 18,5. Meanwhile family with under-five child member > 2 have risk 1,407 times in having underweight child compared to family with one under-five child member. The most dominant factor related to child nutrient status is child age, after that birth weight, mother's BMI and under-five child member. Child 18-24 months of age have bigger risk in having underweight because, at that age, the child begin to have growth problem result from cumulative effect from breastfeeding factor and not enough food given at previous age. Besides that, child with low birth weight record is difficult to catch up their growth, mother nutrient status and the amount of under-five child impact to child growth. Thus, the need of children nutrient status surveillance, mother nutrient status of before pregnancy, during pregnancy and after pregnancy. Besides that, the need of health promotion about complementary feeding 4-6 month age and extra food distribution to child and vitamin supplement to mother."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20084
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>